Part 7 : Pieces of Love

745 65 35
                                    

21+ Detect, mohon bijak ya.. Cerita ini berada di ruang Dewasa. Jika kalian dibawah umur dan tetap memaksa untuk membacanya, Aunty tidak bertanggung jawab.

Happy Reading.

.
.

Ruangan kerja itu menggelap tetapi masih menyisakan sedikit saja cahaya dari koridor luar. Perkamen, dinding dan benda padat lainnya menjadi saksi betapa hancurnya Hermione sekarang. Baru saja dia mendapatkan Draco dan lelaki itu kelak akan meninggalkannya. Dia tau Draco akan memilihnya,  dia yakin itu. Tetapi anak yang di kandung Delphini akan memenangkan semuanya. Semuanya!. Cinta dan tubuh Draco. Dan apa yang tersisa dari itu untuknya? Tidak ada.

Dia mengusap kasar air matanya sekali lagi dengan tissue bekas yang berserakan di lantai. Entah berapa banyak tetes air mata yang terbuang lantaran memikirkan masa depannya yang akan berakhir malang. Delphini terlalu pintar untuk dia lawan, dia tak mungkin akan tetap mempertahankan Draco jika anak yang dikandung wanita itu adalah pewaris murni dari keluarga Malfoy. Secara hukum maka dia yang salah jika tak membiarkan Draco bertanggung jawab.

Dia terus terusan mencari segala pembenaran dan kemungkinan mengapa dan mengapa. Tetapi semua tetap berkhir pada kenyataan pahit yang harus dia ikut tanggung. Apakah mencintai Draco sesakit ini? Dia bisa saja meminta Draco bertanggung jawab tapi cinta serta tubuh Draco tetap bersamanya. Tetapi bukankah itu terkesan sangat jahat? Hellooww , Dia melawan bayi!  Dan Gryffindor bukanlah manusia-manusia kejam yang sanggup melawan makhluk sekecil itu.

Pintunya menjeblak terbuka, terbuka dengan paksa. Cahaya luar sangat menyilaukan ketika menyerbu masuk retina nya. Hermione langsung mengambil tongkatnya dan berdiri bersiap siaga, dirinya sudah terlatih untuk ini. Walaupun death eaters sudah punah, tapi siapa tau bibitnya masih ada.

"Hermione!"

Hermione sukses menganga ketika matanya sudah bisa memproyeksikan sosok di depannya. Draco dan segala raut kekhawatirannya. Tidak! Ini tidak tepat. Bagaimana bisa lelaki itu membuka mantra pertahanannya. Dia harus tegar, dia harus berpura-pura sedang baik-baik saja. Tubuhnya lalu melemah lantaran dada bidang yang memeluknya dengan erat saat ini. Aroma maskulin milik lelaki itu begitu memabukkan indra penciumannya.

"Aku minta maaf" kata Draco pelan, air mata yang harusnya sudah habis kini memaksa keluar lagi dan menghancurkan pertahanan Hermione lagi.

"Apa kau tau?" Tanya Hermione dengan enggan, enggan rasanya harus mengingat kejadian tadi.

"Theo beberapa belas menit yang lalu memberitauku tentang Delphini dan aku yakin wanita itu pasti mendatangimu, dan melihat kondisimu saat ini aku pikir benar saja wanita itu menemuimu"

"Dan kenapa kau berfikir aku masih disini?" Tanya Hermione heran. Ini bahkan sudah menjelang dini hari,  dan Draco mau mencoba untuk datang ke kantornya. Bisa saja kan dia kabur atau mungkin ke rumah orangtua muggle nya.

"Ya! tempat mana lagi yang akan kau datangi selain kantor dan rumah, aku bahkan tak berani berfikir kau ada di kediaman Viktor" Hermione tersenyum kecil, akhirnya dia tau Draco masih mengkhawatirkannya.

"Aku tak akan menikahinya" Ucap Draco lagi sambil menghapus sisa air mata yang membekas dipipi kemerahan milik wanita tercintanya. Ada penyesalan dalam di hati Draco , dan dia berjanji akan membayar setiap tetes air mata itu dengan apapun yang bisa dia berikan. Dia sudah mendapatkan kembali cintanya dan dia tak akan rela Hermione melepaskan tangannya kembali. Tidak! bahkan jika tuhan mengambil Hermione, Draco akan marah. Terdengar egois?! Seperti itulah dia.

"Bagaimana dengan bayimu?" Tanya Hermione kemudian, bayi itulah yang akan memaksanya mundur.

"Bayi mana yang kau maksud Hermione? Dia bahkan belum melahirkannya!" Balas Draco acuh, jujur saja bayi itu akan menjadi ancaman besar untuk kelangsungan hubungannya.

EX MALFOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang