28. Who doesn't want a happy ending

1.3K 106 11
                                    

28. Who doesn't want a happy ending

Pemuda bertubuh tegap dan tinggi sedang menerawang jauh ke atas, membayangkan apa yang ada di balik langir biru yang begitu cerah. Padahal anak kecil juga tahu, ada angkasa jauh di atas sana. Tapi ia masih ingin percaya, bahwa jika bisa mencapai puncak langit sana ia bisa bahagia.

Bersandar pada pohon rindang yang sudah berumur puluhan tahun, mungkin lebih tua darinya. Karena yang pernah didengarnya, pohon ini bahkan sudah ada sejak kakeknya masih muda.

Walaupun pemandangan langit sedikit tertutup oleh beberapa rantind dan dedaunan, sama sekali tak mengurangi rasa rishi untuk menerawang jauh.

Memilih sendiri dikerumunan, ah, atau bisa disebut sebagai pesta pertunangan.

Kakaknya—Lee Hyunjae mengadakan pesta pertunanganna hari ini, tepat di ulang tahun calonnya. Tubuh kakaknya tak jauh beda darinya, jika dilihat mungkin sama besarnya, tapi tubuhnya lebih dari kuat untuk membanting kakaknya sekarang.

Kebencian pada kakaknya itu bermula saat pengumuman perjodohan kakaknya dengan orang yang dicintainya. Tak ada penolakan karena itu hanya dari keluarga dan keluarga, ah, Hyunjae-lah sebenarnya dalang dibalik perjodohan sialan ini. Karena kedua keluarga mempunyai janji untuk menjadi besan suatu saat nanti, dan kakaknya memanfaatkan hal itu.

"Gak mau ngasih selamat?"

Sebuah suara datang membuat Juyeon menurunkan pandangannya, matanya menangkap sosok yang menjadi pemeran utama di panggung lautan manusia tadi. Padahal hanya sebuah pertunangan, kenapa harus mengundag banyak orang, pikirnya.

"Selamat."

Tepat setelah mengucapkan selamat Juyeon pergi, meninggalkan acara yang hanya diisi dengan musik pengiring dan riuh undangan yang menyebutkan bahwa kakaknya benar-benar lelaki luar biasa, tampan, pintar, bahkan mendapatkan calon yang sangat manis.

***

Seminggu setelah acara pertunangan Hyunjae, Juyeon tak pernah sekalipun menginjakan kakinya di rumah. Memilih apartemen di dekat tempat kerjanya.

Kemauan Juyeon yang tak ingin meneruskan perusahaan keluarganya, memilih bergelut dengan dunia seni yang cukup sulit jika tak didanai keluarganya sendiri. Keluarganya memang sangat menentangnya saat memilih dunia seni daripada bisnis.

Ah, mungkin gara-gara ini orang yang dicintainya itu tak memilihnya.

Bekerja di dunia seni cukup sulit bagi Juyeon, karena tak ada prestasi selama menempuh pendidikan dulu. Menjadi seorang pengajar di bimbingan belajar membuatnya menjadi orang yang sangat sederhana, yah walaupun keturunan bisnis memang tak bisa dilepas, tapi itu cukup membuat Juyeon nyaman.

Kegiatan mengajarnya berakhir jam 7 malam, tepat saat ia sudah berada di apartemen, sosok yang berada di hatinya itu muncul dari balik dapur menggunakan apron ungu bermotif kucing kesukaannya. Lihatlah, betapa manis dan menggemaskannya saat datang menyambutnya.

"Pas banget, makan malam udah jadi, mau makan dulu apa mandi dulu?"

"Kamu gak masalah masih disini?"

"Aku udah ijin bakal nginep di tempat Chanhee."

Lihatlah, bahkan Juyeon hanya menerima pasrah saat orang itu yang berbohong demi bersamanya. Lalu kenapa perjodohan itu terjadi seminggu lalu.

Keduanya makan malam dengan diam, Juyeon yang banyak diam dan dingin. Karena otaknya sekarang sedang memikirkan rencana jahat untuk membawa kabur tunangan kakaknya.

"Jangan diemin aku! Kamu gak tau seminggu ini harus ngikutin kemana Hyunjae pergi, harus kencan karena suruhan mama, harus di rumah saat Hyunjae ke rumah, harus nyiapin bekal buat Hyunjae ke kantor, harus—"

Romantica | jukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang