48. Menyerah

63 10 1
                                    

Di sudut kamar yang lembab. Lagi, aku merenung, jahatkah apa yang aku lakukan pada Sadam?

Tapi, bukankah jika ia memang sungguh tulus cinta dan serius ingin melamarku, segala hal pasti akan dia usahakan, termasuk mencari ayahku ke Bekasi, kan?

Apa yang sebaiknya aku lakukan? Bercerita ke teman atau lebih baik di pendam. Ucapan Sadam sungguh berat aku jawab, banyak sekali pertimbangan, padahal aku hanya perlu menjawab iya atau tidak. Tapi jawaban yang aku lontarkan justru malah membuat Sadam dengan terpaksa harus bersusah payah lagi untukku.

Aku temui mama di dapur, beliau pasti mendengar semua yang Sadam katakan maupun jawaban yang aku berikan pada Sadam.

Aku pandangi punggung mama yang membelakangi karena tangannya sibuk dengan piring-piring kotor.

"Mama sih sebenarnya salut sama Sadam. Dia berani, minta maaf sama kamu jauh-jauh dari Malang. Berani ajak anak perempuan Mama ini nikah lagi," ucap Mama. Mama duduk di sampingku karena pekerjaannya sudah selesai.

"Iya, tapi aku masih bingung, lebih keragu sih, Ma."

"Apa yang bikin Kakak ragu? Kalau ragu coba tanyakan sama hati Kakak. Jangan menolak niatan baik seseorang, itu tidak baik. Kakak kenal Sadam lama, kan? Harusnya Kakak lebih tahu baik buruknya dia. Baiknya boleh diikuti, buruknya coba kakak bantu perbaiki. Begitupun yang harus Sadam lakukan ke dirinya sendiri, pelihara yang baik, perbaiki yang buruk." Mama berdiri, mengambil buah di dalam kulkas, aku belum ingin berbicara, pikiranku masih tentang bagaimana harusnya jawaban yang aku berikan untuk Sadam. Mencoba meyakinkan hati kembali.

Aku hanya memperhatikan gerak-gerik mama, sampai mama bicara kembali. "Kalau ternyata jawaban ayah iya, bagaimana? Mau tidak mau Kakak harus mau menerima Sadam bukan? Hatinya sendiri sudah yakin belum? Coba ditanyakan lagi. Sholat, cerita sama Allah, Allah akan membantu dalam keraguan yang kakak rasakan sekarang. Ngobrol sama Sadam kalau perlu, bicara baik-baik, obrolkan apa yang perlu Kakak sampaikan ke dia. Cari jawaban atas keraguan itu, satu keburukan orang tidak bisa dijadikan tolak ukur sebuah jawaban."

Lagi, aku cukup tersentak, ucapan mama ada benarnya. Aku tidak bisa menolak Sadam karena beberapa hal yang terjadi sebelumnya. Sadam sudah berjuang sejauh ini. Lagipula aku mengenalnya cukup lama, dia laki-laki yang baik, meski terkadang kelakuannya selalu kurang waras.

"Kalau ternyata jawaban ayah iya, lebih baik Kakak buat komitmen dengan Sadam, obrolkan segala hal yang harus di perbaiki. Bukan hanya dari Sadam, tapi dari Kakak juga. Harus sama-sama mau belajar jadi lebih baik, Kakak bantu Sadam, Sadam bantu Kakak. Kakak harus percaya sama Sadam, dalam pernikahan harus ada rasa saling percaya pada pasangan. Tidak ada manusia yang sempurna, semuanya butuh belajar. Kebahagiaan itu akan datang, selalu, kalau dalam setiap langkah kaki kita selalu ingat Allah."

Iya, benar. Curhat dengan Allah adalah hal yang paling menenangkan. Tidak menutup kemungkinan Allah akan memberikan jawaban. "Jangan pikirkan hal buruk apa yang akan terjadi kedepannya jika kakak menikah dengan Sadam. Tapi ingatkan Sadam jika ia lupa, atau lalai, begitupun sebaliknya, minta Sadam ingatkan kakak juga. Menegur itu tidak salah, asalkan dengan cara yang baik. Kunci keberhasilan rumah tangga adalah kepercayaan dan komunikasi. Kalau yang kakak permasalahkan adalah cinta, jangan pikirkan itu dulu, yang penting adalah nyaman, cinta akan tumbuh dengan sendirinya."

Panjang lebar mama berkata, aku mencoba mencerna setiap kata yang disampaikan. Jawaban mama bisa menjadi bahan pertimbangan untukku. Tak salah memang jika kita berdiskusi dengan orang tua, mereka lebih berpengalaman.

Perihal Sadam, aku akan tunggu apakah ia serius dan menemui ayah di Bekasi? Atau ternyata Sadam menyerah. Aku sudah terlanjur mengucapkan jawaban itu, dan tidak mungkin aku tarik kembali, manusia gengsian sepertiku mana mau. Harga diri juga tetap yang paling penting, kalaupun ternyata Sadam menyerah karena tak bisa menemui ayah, berarti Sadam bukan jodohku.

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang