Part of Hermes

15 1 0
                                    

Percaya tidak percaya, manusia selalu berada di ambang kematian. Entah ketika saat berduka, entah juga ketika berada di fase bahagia. Kita tidak pernah tau seperti apa takdir yang akan menimpa kita. Dan kita tidak akan pernah tau bagaimana kematian dan kebahagiaan di depan yang menghadang hidup kita. Susah atau mudah hal yang selama ini kita jalani adalah hakikat sebuah proses. Dalam setiap prosesnya memiliki tujuan untuk mendapat hasil yang di harap-harap baik. Manusia mana yang tidak ingin mendapat kebaikan untuk dirinya sendiri? Bahkan manusia bisa menggunakan berbagai cara untuk mendapat kebaikan itu. Ada dua pilihan cara yang bisa manusia lakukan demi kebaikan itu sendiri, cara baik atau cara buruk.

Mari kita bahas hal lain, bagaimana dengan obsesi? Terkait obsesi itu sendiri pemicunya juga untuk kebaikan diri, tapi kebaikan yang seperti apa dulu. Banyak orang yang bilang, obsesi cenderung merasuk pada kenegatifan prilaku yang manusia lakukan. Seperti yang kita tau, obsesi adalah ketertarikan terhadap sesuatu atau seseorang secara berlebihan serta merta menuju kebaikan pribadi. Kebaikan? Sesekali jangan bilang obsesi itu untuk 'kepuasan', tapi memang adanya begitu. Maka obsesi adalah kepuasan 'baik' untuk si pelaku obsesi.

Aku tau kalian akan malas berfikir ataupun berteori untuk kata kematian, kebaikan, dan obsesi. Aku tidak akan menjabarkannya lebih luas terkait ketiganya itu. Tapi, aku hanya ingin mengingatkan untuk selalu gunakan dan pikirkan ketiga kata itu dalam hidupmu sebijak-bijaknya. Jangan terpengaruh hal-hal buruk yang membuat dirimu terpacu secara berlebihan demi hal-hal baik untuk dirimu sendiri. Ada kalanya kita memang harus menikmati beberapa hidup yang runyam, sulit, rumit yang intinya tidak mengenakan. Kenapa? Karena untuk mengimbangi kadar berlebihan dari itu semua. jika dirasa lebih baik setelah melakukan hal yang tak berimbang demi tiga kata itu, maka itu bukan yang terbaik.

Malam ini, aku menikmatinya, tapi tidak sepenuhnya ku nikmati.

"Apa kabar?"

Satu kalimat tanya perihal kabar di awali oleh suaranya yang khas, yang sedikit aku rindukan, membuatku kembali membuka memori kisah-kisah, puisi-puisi, hal-hal manis dan menyenangkan dimasa lalu, tentu saja dengannya. Saat suaranya di mulai, aku memejamkan mata untuk mengingat manisnya Ia dulu, entah untuk sekarang.

"Kamu masih cantik sampai saat ini,"

Aku menatap matanya yang tajam yang dimana Ia menatapku juga, sesekali mencari celah di wajahnya yang tampan bak pangeran di buku dongeng adikku. Tatapanku berpindah ke tahi lalat di sudut matanya sebelah kiri, menjadi tanda jika Ia tidak sekedar tampan, tapi juga enak di pandang. Kemudian Ia tersenyum, senyumannya mengingatkanku saat Ia bermain gitar di ruang music untuk membuatku terpikat padanya. Dan juga surat-surat yang bertuliskan puisi-puisi karyanya sebagai bentuk pernyataan cinta, aroma ketulusan rasa dari hati, untuk membuktikan jika lelaki ini menyukaiku. Tangannya yang menonjolkan urat-urat sebagai tanda jika Ia rajin berolahraga dan mengangkat beban-beban berat, seolah memancarkan aura lelaki sejatinya, kemudian menyentuh wajahku dengan lembut, "Aku rindu kamu," ucapnya dengan pandangan yang belum lepas dari mataku.

Pikiranku kembali melayang pada sebuah masa dimana aku dan dia bersepeda mengelilingi kota. Dan aku lihat kini tubuhnya semakin atletis, apa Ia masih sering bersepeda seperti dulu? Dan aku juga seketika ingat Ia selalu latihan menari bersama teman-temannya, apa Ia sudah menjadi seorang penari terkenal saat ini? Tapi, aku tidak pernah mendengar kabar seperti apa Ia sekarang. Dirinya muncul dan membawaku kemari, ketempat dimana hanya ada kita berdua, aku dan dia.

"kamu nggak rindu sama aku?"

Kakinya yang jenjang membawanya berjalan menuju nakas dan menarik sebuah laci disana. Aku dapat melihat Ia mengeluarkan sebuah kotak berwarna ungu berukuran sedang, dan mataku membulat teringat dengan kotak itu. kotak yang berisikan surat-surat cinta, kumpulan-kumpulan lirik lagu, puisi, handy cam, dan beberapa kenangan kita berdua saat dulu. Aku percaya disana tentangku lebih banyak dari pada kumpulan kisah kita berdua.

Ia sibuk memeriksa isi kotak itu. Ia sesekali tersenyum memandangi barang-barang penuh nostalgia dimana semua barang itu mengisi setiap masa muda kita berdua. Aku mendekatinya untuk mengambil handy cam yang cukup berdebu dengan foto-foto lawas. Aku memilih salah satu video dan memutarnya untuk kita tonton bersama. Disana lelaki ini menari dengan lincahnya sambil menunjukkan lengannya yang berotot. Sesekali mencuri pandang pada lelaki ini, Ia hanya tersenyum dengan manis dan sesekali menutup wajahnya karena begitu konyol masa lalunya.

