A Brief History of PearlthDahulu sekali, disebuah planet bernama Pearlth, ketika ilmu pengetahuan belum terlahir disana. Ketika sains masih asing di telinga warga Pearlth. Ketika mereka masih belum mengerti tentang peristiwa yang terjadi disekitarnya. Orang-orang Pearlth mulai menciptakan mitos dan cerita karangan untuk menjelaskan bagaimana suatu fenomena disekitar mereka bisa terjadi.
Ketika Warga Pearlth kebingungan mengapa hujan turun, mereka mencoba menjelaskan sebab-sebabnya menggunakan mitos untuk mengatasi pertanyaan di benak mereka. Seorang pria mulai berkata bahwa ketika hujan turun dewa Tork sedang mengayunkan palunya, oleh karena itu jagung tumbuh dan berkecambah di ladang memberi Warga Pearlth tanaman untuk dimakan.
Sekitar 700 sebelum penanggalan, mitos mulai dituliskan oleh Hover dan Heloid diatas kertas-kertas yang terbuat dari lapisan kayu dan kulit. Hal ini melahirkan hal yang sama sekali baru. Kini bermunculan warga Pearlth yang bersikap skeptis terhadap mitos-mitos itu. Banyak orang yang mulai mempetanyakan bagaimana bisa dewa itu bersikap seperti bagaimana manusia, sama egoisnya, sama serakahnya dengan manusia di Pearlth. Warga mulai sadar bahwa sifat dewa itu diciptakan oleh mereka itu sendiri. Jika seekor mamalia akan membayangkan bagaimana wujud dewa maka ia akan membayangkan dewa itu berbulu dan menyusui.
Masa-masa kelam di Pearlth mulai berlalu. Bermunculanlah pemikir-pemikir yang handal di planet Pearlth yang menyusun bagaimana peristiwa alam bisa terjadi menggunkan metode-metode yang ilmiah. Meskipun begitu pemikiran yang dilancarkan belum sepenuhnya ilmiah atau masih sebatas pseudosains. Semakin kesini warga Pearlth semakin melupakan mitos dan menuju ke era yang lebih ilmiah.
Kaum-kaum Sophis, mulai bermunculan dan mengajarkan pelajaran kepada orang-orang terutama kaum aristokrat kerajaan di kota Atlanta untuk mendapatkan imbalan. Platen seorang intelektual ternama di Atlanta mulai mendirikan Academia atau sebuah akademi pertama untuk mengubah warga Atlanta menjadi makhluk yang seutuhnya. Manusia yang berakal, yang membedakan diri makhuk lainnya.
Meskipun begitu tidak semua warga Pearlth dapat mendapat pendidikan. Membaca dan menulis adalah hal yang dilakukan oleh kaum aristokrat kerajaan dan kaum terpelajar saja. Sebelum pendidikan diresmikan warga kota Atlanta mulai dapat membangun kebudayaan, politik, dan negaranya. Disebabkan oleh pembagian strata sosial di masyarakat Atlanta dimana kaum terpelajar dapat berkreativitas sedemikian rupa sehingga dapat memikirkan mengenai kebudayaan, etika, dan politik sedangkan pekerjaan berat dilakukan oleh para budak yang biasanya orang-orang berasal dari kota buangan Utgard.
Intelektual Atlanta mulai mengalihkan fokus kajian mereka dari mengkaji alam dan esensinya ke arah yang lebih sosial dan humaniora. Oleh karena itu warga Atlanta mulai membedakan mengenai hal apa yang bisa kita ketahui dan apa yang hanya bisa kita percayai. Hal tersebut dilakukan untuk menenangkan seluruh warga Pearlth yang bingung dan penasaran atas teka-teki panjang planet mereka yang tak kunjung terpecahkan.
Beberapa waktu kemudian seseorang mulai menyebarkan Genuss untuk dipercayai dan dijadikan pedoman hidup untuk umat Pearlth. Di bukit Aeropenasian Dominhs menggelar khutbah besar mengenai kebaikan Genuss dan ketersesatan warga Pearlth tanpa pegangan berkehidupan kepada seluruh penduduk Atlanta. Dia mengatakan betapa pentingnya Manusia Pearlth untuk memiliki tujuan dan hidup dan betapa pentingnya kita mentaati kaidah Genuss. Meskipun begitu, tidak semua orang memilih berbondong-bondong memiliki Gennus. Tentu saja da yang mengabaikan sang Dominus atau bahkan mengkritisinya.
Seiring berjalannya waktu Genuss mulai tersebar dengan baik ke seluruh penjuru planet Pearlth. Kini hampir semua warga sudah tergolong pada Genuss mereka masing-masing. Kini semua warga Pearlth memiliki Genuss mereka dan menurunkannya ke keturunan mereka. Mirisnya adalah di masa ini intelektualitas malah kabur dan tidak lagi dihiraukan.
Vote just if you like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pearlth Planet. [End]
FantasySebuah novel fantasi filsafat. Mencoba mensimulasikan dunia yang buta.