⚠️kata-kata kasar, kekerasan⚠️
Adara berangkat ke sekolah dengan hati yang sangat berat. Dua hari terakhir, ia telah mengatakan kebohongan lebih banyak kepada ibunya dibanding setahun belakangan.
"Tadi di rumah Yasmina nonton film dua kali, sedih-sedih terus. Nih, sampai mata aku bengkak."
"Oh, iya hape aku nggak aku bunyiin lagi, Bu. Berisik banget anak kelas, suka ngobrolin apa tuh, nggak jelas."
"Kayaknya Lionel nggak bisa dateng, Bu, minggu depan. Lagi banyak ulangan. Kelasku juga, sih. Kan bentar lagi ujian tengah semester."
"Eh? Aku sering ngelamun? Hehe, iya nih, Bu, kepikiran temen-temen aku yang anak basket kemarin ikut kompetisi, terus kalah di babak pertama, masa. Kasian banget kan, mana tim Garda Bangsa tuh, selalu dijagoin."
Sebagian diri Adara ketakutan. Sejak kapan ia selancar ini mengarang cerita untuk mengibuli ibunya? Namun, ia benar-benar tidak memiliki pilihan. Kejadian yang menimpa Lionel terlalu memusingkan untuk dijelaskan ke orang lain. Adara terlampau sering membaca orang-orang yang tidak ia kenal tertimpa musibah, lewat berbagai kanal berita. Ia mudah menyampaikan ulang berita sejenis itu kepada orang lain, tapi tidak jika subjek berita tersebut seseorang yang menempati tahta khusus di hatinya.
"Selamat pagi, Kak Adara," sapa Pak Ramdan ramah.
Adara membalas dengan senyum sedikit dipaksakan. Tidak ada lagi Honda Civic milik Lionel yang menjemputnya setiap pagi.
"Oh ya, Non Melisa nitip ini buat Kak Adara." Pak Ramdan mengulurkan sebuah amplop berwarna putih.
Adara membuka amplop tersebut dan membacanya sembari menikmati goncangan perlahan mobil yang sudah mulai bergerak.
Dear Adara,
Sebelumnya gue mau minta maaf kalau tulisan ini banyak typo dan jelek. Gue nyaris belum tidur dua hari. Bakal lebih mudah gue ngomong dan ngirimin rekamannya ke lo, tapi gue tahu lo nggak akan buka chat dari gue.
Ra, kalau masih ada sedikit rasa peduli lo sama Lionel, lo pasti akan lanjut baca surat ini. Tapi kalau enggak, ya udah. Nggak apa-apa. Gue udah berusaha semampu gue dan gue juga akan menghormati apapun keputusan lo.
Ini beberapa update tentang keadaan Lionel selama hari Sabtu Minggu ini.
1) Diagnosis Lionel belum resmi keluar, masih mau di crosscheck ke dokter yang lebih ahli lagi. Tapi udah ada diagnosis sementaranya, Guillain Barre Syndrome. In short, sel-sel saraf Lionel nggak bisa ngirim impuls kayak seharusnya. Lionel termasuk yang progresif banget, penyebarannya cepat. Sekarang, dua kakinya sama sekali nggak bisa digerakin. Ada kekhawatiran lumpuhnya bisa naik sampai ke dada. Kalau gitu udah bahaya banget, bisa ganggu pernapasan.
2) The police is already tracking whose behind those sex tapes. Kasus ini lebih rumit dari kelihatannya. Dugaan awal, ada sindikat yang sengaja kerja sama bareng cewek di video itu buat ngevideoin kegiatan semacam itu di apartemen dia. Sindikat ini kemungkinan besar markasnya di luar negeri. Btw, Lionel memang secara sadar ngelakuin itu semua, tapi dia nggak pernah tahu ada kamera yang ngerekam.
3) Lionel is barely talking, Ra. Truthfully, dia udah setengah sadar setengah enggak setelah sex tape-nya kesebar. Tapi, kehilangan kontrol buat dua kaki jadi pukulan telak buat dia. Sekarang, dia linglung dan gampang hilang fokus. Penyelidikan polisi aja gue yang handle semua pake pengakuan Lio yang untung udah sempet gue catet.
Segitu dulu dari gue. Gue 99% yakin lo baca sampai kalimat ini. Lo masih peduli sama Lionel, Ra, gue tahu. Dan kalau lo udah siap jenguk Lionel, I'm only one call away.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mismatch So Perfect [COMPLETED]
Teen FictionAdara dan Lionel ibarat kutub utara dan selatan. Mereka begitu berbeda, selayaknya dua keping puzzle yang tidak akan pernah cocok menyatu. Seharusnya, Lionel tetap menjadi lelaki tampan dan populer dengan dunia tak terjamah oleh Adara. Semestinya, A...