Bagian 2

10.8K 1.1K 267
                                    

Haechan terus memacu laju motornya, bahkan hingga mencapai lebih dari 80 km/jam. Sebentar lagi dia akan mencapai garis finish dan...

Sorakan gembira memenuhi arena, terutama orang-orang yang bertaruh pada Haechan. Pemuda itu langsung turun dari motornya, melepas helm dan menyambut pelukan hangat para fans-nya.

Ditengah perayaannya itu, netra Haechan menangkap bayangan musuhnya yang terlihat kesal, ditambah juga dengan beberapa temannya yang marah itu meninggalkannya.

Ah, sungguh hidup yang kejam. Bukannya dukungan yang di dapatkan saat terjatuh malah mereka pergi.

Haechan menghampiri Minho, lawannya di track tadi. Dengan senyuman lebar dia menawarkan tangannya untuk adu tos yang ditatap sinis oleh Minho. Melihat itu Haechan menarik paksa tangan Minho dan melakukan tos dengan tangannya,

"Gausah murung gitu, kayak dunia udah kelar aja," ucap Haechan. Minho menarik tangannya dengan paksa, kemudian memakai helmnya lagi,

"Gausah sok peduli sama gue," mesin motornya menyala, kemudian Minho mengendarai motornya pergi darisana. Haechan hanya tertawa renyah,

"Udah, anak jenisan dia nggak usah dipeduliin," suara Lucas menghampiri Haechan, pemuda itu hanya mengangguk patuh.

"Gue mau minum nih, lo mau ikut nggak?" tawar Lucas yang jelas dibalas gelengna oleh Haechan,

"Lain kali aja bro, gue mau balik. Renjun udah nelfonin, kangen katanya," jawab Haechan asal-asalan, padahal Renjun menelfon saja tidak. Mereka sedang marahan.

"Gue balik dulu dah," mereka berdua kembali pada pinggir jalan, dimana motor Haechan terparkir.

"Taruhan kita udah selesai, lo kenapa nggak putus sama Renjun?" tanya Lucas ketika Haechan sudah naik ke atas motor.

"Gue belom dapet gebetan baru, kalo udah ntar juga gue putusin. Biar nggak keliatan jomblo lah," jawab Haechan.

"Hoalah asu emang lo," ujar Lucas diselingi tawanya dan Haechan yang kut tertawa.

Hubungan Haechan dan Renjun adalah buah hasil dari taruhan yang dilakukannya dengan Lucas, Yangyang, dan Hendery.

"Yodah lah, gue pulang dulu. Jan kangen sama gue," Haechan memakai helmnya, kemudian mengendarai motornya pergi dari sana.

Malam sudah larut, ah, ini sih sudah pagi. Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi dan Haechan baru pulang dari kegiatannya. Ia bodo amat dengan sekolah, jika dia masih mengantuk ya dia tidak akan masuk besok.

Dalam perjalanan dia melihat wajah yang familiar berjalan di trotoar dengan tudung hoodie yang menutup kepalanya, Haechan memutar motornya, jalanan yang cukup sepi membuat Haechan dengan mudah memutar arah.
"Yo Pak bos," sapa Haechan dengan cengiran andalannya, lelaki itu adalah Jeno, berjalan di tengah dinginnya udara pagi.

Haechan menuntun motornya dengan kaki untuk menyamakan kecepatan dengan Jeno,

"Ngapa lo? Lejet amat muka kayak papan tulis," tanya Haechan,

"Urusan gue, nggak usah ikutan," jawab Jeno. Mendengar jawaban Jeno yang seperti itu tak lantas membuat Haechan berhenti,

"Naik," pinta Haechan,

Jeno menghentikan langkahnya, kemudian menatap Haechan.

"Naik lo bangke, lama amat kek siput," Haechan meraih tangan Jeno, menariknya hingga lelaki itu berada di motornya. Jeno menurut saja, dia naik ke atas motor Haechan, tak ingin memperpanjang masalah juga karena kepalanya sudah terlanjur pusing dengan masalah yang menimpanya.

"Daripada lo kayak gapunya rumah begitu, mending ikut gue," ucap Haechan, motornya melaju dengan perlahan, kecepatakn 40 km/jam berhasil membuat Haechan menghirup udara pagi yang dingin menusuk hidungnya. Namun udara dingin inilah yang membuat Haechan merasa hidup, udara pagi yang belum terkotori oleh polusi.

LOVE HOLIC (NOHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang