Setelah dua hari dirawat dirumah sakit. Akhirnya, hari ini Pandu sudah bisa pulang kembali kerumah. Hana dan Daffa menyuruhnya untuk tinggal dirumah dulu beberapa hari. Saat ini, Pandu sedang tiduran sambil bermain game diponselnya. Sampai tak sadar, Elio datang dikamarnya dengan buku matematikannya. Elio naik di atas kasur dan menatap apa yang dilakukan Pandu saat ini. Lalu menatap wajah Pandu yang terlihat berwarna hitam.
"Om," Panggil Elio.
"Hmm, ada apa?" Tanya Pandu seraya menatap wajah Elio.
"Kok wajah Om warnanya hitam? Om pakai apa?" Seketika Pandu memegang wajahnya yang sudah terlihat belum mengering.
"Ini namanya masker wajah." Jawab Pandu santai.
"Buat apaan pakek begitu?" Tanya Elio penasaran.
"Biar tambah ganteng. Elio mau pakek juga?" Tanya Pandu sembari mengipasi wajahnya dengan kipas. Elio menggelengkan kepala.
"Nggak mau."
"Kenapa nggak mau?"
"Kan Elio udah ganteng. Kenapa harus pakek masker lagi. Cuman orang jelek yang mau jadi ganteng aja yang pakek begitu. Orang ganteng kayak Elio jangan."
"Eh, buset! Percaya diri banget ini anak. Tapi, emang bener sih, dia udah ganteng, kenapa harus pakek masker wajah lagi. Lihat wajah Elio kok gue jadi insecure ya." Gumam Pandu pelan.
"Om bilang apa?" Pandu menggelengkan kepalanya.
"Nggak, Om nggak bilang apa apa." Elio mengangguk-anggukan kepalanya "Oh, iya. Elio ngapain dikamar Om?"
"Disuruh Nenek panggil Om. Di depan ada teman teman Om lagi nungguin."
"Oh iya?" Elio mengangguk.
"Iya." Dengan segera, Pandu turun dari kasur "El, ayo kita turun ke bawah. Ketemu sama teman teman Om." Ajak Pandu. Elio mengangguk dan turun dari kasur dan mengikuti Pandu disampingnya.
Sampainya mereka di bawah, terlihat teman teman Pandu sudah berkumpul diruang tamu dengan aneka makanan, cemilan, jus dan buat di atas meja. Mereka terlihat makan dengan lahap tanpa mengeluarkan suara. Hal itu malah membuat Pandu yang baru saja tiba menggelengkan kepalanya heran.
Elio yang berada di samping Pandu berjalan dengan buku yang masih ada ditangannya. Menatap teman teman Pandu dengan wajah polosnya.
"Eh, buset! Kalian kayak orang yang nggak makan seratus tahun aja ya. Kasian banget sih gue sama kalian." Ujar Pandu sambil menggelengkan kepalanya heran.
Ia duduk di bawah sofa diikuti Elio yang duduk di sampingnya. Menatap teman temannya yang masih asik melahap makanan "Gila, Ndu. Kalau gue tinggal dirumah ini, bisa bisa tubuh gue langsung gemuk seketika. Makanan makanan disini enaknya nggak ada tandingannya. Aduh, kalau bisa sih, gue mau tukeran sama lo, Ndu. Lo jadi gue, dan gue jadi lo. Asik tuh kayaknya." Ujar Tio dengan mulut yang sudah penuh dengan buah buahan.
"Maunya lo aja itu bangsat! Mana mau Papa Daffa punya anak jelek kayak lo. Nggak ada yang bisa dibanggain tau nggak!" Tukas Ilham kesal.
"Ada kok yang bisa dibanggain." Ujar Tio.
"Apaan coba?!"
"Gue bisa bela diri."
"Percuma bisa bela diri kalau wajahnya aja jelek kayak lo." Ujar Ilham meledek.
"Iddih, nggak punya kaca banget lo ngomong gitu sama gue. Gue sama lo sebelas dua belas anying. Lo jelek, gue juga jelek! Wajahnya sendiri nggak pernah ngaca. Dasar memang!"
Mereka terdiam sejenak. Ikram menatap wajah Pandu dan sedikit terkejut "Itu wajah lo kok hitam hitam gitu, Ndu?"
Semua teman teman Pandu langsung menatap kearah Pandu "Ini namanya masker. Masker wajah." Jawab Pandu santai.
"Buat apaan emang pakai begitu?"
"Biar tambah ganteng, tambah glowing, dan tambah bersinar."
"Gue mau dong pakai masker wajah." Ujar Bayu tiba tiba "Gue juga mau ganteng anying. Males gue punya wajah begini. Setiap deketin cewek, Eh pada lari semua cewek ceweknya."
"Gue juga mau dong, Ndu. Jangan ganteng sendirian napa. Ajak kita kita juga kek." Ujar Ikram.
"Gue juga, Ndu." Ujar Tio.
Dan akhirnya, Pandu dan teman temannya pun memakai masker wajah. Setelah selesai, mereka duduk duduk diruang tamu seraya menunggu masker mengering.
Elio yang berada diantara mereka hanya terdiam dan sekali kali membaca buku.
Tak lama, suara bell terdengar membuat Pandu yang sedang bermain game beranjak dari duduknya. Ia membuka pintu rumah dan terlihatlah Ragata disana.
"Eh, Ra. Ada apa?" Tanya Pandu penasaran. Ragata yang baru saja tiba langsung menatap Pandu yang sedang memakai masker.
"Ini, gue mau antarin kue dikasih Mami. Tante Hana mana?" Tanya Ragata sembari menatap ke depan.
"Mama lagi nggak ada. Udah keluar tadi sama papa. Sini masuk dulu." Ragata masuk kedalam rumah dan mengikuti Pandu yang berjalan di depan.
Saat telah sampai di ruang tamu, seketika Ragata dibuat terkejut saat melihat teman teman Pandu yang memakai masker wajah.
"Eh, Neng Ragata. Udah lama nih nggak ketemu." Ujar Ikram saat melihat Ragata yang baru saja tiba.
"Iya, nih. Lagi sibuk sama tugas akhir akhir ini. Kalian kok pakai masker?" Tanya Ragata seraya tertawa kecil.
"Iya nih, biar tambah ganteng dan tambah glowing." Ragata kembali tertawa kecil. Ia duduk disalah satu sofa dan menatap teman teman Pandu.
Lalu menatap Elio yang terlihat membaca buku "Elio lagi ngapain?" Tanya Ragata.
Elio yang tadinya sedang fokus membaca, seketika menatap Ragata "Lagi baca buku kak."
Ragata mendekati Elio dan duduk di samping keponakan Pandu itu "Baca buku apaan?"
"Buku matematika."
"Elio suka matematika ya?"
"Suka banget. Buku matematika Elio dikamar banyak banget loh, kak. Elio juga suka baca buku."
"Pasti Elio pintar banget di sekolah?" Tanya Ragata. Elio hnaya bergumam dan kembali membaca. Sekali kali memakan buah yang berada di atas meja.
Pandu duduk di samping Ragata. Ragata menatap Pandu "Gue dengar lo masuk rumah sakit ya kemarin?" Tanya Ragata penasaran. Pandu yang sedang memakan cemilan langsung menatap Ragata.
"Hmm, iya. Dengar dari siapa?" Tanya Pandu balik.
"Dari satpam di depan."
"Kepoin gue ya?"
"Iddih, siapa juga yang kepoin. Satpam dirumah lo aja yang tiba tiba kasih tau."
"Masa?"
"Iyalah!"
"Bohong dosa loh."
"Gue nggak bohong, ok!"
"Ok, percaya gue, percaya"
🌸~••••~🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...