Video berikutnya adalah dirinya yang sedang bermain gitar, bercengkrama dengan teman-teman band nya. Aku masih ingat saat itu aku selalu menemaminya kemanapun Ia pergi, entah latihan menari ataupun membuat lagu di ruang music sekolah dulu. Kemudian video kita berdua berlari disaat malam telah tiba, saat itu kita bertiga bersama Rosa, dia teman kita yang memegang handy cam sekaligus merekam. Aku masih ingat itu adalah video saat kita bertiga akan segera pulang setelah bermain di salah satu taman hiburan yang diselenggarakan di kota.

Setelah menonton video, secara bergantian aku memandangi potretnya yang sedang tersenyum, bermain gitar, dan beberapa kegiatannya yang lain. Setelah di pikir, momenku dengannya cukup banyak. Pertemuan kita yang singkat karena Ia murid baru saat di sekolah dulu, berkenalan secara kebetulan juga dan akhirnya menjadi teman kemanapun kita pergi. Tapi setelah kelulusan sekolah, aku memutuskan untuk berkuliah di luar negeri, kemudian aku kembali, kini bertemu dengannya.

Dan ruanganpun menjadi sepi yang hanya kita berdua, tidak ada cengkrama, tidak ada gurauan. Seketika canggung saat video dan kegiatan kita melihat foto-foto itu selesai.

Akhirnya lelaki ini memilih menyalakan televisi untuk menghilangkan kecanggungan di antara kita. Televisi yang menyala menunjukkan siaran berita terkini terkait penemuan mayat di samping Apartemen Bintang di pusat kota. "Padahal aku melihat mayat itu kemarin, tapi aku tidak memilih untuk melaporkan, aku diamkan saja dan memilih pergi untuk mencarimu, karena kamu lebih penting," ucapnya yang membuat keningku berkerut, aku merasa heran

Ada baiknya jika Ia melaporkan pada pihak kepolisian, entah apa yang ada di benaknya hingga Ia tidak peduli dengan mayat itu. Kemudian pembawa acara siaran itu menyampaikan kembali jika salah satu bagian tubuh mayat rersebut hilang, yaitu bagian dada. Ternyata mayat itu berjenis kelamin perempuan.

Aku memandangnya yang berjalan menjauh menuju –yang kurasa adalah dapur, aku terus menatapnya hingga Ia kembali membawa sebotol wine dan dua gelas khusus. "Minuman yang kupunya hanya ini, aku belum membeli air mineral. Jika haus, minum ini secukupnya saja," ucapnya dengan senyuman andalannya. Ia menuangkan minuman beralkohol itu untukku, awalnya aku enggan, tapi aku merasa sedikit haus, sekalipun minuman ini tidak akan membuat rasa hausku hilang.

Baiklah, nama lelaki ini adalah Jeno, lelaki berperawakan gagah yang berusia 23 tahun. Ternyata selama aku pergi berkuliah dulu, Jeno memilih bekerja sebagai tukang jagal di salah satu depot daging sapi. Dia adalah teman lama semasa SMA dulu, tampan serta romantis. Jeno juga termasuk primadona sekolah saat itu, dia yang hanya bekerja sebagai tukang jagal saja, masih terlihat sekeren ini, bagaimana jika Jeno berkuliah lalu bekerja di salah satu kantor ternama dan kedudukannya yang tinggi? Itu hanya perspektifku saja.

Tapi siapa sangka, sifatnya tidak sesempurna luarnya. Dia pemaksa, keras kepala, dan pemarah. "Kamu mau makan? Aku udah masak daging sih tadi, mau ya? Aku hangatkan dulu," tawarannya justru membuatku menggeleng keras, aku ketakutan.

Jeno sedikit menyeringai, aku dapat melihatnya sekalipun cahaya disini sedikit redup. Perlahan jeno mendekat yang membuatku perlahan memundurkan diri juga, tubuhku gemetar Karena Jeno semakin menyeramkan. "Harus makan ya? Kalau nggak, nanti kepalamu aku bolongin. Sekalian terima cintaku yang selama ini sudah menunggu, dan jangan berusaha kabur lagi."

Ini yang sudah aku jelaskan di awal terkait kematian, kebaikan, dan obsesi, sudahkah mendapat kesimpulan dari ini semua? aku hanya bisa pasrah, dan menyerah pada keadaan ketika Jeno sudah menggenggam pelatuk di tangannya. Aku juga tidak akan tau bagaimana bentukkan mayatku setelah pelatuk itu di lepaskan oleh Jeno ke kepalaku.

Jadi, tau kan akibat tidak memberikan kadar cukup pada ketiga kata itu? semoga hidup kalian selalu pada jalur kebaikan yang tepat.



Jeno aura badboy dapet, aura soft boy apalagi. Aku bisa aja sih nempatin Jeno di cerita yang dimana dia romantis yang di tunjukin gitu, dia baik, ah pokonya kaya karya penulis lain yang udah hebat yang ngegambarin sosok Lee Jeno yang aduhay wkwk.

makasih banyak yang udah baca, jangan lupa juga buat kritik saran, vote apa lagi, sama nunggu part-part buat member NCT yang lain. target 23 member sih, tapi gimana entar, semoga semangatnya ada terus. terima kasih banyak! :) 

Part of Hermes || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang