Holaaa semuaaaa dapet salam dari papa_zola nih 💚
____________
Aze hendak mengantarkan berkas kepada Revan. Tapi saat dia membuka pintu, dia melihat seorang perempuan tengah duduk di pangkuan Revan sambil mengalungkan tangannya.
Revan dan perempuan itu sama-sama menoleh ke pintu. Mereka menatap Aze. "Maaf mengganggu." Ucap Aze hendak menutup pintu. Namun dihentikan dengan suara seorang bariton.
"Aze stop!" Ucap Revan. Revan menyingkirkan perempuan itu dari pangkuannya dan berjalan ke arah Aze. Perempuan itu nampak mengumpati Revan yang mendorongnya sedikit kasar.
Lagi-lagi Aze dibuat terkejut ketika Revan melingkarkan tangannya ke pinggang Aze.
"Pak, maaf." Ucap Aze.
"Diamlah," bisik Revan.
"Liat! Dia pacarku! Jadi jangan pernah ganggu aku lagi!" Perkataan Revan terdengar sangat tegas dan dingin.
Perempuan itu nampak tidak suka saat Revan menyebut Aze sebagai pacarnya. Dia bersedekap dada sambil tersenyum smirk. Berjalan angkuh ke hadapan Revan dan Aze.
"Apa aku ini perempuan bodoh? Kamu tidak bisa membodohi aku Revan!" Jawabnya angkuh.
"Sebenarnya apa maumu?!" Tanya Revan mulai kesal.
"Mauku? Simpel. Aku hanya ingin kamu menjadi milik aku lagi," jawabnya dengan senyuman licik.
"Impossible! Aku sudah punya pacar!" Sarkas Revan.
"Oiya? Kalau begitu buktikan jika kamu dan dia memang memiliki hubungan!" Ucapannya terdengar seperti menantang.
Sejenak Revan terdiam. Sedangkan Aze sudah berpikir apa yang akan dilakukan Revan selanjutnya.
Cup!
Tiba-tiba saja Revan menyium bibir Aze. Lama kelamaan ciuman itu menjadi lumatan. Aze terkejut bukan main. Apalagi sekarang di hadapannya ada seorang perempuan yang Aze tidak tau siapa. Dia juga keliatannya terkejut. Memandang Aze dan Revan dengan pandangan kesal.
Revan melepaskan tautannya karna tau Aze hampir kehabisan napas. Dia menatap dalam Aze dan beralih ke perempuan itu.
"Liat! Apa kurang jelas?! Jadi silahkan kamu pergi dari ruanganku ARSHILA BRENKLYN! Dan jangan pernah ganggu aku lagi!" Tekan Revan pada nama perempuan itu.
Dia menatap Revan kesal lalu pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya. Setelah dia pergi Revan belum juga melepaskan rangkulannya pada pinggang Aze.
"Pak maaf, bisa lepaskan? Saya tidak ingin karyawan lain salah paham." Ucap Aze berusaha tetap sopan.
Bukannya melepaskan Revan malah menatap dalam Aze. Dia mendekatkan wajahnya pada telinga kanan Aze dan membisikkan sesuatu.
"I want you," bisiknya.
Seketika bulu kuduk Aze berdiri. Matanya melebar. Apa-apaan?! Pikirnya. Aze segera melepaskan diri dari Revan dan menjauh.
"Maaf pak saya harus kembali," pamit Aze lalu pergi sebelum hal lainnya terjadi.
Revan tersenyum melihat Aze yang ketakutan. Dia sadar apa yang dia lakukan dan ucapkan barusan. Dia sudah bertekad bulat untuk itu.
"Tunggu saja tanggal mainnya Aze." Gumamnya lalu tersenyum penuh arti.
○●○●
"Apa dia sadar apa yang dia katakan tadi? Rasanya aku mau menghilang saja dari bumi ini." Ucap Aze pada dirinya sendiri.
Dia kembali fokus pada kertas-kertas di hadapannya. Sepertinya malam ini dia akan lembur. Huft...!
Pukul 11.00 PM.
Aze meregangkan otot-ototnya yang lelah akibat lembur malam ini. Dia masih berada di kantor. Pekerjaannya baru saja selesai.
Aze segera membereskan barangnya. Keinginannya hari ini adalah kasur. Dia ingin segera merebahkan badannya dan tidur. Bangun esok pagi dan memulai hari lelahnya lagi.
Namun bukan itu yang terjadi. Saat dia ingin keluar, pintu malah tidak bisa terbuka. Di kantor ini hanya tinggal dia sendiri. Kenapa ini?
"WHAT?!! Ayolah terbuka. Aku sudah lelah!" Keluh Aze.
"Aze!" Aze terkesiap saat seseorang memanggil namanya.
Dia berbalik memastikan kalau itu bukan hantu atau semacamnya. Dan akhirnya dia bisa bernapas lega ketika yang memanggilnya itu adalah Revan. Wait, apakah Revan tidak sama bahayanya dengan hantu? Besanya ini versi manusia.
"Pak!" Kaget Aze.
"Apa yang kamu lakukan di sin?," tanyanya.
"Saya lembur pak. Tadi banyak berkas yang harus diurus." Jawab Aze jujur.
Oh iya,Revan baru ingat. Bahwa tadi dia memberikan setumpuk kertas kepada Aze. Bodohnya dia bertanya pada Aze.
"Lalu, kenapa kamu masih di sini?," tanya Revan.
"Ee...itu pak, pintunya tidak bisa dibuka." Jawab Aze.
"Benarkah? Minggir, biar aku coba." Ucap Revan.
Dia berusaha membuka pintu namun hasilnya nihil. Pintu tidak terbuka sama sekali. Ada apa ini?!
"Ck! Sial!" Umpat Revan.
"Pak, apa sebaiknya kita meminta bantuan saja?," tanya Aze meminta pendapat.
Revan berbalik menatap Aze yang keliatan panik. Aze terkesiap. Dia tiba-tiba merasa gugup.
Perlahan kaki Revan mulai mendekat pada Aze. Aze yang sadar akan hal itu juga perlahan mundur. Tuhan tolong Aze kali ini. Dia tidak mau terjadi apa-apa dengannya.
Sampai akhirnya dia merasakan punggungnya menabrak dinding. Matilah kau Aze.
Revan mengurung Aze dengan kedua tangannya yang bersimpu pada dinding. Menatap lekat Aze.
"Mungkin tidak pa-pa kita di sini untuk satu malam." Ucap Revan.
"Maaf pak, tapi saya harus pulang." Jawab Aze menatap manik mata Revan.
"Jika saya tidak mengijinkannya?," tantang Revan.
"Pak, bisakah bapak sedikit menjauh?," tanya Aze mulai gugup.
"Why? Apa ada masalah kita sedekat ini?," tanya Revan tiba-tiba mengecup singkat bibir Aze. Membuat sang empu membelalak kaget.
"Manis," ucap Revan sambil tersenyum.
Aze tidak bisa lagi menyembunyikan wajah malunya pada Revan. Pasti saat ini wajanya sedang memerah. Sungguh Revan sangat gila. Berani-beraninya dia mencuri first kiss Aze untuk yang kedua kalinya.
Eh, kalo yang kedua kali gak first kiss deng namanya 😂
To be continue...,
______________
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS MY HUSBAND [21+]
RomansaDON'T COPY PAST ⚠⚠⚠ 🔞🔞🔞 Bagaimana perasaanmu jika kau tau bosmu sendiri menyukaimu? 🔞🔞🔞 BUDAYAKAN VOTE, COMENT, DAN FOLLOW ❗❗❗