Prolog

181 76 105
                                    

Harmoni rumahmu lebur, kamu tersungkur. Semuanya mengabur.
Tetapi, jauh di dalam sanubari, kamu tak ingin bergegas pergi.
Kamu bertahan.
Kamu menghadapi kenyataan dan melanjutkan perjuangan.
Hatimu hancur, tetapi kamu tetap harus mencintai mereka yang menghancurkanmu dengan puing-puing hatimu yang hancur.

Saat di luar rumah aku mencoba tertawa menutupi luka, tetapi saat sampai rumah sedihku terus menerus tak bisa kuhentikan."

"Karena rumah tak selalu ramah."

****

"Deeek... seandainya kamu disini.
Kamu hidup, kamu disamping kakak.
Kakak bahkan nggak tau bakal sehancur apalagi kakak ketika melihat mata kamu disaat kakak lagi lemah kaya gini..."

"Deek... Kakak kangen banget sama kamu."

"Deek hati kakak perih banget, kok sakit ya, sampek sesek buat napas.."

"Maaf dek lagi-lagi kakak buat mama sedih, mama kecewa sama kakak.."

"Dek kamu kapan dateng nemuin kakak? Kamu pasti juga kecewa ya sama kakak...maaf"

"Kakak pengen peluk kamu. Boleh?"

Tuhaan... tolong beritahu aku, tolong perlihatkan padaku wajahku dulu, sebelum aku lahir didunia. Saat kau tanya perihal apa aku sanggup menjadi anak, dan hidup bersama mereka. Perlihatkan padaku Tuhaan... perlihatkan padaku bagaimana dengan yakinnya saat aku menjawab "sanggup..." agar aku kuat bertahan dan terus berusaha sampai titik akhir yang kau takdirkan.

Sekarang aku rapuh... aku harus bagaimana..?

Sekalii saja...aku mohon...

Baca perlahan saja... cerita ini. Nikmati, rasakan,lalu bersiap untuk menjadi teman tokoh utama...aku berharap kalian bersedia untuk itu.

.oo0oo.

"Nenek... nek..?" panggil gadis mungil berumur 7 tahun yang sedang duduk sambil memakan snack ciki-ciki bersama saudara-saudara nya.

Namanya Felina floresta. Ia bermaksud untuk memberi tau kalau ia baru saja memakai kutek berwarna pink di jari-jari mungilnya.

Namun, tidak ada sahutan dari sang nenek.

"Nenek... nek..?"
Tidak menyerah gadis itu tetap memanggil neneknya, namun neneknya tetap tidak menjawab panggilan cucunya itu. Ia hanya melengos lalu menyuapi saudara-saudara nya yang lain.

"Nek.. aku juga pingin disuapi kaya Yudha sama Sinta.." pinta Feli dengan manjanya sambil merenges, sehingga terlihat deretan giginya yang berantakan itu.

Nenek menoleh kearah Feli.

"Kamu kan udah gede, makan sendiri bisa kan?" jawab nenek dengan ketus lalu kembali menyuapi cucu-cucu kesayangannya itu.
Sakit. Tentu saja.

Seperti itulah perlakuan neneknya kepadanya. Sudah biasa.

Felina, gadis mungil berumur 7 tahun lebih 9 bulan itu selalu di perlakukan tidak adil oleh neneknya.
Yaa.. mungkin karena rumah saudaranya itu jauh dari tempat tinggalku dan nenek yang hanya bersebelahan. Mungkin aja nenek rindu pada saudaranya itu, sehingga mengabaikan ku. Pikir Felina.

Kadang baik seperti induk ayam yang melindungi anaknya, kadang juga diperlakukan seolah-olah tidak ada.
Tapi tetap saja.

Sia-sia...

Leet Me Meet Him [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang