Suara kereta api semakin dekat, dan kecepatan kereta api tersebut sangat tinggi.
"Pergii!! kamu tidak boleh di sini!!" Seorang perempuan berteriak di tengah-tengah rel kereta api.
Dari kejauhan, kereta api mulai datang ke arah dirinya. Namun ada seorang laki-laki yang malah mendekatkan dirinya ke arah rel kereta api.
"Jangan seperti ini!! Apa yang kamu pikirkan dasar bodoh?! Pergi dari sana!!" Laki-laki tadi pun mulai berteriak sambil berlari ke arah perempuan itu.
Kereta api sudah sangat dekat dengan tubuh perempuan itu, perempuan itu membentangkan tangannya seolah sudah siap di tabrak kereta api.
Namun setelah beberapa detik, seseorang mendorong tubuh perempuan itu ke pinggir rel kereta.
Perempuan itu terjatuh dan dia melihat kereta api itu melaju dengan cepat dan melindas tubuh laki-laki itu, dia menyaksikan kejadian mengerikan itu dengan kedua mata kepalanya sendiri .
"BAMMM!!" Kereta itu melindas tubuh laki-laki itu dengan kecepatan tinggi.
Dengan spontan perempuan itu berteriak dengan kencang, dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Perempuan itu terdiam sambil menutup mulutnya, dan air mata nya mulai mengeluarkan air mata.
"Apa yang ku lakukan? Dia, dia mengorbankan dirinya demi aku? Bodoh!! Dasar bodoh!!" Batin nya terus bertanya-tanya. Tubuhnya bergemetar hebat setelah melihat kejadian yang baru saja terjadi di hadapannya.
Perempuan itu perlahan mendekat ke arah laki-laki tadi, dengan tangan yang masih menutup mulutnya.
"Apa? Apa yang kau lakukan?" Perempuan itu terus mengucapkan pertanyaan itu berkali-kali dengan suara gemetar.
Laki-laki itu ternyata masih dalam keadaan sadar, laki-laki itu mulai tersenyum kecil ke arah nya.
"Sofia, kamu s-selamat, syukurlah." Laki-laki itu mencoba untuk menyentuh pipi perempuan itu dan mulai mengusap pipinya sambil kembali tersenyum.
"Jangan bodoh, untung aku belum terlambat." Laki-laki itu tertawa kecil lantas tangannya terjatuh ke tanah, dan matanya mulai menutup.
Perempuan itu meraih tangan laki-laki itu dan merasakan bahwa tangan laki-laki itu mulai mendingin. Perempuan itu mulai berteriak-teriak kembali.
"Jangan pergi!!! Bertahanlah!!! Kumohon!! Bertahanlah, jangan pergi!!! KUMOHON!!" perempuan itu mencoba menekan dada laki-laki itu dan sesekali memberikan napas buatan.
Berkali-kali dia mencobanya, tapi semuanya seolah tidak berhasil. Perempuan itu tidak menyerah dengan mudah, dia mulai berteriak mencari pertolongan.
"TOLONG!! SIAPAPUN TOLONG AKU!!! TOLONG!!!" Perempuan itu mulai kembali menangis, dan tidak lama kemudian ada seorang warga sekitar yang mendengar teriakannya dan mulai memanggil ambulans.
Seseorang menepuk pundak perempuan itu dan berbisik kepadanya.
"Dia sudah tewas, luka yang di alaminya membuat dia banyak kehilangan darah." Perempuan itu terpaku di tempat setelah mendengar keadaan laki-laki tadi.
***
"Tidakk!!" Sofia terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya.
Sofia menemukan dirinya berada di atas kasur kamar miliknya, ternyata itu hanya mimpi.
"Itu hanya mimpi, tapi kenapa semuanya seolah adalah kenyataan di masa lalu. Aku merasa bahwa ini bukan mimpi, melainkan ingatanku. Tapi- sudahlah seperti nya aku terlalu lelah, jadi aku berpikir yang tidak-tidak."
Sofia beranjak dari kasurnya dan pergi menuju kamar mandi. Hari ini adalah jadwal dirinya kencan bersama laki-laki yang pernah disukainya waktu kelas 11 kemarin.
Namanya adalah Ladaskar atau bisa juga di sebut Laskar, laki-laki yang pintar namun terkadang dia bodoh dengan tingkahnya yang bisa bikin Sofia tertawa.
Karena dengan Laskar lah Sofia merasa bahwa dunia ini bisa berubah menjadi lebih baik.
Sofia turun dari atas dan pergi menemui ibunya di bawah, dia sudah sangat tidak sabar bertemu dengan Laskar.
"Ibu, aku pergi dulu." Sofia mulai melangkahkan kakinya ke luar.
Ternyata Laskar sudah berada di halaman rumah Sofia, dia telah menunggu Sofia cukup lama.
"Tuan putri ternyata lama sekali ya." Laskar mengejek Sofia, Sofia hanya tersenyum dan meminta maaf. Laskar tertawa melihat tingkah Sofia, Laskar pun mengusap rambut Sofia dengan lembut.
"Ayok ini adalah hari kita berdua." Laskar mengucapkannya dengan sangat lembut. Sofia tersenyum dan mengandeng tangan Laskar.
***
Mereka berdua berjalan menuju taman kota, tempat dimana mereka pertama kali bertemu.
Mereka akhirnya sampai di sana dan mulai duduk di taman bangku taman. Hari ini cuaca nya sangat mendukung, tidak panas dan tidak pula mendung.
Mereka mulai bercerita tentang awal mereka bisa bertemu sampai akhirnya mereka disini dan memutuskan untuk kencan. Mereka juga mulai mengingat masa-masa dimana mereka tertawa waktu di sekolah, dan bahkan bolos bersama.
"Laskar, aku punya pertanyaan." Sofia masih penasaran dengan mimpinya tadu. Laskar menoleh ke arah Sofia dengan heran, tidak biasanya Sofia serius seperti ini.
"Eumm, aku pernah bermimpi bahwa kamu di tabrak kereta api. Tapi kejadian terburuknya adalah kau meninggalkanku sendirian untuk selamanya." Sofia menundukkan kepalanya.
Laskar sedikit terkejut dengan perkataan yang diucapkan oleh Sofia, tapi dia tidak menjawab pertanyaannya. Sofia masih terdiam, sepertinya Sofia membuat Laskar tidak nyaman atas pertanyaannya.
Sofia ingin meminta maaf atas pertanyaannya, tapi Laskar malah mulai berbicara.
"Kamu ini lucu sekali, haha. Itu hanya mimpi, tidak usah di pikiran. Lihat aku disini, aku akan selalu di sampingmu." Laskar sedikit tertawa dan meregangkan tangannya, menunjukkan bahwa dia ingin memeluk Sofia.
Sofia tersenyum dan segera memeluk tubuh Laskar, dia mulai mengeluarkan air mata.
"Haha, aku memang bodoh. Padahal kamu ada di sini bersamaku." Sofia tertawa, dan tawanya disusul oleh tawa Laskar.
"Maafkan aku." Tanpa di sadar, air mata Laskar berhasil lolos dari matanya namun Sofia tidak mengetahuinya.
"Aku juga ingin nya seperti itu." Laskar mempererat pelukannya, begitu pun sebaliknya.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak ya:)Kalau ada yang salah silahkan tulis di kolom komentar, nanti author benerin.
Tungguin chapter selanjutnya ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Short StorySofia Vergara, seorang anak perempuan yang tinggal bersama ibunya. Kehidupan keluarganya bisa dibilang tidak harmonis, ayah nya meninggalkan dia dan ibunya ketika umurnya baru menginjak 4 tahun. Dengan terpaksa, ibunya menjadi orang tua tunggal untu...