"Gue suka sama lo."
Sena menutup mulutnya, ia tak tahu harus berkata apa. Hanya suasana canggung dan suara kendaraan yang terdengar di sekitar mereka.
Tanpa mereka sadari, langit malam yang gelap tak menampakkan akan turunnya hujan.
"Naik cepetan. Kita nyari tempat teduh." ucap Han yang sudah menyalakan mesin scooternya. Tanpa berfikir panjang, Sena segara menaiki motor Han dan mencari tempat teduh di dekat sana.
Meskipun sudah basah, tak jauh dari tempat itu terdapat gazebo untuk mereka berteduh sementara. Karena Han berada di posisi depan, ia menerima air hujan lebih banyak dibandingkan dengan Sena yang berada di belakang.
Sena melihat ke arah Han yang berusaha menahan rasa dinginnya. Namun karena suasana yang masih canggung antara mereka berdua, Sena memilih untuk diam dan berpura-pura bersikap biasanya saja.
"Sen?" panggil Han dengan suara bergetar.
"Hm."
"Gue tau ini pasti kedengarannya gak gentle, tapi--"
"Apa?"
"Gue bisa minjem jaket lo gak? Gue rasa gue bakal mati beku deh." ucap Han dengan wajah datar tak bersalah. Memang wajah Han sekarang terlihat pucat, tapi hal itu juga berlaku sama dengan Sena.
"Apa? Alih-alih minjemin gue jaket, lo malah minjem jaket yang gue pake?" balas Sena tak percaya. Ia berfikir bahwa Han akan memberikannya kehangatan dengan meminjamkan jaket atau sejenisnya. Tapi endingnya malah meminjam jaket miliknya.
"Kali ini sorry banget, gue juga pengen minjemin elo, tapi--"
Belum selesai Han menjelaskan situasi, Sena langsung membuka jaket yang sedang di pakainya dan langsung memberikannya pada Han.
"Sen... Sorry banget, gue--"
"Iya gpp, sante aja." balas Sena dengan senyuman kecut.
Sena terus menerus mengelus lengannya untuk merasakan hangat. Bagaimana tidak, setelah jaketnya dipinjam Han, dia hanya memakai t-shirt tipis ala anak rumahan.
"Ini kapan redanya sih?!" gumam Sena yang mulai kedinginan.
"Keknya masih lama deh. Soalnya deres banget ini." balas Han masih dengan suara bergetar. Han juga khawatir tentang Sena, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa. "Lo kedinginan?"
"Gak, gak papa."
"Kalo dingin, jaketnya lo bisa pake--"
"Gak papa. Lo aja yang pake, keliatannya lo bener-bener butuh deh." balas Sena tegas. Sena penasaran kenapa tubuh Han terus bergetar sejak tadi, "Lo gak papa? Kenapa badan lo--OH!!! Kenapa bisa--" ucap Sena terkejut setelah iseng memegang kulit Han yang terasa seperti es batu.
"Gue gak papa. Gue rasa ini cuma gegara keujanan aja kok." balas Han santai diiringi dengan senyuman kecil.
"Gapapa-gapapa pantat lu. Biar gue telpon 112, bentar."
"Ngapain?"
"Manggil ambulans lah geblek, mau ngapain lagi." balas Sena ngegas.
"Ambulans itu 119." fix! Sena speechless mendengar jawaban Han dengan wajah datarnya.
"Nah, maksud gue itu. Salah ngomong aja gue tadi."
"Hm, serah lo deh."
Setelah petugas datang dan membawa mereka ke rumah sakit, "Gimana dok keadaan temen saya?" tanya Sena khawatir.
"Sekarang udah gak papa. Dia mengalami Intoleransi Dingin. Syukurnya kamu cepat membawanya ke rumah sakit, dia akan baik-baik saja beberapa jam lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are you? | Hwang Hyunjin
FanfictionIni bukan sekedar halusinasi, tapi dia memang benar-benar ada.