Tina tersenyum ke arah papanya yang baru datang ke kamarnya bersama dengan tantenya. Saat ini Tina sedang menyiapkan pakaian dan barang-barang keperluannya untuk keberangkatannya besok, kebetulan papanya belum tidur, ia berniat berpamitan dengannya.
"Kamu lagi apa, Na? Kok kamu mengisi tas dengan baju dan barang-barang kamu? Memangnya kamu mau ke mana?" Laily mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang setelah menghentikan kursi roda kakaknya di tempatnya sekarang.
"Besok aku mau ke Surabaya bersama Pak Alfan untuk kepentingan bisnis, Tante. Sebagai asisten pribadinya, aku harus selalu ada di sisi Pak Alfan." Tina menyunggingkan senyumnya ke arah Tante dan juga papanya.
"Memangnya berapa hari kamu di sana?" tanya sang Papa kali ini.
"Mungkin tiga hari, Pa."
"Oh iya mengenai Pak Alfan, apa benar kamu akan menikah dengannya? Dia itu orang kaya loh, Na. Bos kamu juga. Tante cuma enggak mau kamu malah enggak dihargai karena status keluarga kita yang berbeda dengan keluarganya." Laily bertanya hati-hati sedangkan Tina hanya terdiam, ia bahkan sudah merasa tidak dihargai oleh bosnya.
"Aku enggak tahu, Tante." Tina menjawab lirih yang membuat Tante dan papanya tak mengerti.
"Maksud kamu apa, Na? Apa kamu sedang bertengkar dengan bos kamu?" tanya papanya terdengar khawatir, namun Tina justru tersenyum lalu menggeleng pelan.
"Enggak kok, Pa. Aku sendiri juga enggak yakin dengan hubungan kami, aku sadar diri siapa aku bila dibandingkan dengan Pak Alfan. Status kita jauh berbeda, seperti bumi dan langit, kita seperti mustahil untuk bersama." Tina menghentikan ucapannya, ia hanya ingin membuat keluarganya tak mengharapkan hubungannya dengan bosnya, karena semua itu hanya kepalsuan yang tidak mungkin menjadi kenyataan.
"Kalau kamu merasa hubungan kalian mustahil, lalu kenapa kamu masih mau memiliki hubungan dengan bos kamu, Na?" tanya Laily hati-hati, membuat Tina tersenyum miris, itu karena bosnya hanya ingin menjadikannya kekasih bohongan, yang hanya memiliki status palsu tanpa ada orang lain yang tahu.
"Aku enggak tahu, Tante. Semua terjadi begitu aja. Yang penting sekarang aku bersama Pak Alfan, entah nanti aku berjodoh dengan dia atau enggak, itu bukan masalah." Tina menyunggingkan senyumnya, berharap keluarganya itu mengerti agar tidak ada harapan yang mereka panjatkan untuk hubungannya.
"Lebih baik segera diakhiri, bila kamu sendiri enggak serius apalagi kalau kamu cuma mau main-main." Sang papa menyahut serius, membuat Tina terdiam saat menatapnya.
"Kamu yang paling tahu, bagaimana Papa dan Mama dulu berpisah kan? Sebuah hubungan enggak akan bisa bertahan lama hanya dengan dilandasi cinta, karena harus ada komitmen untuk menjaga hubungan itu sendiri. Kalau sejak awal kamu sudah seperti ini, Papa enggak yakin hubungan kalian bisa bertahan lama." Sang papa melanjutkan ucapannya, membuat Tina terdiam dan mengangguk setuju, karena ia tahu bagaimana rasanya hubungan itu dipisahkan hanya karena ambisi salah satu dari pasangan.
"Aku mengerti, Pa. Aku cuma enggak mau berharap terlalu jauh untuk hubunganku yang sekarang, aku juga takut kecewa. Tapi Papa tenang aja, aku pasti akan mengakhiri hubungan ini kalau memang aku enggak bisa bertahan." Tina merengkuh tangan papanya, yang diangguki mengerti olehnya.
"Iya. Papa harap juga seperti itu, karena bagi Papa enggak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali kebahagiaan kamu."
"Terima kasih, Pa." Tina menyunggingkan senyumnya, ia merasa lega papanya tidak terlalu mengharapkan pernikahannya dengan bosnya terjadi.
***
Tina menghela nafas panjangnya setelah mendapati mobil bosnya yang baru saja datang, padahal sudah setengah jam Tina berada di depan kantor, namun bosnya itu justru telat lebih dari diperkirakannya.
"Maaf, Bu Tina saya telat." Sang sopir segera datang menghampirinya lalu mengambil alih tasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-pura Jadi Calon Istri Bos (TAMAT)
RomanceMenurut Tina, memiliki bos seperti Alfan itu menyebalkan. Sifat dan kepribadiannya yang aneh, sering kali membuat Tina ingin menyerah meski pada akhirnya ia tetap tidak bisa. Banyak hal yang mengharuskannya tetap bertahan, termasuk keinginannya untu...