18; Pada semesta yang berhenti berdetak

209 37 18
                                    

PERINGATAN!
Terdapat adegan kekerasan. Tidak untuk ditiru!

SABILA menahan rasa gusar yang memenuhi hati, tangannya terkepal erat bersamaan dengan kaki yang bergerak acak, mainkan pasir dibawahnya cipta debu yang berterbangan disekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SABILA menahan rasa gusar yang memenuhi hati, tangannya terkepal erat bersamaan dengan kaki yang bergerak acak, mainkan pasir dibawahnya cipta debu yang berterbangan disekitarnya.

Ia berdiri tegak disebelah gang, tunggu Dhika yang tak kunjung datang padahal waktu pertemuan yang direncanakan telah lewat hampir dua jam lamanya.

Dhika bersedia membantu, pun Sabila masih ingat jelas bagaimana khawatirnya senior itu terhadap Wanda setelah ia ceritakan apa yang diketahui.

Namun satu senior yang lain, berasma-kan Bhadra berkata bahwa belum tentu mereka bisa datang. Kelas tiga sedang banyak persiapan ujian akhir ataupun persiapan masuk ke jenjang perguruan tinggi, orangtua pasti melarang berpergian.

Sabila gundah sendiri. Sebelum menunggu didepan gerbang, tadi ia sempatkan diri untuk ke rumah Wanda, dengar teriakan melengking yang buat takut.

"Kak Dhika, lo dimana?"

Warga sekitar rumah sedang pergi ke acara yang diadakan ketua rukun tetangga, buat lingkungan sekitar menjadi sepi sekali. Dan Sabila takut bahwa dengan itu ayah Wanda jadi lebih leluasa untuk menyakiti sang anak.

"Sial"

Setelahnya Sabila berlari pergi, tak tahan untuk terus menunggu. Ia kepalang takut, entah kenapa. Baru kali ini merasa begini, renjana hasilkan sesak sebab ia tak tahu apa yang akan terjadi.

Langkahnya melambat, Sabila berhenti tepat didepan pintu rumah Wanda, mengintip melalui jendela namun tak terlihat sebab tertutup gorden.

"Wanda?" Panggil Sabila.

Hening. Selalu tidak ada jawaban.

"Wanda!" Sabila beranikan diri untuk berseru.

Namun sekali lagi, tidak ada jawaban.

Sabila menghembuskan napas perlahan, tenangkan diri sebelumnya akhirnya pegang kenop pintu dengan tangan bergetar. Berusaha dibuka dan ternyata berhasil sebab tak dikunci.

Dengan ragu Sabila masuk, dapati keadaan dalam rumah yang gelap gulita dan begitu sepi.

"Wanda?" Bisik Sabila.

Sabila meringis begitu kakinya tak sengaja menginjak serpihan kaca yang berserakan, membuat ia akhirnya tersadar bahwa keadaan dalam rumah begitu berantakan.

Pandangan mengedar, mendapati banyaknya barang yang hancur, pun suasana yang begitu mencekam buat buluk kuduk berdiri.

"AYAH?!"

Sabila tersentak kaget dengan hati yang semakin berdegup kencang. Hafal betul bahwa itu seruan Wanda. Diri berusaha menguatkan keraguan, perlahan-lahan dekati tempat sumber suara berada--kamar Wanda.

WEIRD LOVE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang