Dentingan lonceng dari jam di sudut nakas membangunkan seorang pria yang sedari tadi tertidur dengan lelapnya. Pria dengan garis rahang tegas dan otot lengan yang terbentuk sempurna itu memutar kepalanya pelan guna melemaskan otot lehernya.
Ia mulai menurunkan kakinya menapaki lantai marmer dan mulai berjalan menuju kamar lain di sebelah kamarnya. Berdecak sebal saat melihat sosok gadis masih bergelung di dalam selimutnya dengan rambut yang berantakan.
Didekatinya ranjang tersebut pelan, mendengus sembari mengibaskan sebelah tangan di depan wajahnya sendiri saat menghirup aroma menyengat dari tubuh gadis itu.
“Gadis ini, berani-beraninya mabuk lagi”
Tak tahan dengan semua tingkah sang putri tidur, pria dengan kerutan halus di bawah matanya itu mengambil sebuah panci dan membuat suara gaduh dengan mengetuk-ngetukkan panci tersebut dengan keras berkali-kali. Mendengar suara bising yang memekakan telinga, gadis tersebut langsung bangun terduduk.
Ia berdecak sebal saat melihat sang ayah tersenyum senang, tanpa merasa bersalah sedikitpun pria dewasa yang masih terlihat sangat tampan itu berlalu setelah mencium kening putrinya dan mengatakan bahwa gadis itu harus segera bersiap untuk berangkat sekolah.
Jiyeon nama gadis yang sedari tadi tak bisa menghentikan kerutan kekesalannya itu kini telah selesai berdandan. Rambut panjang kecokelatannya ia biarkan terurai indah bergelombang.
Ia mematut wajah sekali lagi, eye liner yang sedikit tebal lalu bibir yang sengaja di beri warna merah membuat parasnya semakin cantik bak boneka. Dandanan yang sangat mencolok untuk pergi ke sekolah namun tak pernah diperdulikan Jiyeon sebagai siswi populer di sekolahnya.
“Selamat pagi Dad” ujar Jiyeon setelah mencium sebelah pipi ayahnya, ia kemudian duduk dengan anggun pada kursi makan tepat di depan sosok pria yang sedari menatapnya dengan tajam.
Jiyeon yang merasa tidak bersalah atau tepatnya pura-pura tidak perduli itu tersenyum manis dan mulai mengoleskan selai kacang di atas roti gandum panggangnya.
“What?” tanya Jiyeon yang sudah jengah dengan tingkah ayahnya.
“Jam berapa semalam kau pulang?” Park Yunho melipat kedua lengannya dan menatap putri tunggalnya semakin mengintimidasi.
Yunho adalah orang tua tunggal yang sangat disiplin sekali sampai-sampai pria itu mempunyai kebiasaan tak tidur lebih dari jam 9 dan saat tertidur pria itu tidak akan dapat terganggu oleh apapun kecuali alarm yang selalu dia seting setiap pukul 6.
“Tidak terlalu malam, mungkin jam 1 ah tidak seingatku jam 2 ya sekitar itu” jawab Jiyeon santai, mengigit rotinya sembari memainkan ponsel cuek. Tak menghiraukan sang ayah yang menghembuskan nafas lelah.
“Sudah ayah bilang untuk tak pulang lebih dari jam 10 dan mabuk-mabukan. Demi tuhan kau masih dibawah umur dan minuman keras itu akan merusak tubuhmu”
“Oh.. ayolah Dad kemarin itu pesta ulang tahun Krystal. Daddy tau sendiri kami selalu seperti itu bahkan saat di Amerika pun ak—"
“Stop membawa budaya Amerikamu ke mari. Kau ini sedang ada di Korea, dirumah ku maka dari itu kau harus menuruti semua aturanku!!”
“Kalau begitu kembalikan saja aku ke Amerika, aku lebih senang bersama Mommy” Jiyeon menatap ayahnya tak kalah sengit, dia bahkan sudah tidak berselera memakan rotinya lagi.
Suara gebrakan meja yang menggema menghentikan perdebatan sengit antara anak dan ayah ini.Yunho menghela nafasnya untuk menekan emosinya yang siap meledak. Putrinya kembali mengungkit kehidupannya dengan sang mantan istri dan itu membuatnya kesal.