PART 1 : Nugas Malam

444 75 60
                                    

-

Rino menggeleng saat melihat gadis disampingnya yang masih sibuk bernyanyi mengikuti alunan musik yang terputar di cafe tempat biasa mereka singgahi untuk sekedar menghabiskan waktu setelah selesai kelas atau mengerjakan skripsi seperti saat ini.

Sebenarnya musik serta suara penyanyi yang tengah gadis itu ikuti cukup enak di dengar dan terdengar cukup familiar di telinganya karena lagu ini cukup sering di putar oleh gadis itu setiap kali mereka tengah menghabiskan waktu berdua, hanya saja bahasa yang mereka gunakan tak bisa ia mengerti sama sekali, belum lagi suara Egi yang lebih mendominasi membuat fokusnya sedikit pecah.

"Berisik, gak capek apa? Dari tadi gerak mulu kaya cacing kepanasan." Gadis yang biasa ia panggil Egi itu melirik Rino sesaat, namun bukannya menghentikan aksinya, ia malah semakin menambah volume suaranya sambil terus menggerakkan tubuhnya hingga membuat Rino menyerah.

Paling entar juga capek, untung aja sepi. Batin Rino mencoba untuk sabar dengan kelakuan absurd seorang Egi sambil melihat kesekeliling mereka yang hanya terdapat beberapa orang saja. Coba kalau ramai, mungkin sudah Rino bekap mulutnya dari tadi.

Dan benar saja, tak lama gadis itu pun berhenti melakukan kegiatannya sambil menghela napas lelah. Melihat itu Rino hanya bisa mendecih sambil menolak dahi gadis disampingnya itu.

"Capek kan lo? Dibilangin dari tadi gak denger." Gadis itu hanya mendengus.

"No, pengen deh ke konser mereka, kamu gak ada rencana ngasih surprise gitu ke aku? Tiba-tiba beliin aku tiket konsernya Day6, terus kita nonton berdua! Ih, bayanginnya aja aku udah semangat."

Rino yang tengah mengetik tugas akhirnya pun menoleh kearah Egi yang kini tengah menatapnya dengan senyuman lebar hingga memperlihatkan gigi kelinci gadis tersebut. Ah, Day6 namanya..

"Dikira beli tiket kaya beli ciki apa? Gak usah banyak halu, pikirin tuh skripsi! Korea mulu." Egi menganga dan memegang dadanya dengan ekspresi seperti seseorang yang baru saja dihunus pedang tepat di jantung.

Sumpah, itu tuh nyes banget! Ada gak sih pacar orang seperti pacarnya ini?

Ngajak ngobrol kaya orang ngajak tawuran, untung sayang.

"Astaga, itu mulut cabenya berapa? Pedes amat! Manis dikit bisa gak sih? Contoh kek Bang Chandra, udah baik, murah senyum, ganteng lagi. Bayangin gimana perasaan cewek yang jadi pacarnya, seneng banget itu."

Rino tertawa mengejek dan mencubit pipi Egi dengan gemas. "Dih, gak tau aja lo dia di kosan gimana. Lagian kalo beneran ganteng, tu orang gak bakalan jomblo kaya sekarang, gantengan juga gue."

"Cih, pede banget lo!"

Egi mendengus kasar dan membuat Rino terkekeh kecil sambil mengelus puncak kepala Egi dengan lembut. "Gue gini ke lo doang, lo kan special kaya martabak simpang empat deket kosan."

Egi menatap malas kearah Rino. "Gak ada perumpamaan yang lebih cantik gitu? Masa disamain ama martabak?"

"Gi, debatnya entar aja ya? Lo mau kita nginep disini?" Ucap Rino dengan wajah malasnya, sedangkan Egi hanya bisa mendengus dan mengalah.

Setelah itu Rino pun sudah kembali berkutat dengan laptop dan berbagai macam jurnal miliknya, membuat Egi mau tak mau diam dan menyaksikan lelaki tampan di disampingnya itu dengan sesekali menguap.

Malam ini Egi memang hanya ingin menemani Rino mengerjakan tugas akhirnya, karena ia tak ada jadwal apapun. Lihat, dia ini sangat setia bukan? Walaupun lama-lama bosan juga karena tak dihiraukan sama sekali.

Tapi jika boleh jujur, sebenarnya Egi sedikit kesal dengan Rino karena ia kira malam ini mereka akan menghabiskan waktu berdua dengan night ride atau apapun itu yang penting santai.

Garis KesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang