8. Tak Percaya Diri

3.7K 703 57
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak 😉💚

Harap baca ini dulu, work ini sebelumnya sudah tamat dengan alur serta karakter yang berbeda, jadi apa bila ada komentar yang menyebutkan karakter lain padahal di sini tidak ada, berarti itu komentar 'lampau' saat work ini baru dibuat.



ㅡ𝐁𝐈𝐌𝐁𝐈𝐍𝐆𝐀𝐍ㅡ




Suara ketukan Keyboard terdengar dari sudut ruangan di salah satu perpustakaan. Area ini berada di paling ujung tepat bersebelahan dengan jendela besar yang menghadap ke air mancur dekat taman. Biasanya para mahasiswa memilih spot ini karena viewnya paling indah, jadi pikiran mereka seolah terbantu menemukan ide-ide bagus untuk tugas atau yang lainnya. 

Kali ini Jenaka juga memilih duduk di sana, ia melanjutkan tugas akhirnya sembari sesekali melihat salah satu buku referensi tentang bisnis. Hari ini Jenaka ada bimbingan dengan Narendra, tetapi karena waktu bimbingan masih ada satu jam lagi, jadi pria itu memanfaatkan waktu untuk mengerjakan skripsi miliknya.

Di tengah suasana hening itu, tiba-tiba kursi di dekatnya ditarik oleh sosok pria yang sepertinya lebih tua darinya. Pria itu mengenakan setelan jas lengkap layaknya seseorang yang bekerja kantoran. Karena tak mau terlihat freak dengan memperhatikan orang lain, jadi ia memilih kembali fokus pada pekerjaannya. 

Namun baru beberapa menit ia kembali fokus, atensinya teralihkan ketika pria tadi mengatakan sesuatu yang Jenaka yakini ditujukan untuknya, karena memang hanya ada mereka berdua di sana.

"Ini buku karya Ketson kan? Wah ga nyangka bisa lihat di sini."

"Iya bener, itu buku Ketson. Bapak suka baca buku seputar bisnis juga?"

"Ngga terlalu, cuma dulu semasa kuliah saya juga pakai buku itu sebagai referensi."

"Ah gitu."

Dari sana obrolan mereka sesekali terjalin. Setelah mengobrol cukup panjang, diketahuilah kalau ternyata pria yang ia ajak bicara merupakan petinggi dari salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti. Pria itu bernama Mahen, dan datang ke sini untuk menemui calon tunangannya yang katanya bekerja sebagai dosen di sini. 

Belum sempat Jenaka membahas lebih jauh, ia sudah mendapatkan pesan dari pak Narendra yang mengatakan kalau kelasnya sudah selesai, dan bisa melakukan bimbingan dengannya. Jadi ia buru-buru membereskan semua barang dan pamit pergi dari sana.

Ia menuju ruang dosen untuk bertemu dengan Narendra, kebetulan sesi bimbingan mereka kali ini agak panjang karena ada beberapa hal yang perlu Jenaka benahi sebelum menuju pembahasan utama dalam skripsi. Selama bimbingan berlangsung, keduanya begitu terfokus, namun sesekali Pak Narendra seolah disibukkan membalas pesan dari orang yang entah siapa. 

"Jadi gitu ya, kamu udah catat semuanya kan?"

"Sudah pak. Nanti setelah direvisi, saya langsung bimbingan lagi ya Pak?"

"Kabarin aja nanti ya."

Karena sesi bimbingan sudah berakhir, Jenaka langsung merapikan semua file yang berserakan di meja. Ia sesekali mencuri pandang pada dosennya, ada sebuah ide untuk mengajak Narendra pergi makan, atau sekedar berjalan-jalan, karena sepertinya kali ini pak Narendra sudah tidak ada kelas lagi.

"Pak, gimana kalo kita makan mie ayam deket alun-alun? saya yang traktir." ujarnya dengan suara pelan karena tak mau terdengar oleh orang lain yang ada di ruangan itu.

"Hm gimana ya? saya ada janji hari ini. Besok aja gapapa?" raut wajah Narendra seperti gusar, ia seolah merasa tak enak sudah menolak ajakan Jenaka, dan hal itu membuat Jenaka juga merasa agak bersalah.

BIMBINGAN | EDISI REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang