¬14¬

829 192 32
                                    

"Gimana?" tanya seseorang yang kini tengah berdiri menatap kumpulan manusia tak bernyawa di depannya.

"Udah, Bos!" Pemuda ini menyingkir setelah tugasnya untuk menuangkan minyak selesai.

Seseorang itu berjalan sembari merogoh sesuatu yang berada di saku celananya.

"Kalian gak boleh tersisa–

Terima kasih sudah dengan senang hati menjadi mangsa gue."

Ctak

BRUSHH!

Kobaran api kini mulai membesar. Dengan cepat menjalar ke semua bagian yang terkena minyak. Aroma seperti daging terbakar kini sudah menyebar ke sekitar.

"Ayo kita urus sisanya."

"Mereka tidak pantas hidup."










































































"Are you ready?" Hyunsuk menoleh sejenak kebelakang dimana yang lain berada dengan senjata masing-masing ditangan.

Mereka mengangguk namun anggukan Junkyu terlihat sangat bersemangat.

"Yes! Good Luck!"

"Udah kayak soal ujian aja lo isi 'Good Luck' terus isi tanda senyum."

"Berarti gue bener dong. Gue mendoakan semoga kita sukses di misi kali ini."

Jihoon sebagai orang yang berada di samping Junkyu langsung tersenyum bangga bahkan dirinya sudah mengusap air mata yang menetes tadi.

"Akhirnya temen gue pinter sebentar."

Junkyu mengangguk angkuh. "Gue gitu loh! Udah ganteng, pinter lagi."

"Tapi lagi bentar mati hahahahaha."

"Goblok! Omongan adalah doa." Jaehyuk mengusap kepalanya setelah mendapat pukulan dari Junghwan.

"Belum nikah jadi gak boleh mati." Junkyu menatap teman-temannya yang lain. "Kalian juga! Dateng ke pernikahan gue nanti."

"Eleh! Jomblo kayak lo siapa yang mau coba?" Jeongwoo berusaha menahan tawanya. Memang random sekali kakak kelasnya ini, disaat seperti ini justru membahas pernikahan.

"Buktinya banyak yang nge–"

"Ini kita jadi keluar apa bahas pernikahan?" Hyunsuk lelah gais.

Yang lain langsung cengegesan. Lalu membuat gerakan agar Hyunsuk segera membuka pintu di depannya.

Hyunsuk memejamkan matanya lalu membuang nafas berat.

"Setelah gue buka. Disitu perjuangan kita dimulai."

Mereka mempererat pegangan tangan mereka pada senjata masing-masing.

Ceklek

Kriett

































"IH BAU APA INI?!" Jihoon langsung membekap mulut Junkyu. Memang temannya ini tidak bisa santai.

Semua juga langsung menutup hidung mereka dengan tangan atau baju. Ketika Hyunsuk membuka pintu, bau yang sangat menyengat langsung memenuhi indera penciuman mereka.

"Ini bau daging kebakar!" Junkyu langsung melotot.

ini–

Junkyu langsung menghempaskan tangan Jihoon dari mulutnya. Menatap teman–temannya dengan ekspresi panik.

"Mereka udah mulai aksi lagi! Kita harus cepet–cepet keluar!"

































































Kedelapan pemuda ini berjalan dengan hati-hati. Memperhatikan setiap langkah dan sekitarnya. Karena disetiap lantai koridor terdapat banyak darah dan juga bekas-bekas potongan tubuh.

Mereka baru sampai koridor depan gedung dua. Hyunsuk dan Jihoon segera berlari menuju salah satu pilar dan bersembunyi. Melirik sekitar untuk memastikan apakah mereka aman lalu dirinya menatap pintu gerbang utama sekolah yang berdiri kokoh dan terkunci rapat. Dan jangan lupakan masih ada beberapa mayat yang berceceran disekitar sana.

Namun ketika Hyunsuk mengkode teman-temannya untuk segera keluar dari koridor dirinya dibuat menegang ketika mendengar suara-suara dari gedung yang tepat berada dihadapan mereka. Yaitu gedung tiga.

Mereka balik bersembunyi. Meyakinkan agar tubuh mereka tak terlihat oleh orang lain dari balik pilar ataupun tembok.

Dua orang pemuda berjalan keluar dari gedung tiga. Tampak menyeret sesuatu ditangan masing-masing.

"Bin cepetan! Ini kita udah ditunggu sama bos!"

"Sabar anjir! Ini mayat berat banget."

Jihoon yang mendengar sekaligus melihat siapa orang yang menyeret mayat itu hanya bisa membuka mulutnya lebar-lebar dengan mata yang menatap tak percaya.

"S-soobin? J-jaemin?"

Jihoon rasanya ingin berteriak dan memukul wajah teman satu kelasnya itu. Bagaimana bisa mereka terlibat dalam perbuatan keji ini?

Setelah dirasa Soobin dan Jaemin masuk ke gedung satu. Hyunsuk kembali mengkode teman-temannya untuk segera keluar dan berlari namun lagi-lagi mereka harus diam ditempat karena suara sesuatu yang jatuh dari atas gedung tepat dibelakang pilar yang Hyunsuk gunakan sebagai persembunyian.

Kepala Jihoon sedikit mendongak menatap seseorang yang sudah dipastikan menjatuhkan mayat itu dari atas.

Disana terdapat siswa juara satu Olimpiade Matematika dari angkatannya yang berdiri dengan senyum puas dan jangan lupakan cipratan darah yang lumayan banyak di baju seragamnya.










"Lo kalo mau jatuhin mayat liat-liat dong, Kak Yosh! Ini gue hampir ketiban anjir!"

Jihoon dan Hyunsuk segera mengintip seseorang yang tadi berteriak dari balik pilar. Ditengah lapangan terdapat pemuda yang terkenal dengan suara indah dan merdunya, siswa yang mewakili sekolah dalam Lomba Menyanyi dan mendapat gelar juara satu itu tengah berdiri sambil menatap keatas.

Yoshi yang berada diatas sedikit terkekeh. "Sorry, Dam! Gue terlalu bersemangat!"

Oh tidak bahkan orang-orang pintar ini juga termasuk bagian dari rencana keji ini?



























...

gimana menurut kalian?

ngok

hai aku kangen kalian tau hiks T_T

Bloody Day ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang