qualification

48 3 2
                                    

QUALITY
A fanfiction

D I S C L A I M E R
Quality © jukiejeon™

WARNING!!!!!!!
Cerita ini berisi konten gore eksplisit, bila tidak kuat mohon tidak membaca!

Adegan jangan ditiru ya beb, bahaya...

***

Mansion itu begitu megah. Dindingnya berlapis ukiran rumit bertahtakan emas, lantai mengilap beralas batuan marmer, chandelier dari berlian murni menggantung menerangi ruang. Sungguh tiada secuil pun kata kumuh dari bangunan semegah itu.

Didalamnya terdapat sebuah ruangan yang tak kalah megah, tiap mata tentu akan langsung tertuju pada satu titik saat memasuki ruang tersebut, singgasana besar yang tengah diduduki seorang daksa. Bila diperhatikan, ujung sudut ruang pun dihiasi dengan lemari berisi boneka cantik. Sungguh megah tanpa cela.

"Aku mencintaimu, Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mencintaimu, Jungkook." Seorang gadis terlihat tengah duduk bersimpuh dihadapan singgasana tersebut.

"Benarkah?" Di singgasana, pria yang dimaksud mendudukkan diri seraya memainkan gelas berisi likuidmerah gelap di tangan kanan. Kakinya menyilang sambil bersandar santai, posisi yang sama sekali tak menganggap gadis dihadapannya itu sebagai ancaman.

"Ya,"

Sorot mata lelaki itu tampak dingin namun tetap mencermati perkataan sang gadis yang tengah memberi pengakuan padanya, mengira-ngira apakah ini akan menjadi hal menarik atau malah membosankan.

"Sebesar apa rasa cinta yang kau maksud, Emeraldie?" Bila itu tak cukup menarik, maka aku akan membuatnya menjadi lebih menarik. Batinnya menyeru.

Entah mengapa, darah di setiap pembuluh gadis itu serasa berdesir tiap mendengar Jungkook melafalkan namanya. "Aku rela melakukan apapun, untukmu." Gadis bernama Emeraldie itu, menundukkan kepala seolah menunjukkan betapa ia memuja pria di hadapannya.

Jungkook menyeringai licik, terlihat pupil matanya membesar tatkala tudung jubah kelabunya tersingkap.

"Termasuk memberiku nyawa?"

"Ya, akan kupertaruhkan nyawaku." Tak tahu apa yang menggerogoti isi kepala gadis itu, bagaimana cara memiliki bila ia harus membunuh diri? Nampaknya, otak itupun telah digerogoti oleh racun yang bersemayam di balik kata cinta.

"Aku tak menginginkan nyawamu, Sayang... Kau, cukup memberiku nyawa seseorang." Jungkook meletakkan gelas berisi likuid merah kental itu ke meja tak jauh dari singgasana.

"Sepertinya wanita lain akan merebutku darimu,"

"Apa kau mampu memberikan nyawanya padaku?" Lanjutnya. 

QUALITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang