Kelas 10 IPS 4 dengan tenang dan damai mengikuti pelajaran seni budaya bersama pak Gian. Hanya pelajaran ini yang membuat murid-murid bersemangat, karena cara mengajar yang pak Gian pakai sangat menyenangkan.
Pak Gian memperbolehkan muridnya sambil makan atau minum, asalkan mereka tetap fokus pada materi yang beliau sampaikan. Sederhana, tapi membuat muridnya tidak mengeluh karena merasa diberi kebebasan.
Saat ini mereka sedang belajar materi kebudayaan dari seluruh negara. Pak Gian juga tidak pernah menggunakan buku paket dari sekolah, melainkan beliau selalu menggunakan metode nonton video. Ini sangat menarik antusias dari para muridnya, karena tidak usah mencatat banyak-banyak, hanya seperlunya saja. Tapi kalian jangan malah menyepelekan, beliau tetap mengecek catatan para muridnya setiap dua minggu sekali. Bagi murid yang catatannya kosong, akan di beri sanksi oleh beliau.
Alin dengan mata terbuka lebar menyimak video yang sedang diputar, hanya di pelajaran ini Alin tidak mengantuk dan merasakan pusing. Gadis itu malah senyam-senyum sendiri. Oh iya, pak Gian itu masih muda. Belum menikah, parasnya juga tampan. Alin jadi tertarik, eh.
"Baiklah anak-anak, pelajaran kita di hari ini cukup sekian. Semoga kalian faham dengan materi yang saya sampaikan melalui video barusan." Ucap pak Gian di depan.
"Iya pak." Jawab satu kelas kompak.
"Fiki, bantu bapak bawa buku dan proyektor ya. Nanti bawa ke meja bapak di ruang guru." Pinta pak Gian membuat Fiki mengangguk.
Alin ikut berdiri melihat Fiki berdiri. "Gue bantuin lo bawa bukunya, Fik."
Fiki tidak keberatan, justeru dengan senang hati berbagi pahala dengan Alin.
Alin dengan senyuman lebarnya berjalan di samping Fiki menuju ruang guru untuk menyerahkan proyektor dan buku tugas milik teman-temannya. Fiki di sebelahnya terus berkicau tentang hal-hal yang tidak Alin mengerti.
Langkah Alin terhenti ketika melewati ruang ekskul band, gadis itu mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
Alin mengintip lewat jendela yang ada di sana. Lalu tersenyum lebar karena firasatnya benar.
Fiki berhenti mengoceh ketika merasa Alin tidak lagi di sampingnya. Laki-laki itu berdecak melihat Alin sedang mengintip ke dalam ruang band.
"Ayo cil." Fiki menyeret tangan Alin. Tapi Alin menepis tangan laki-laki itu, lalu dengan tanpa merasa bersalah memberikan tumpukan buku itu pada Fiki.
"Heh lo mau kemana?" Tanya Fiki saat Alin malah masuk ke dalam ruang band. Alin tidak peduli, ia menghiraukan panggilan Fiki. Kesempatan ini tidak boleh terlewatkan.
Fenly yang sedang menyetem gitar mengangkat kepalanya ketika mendengar suara pintu terbuka.
Fenly tersenyum melihat gadis yang baru saja masuk.
Alin mendadak sesak napas saat Fenly tersenyum ke arahnya. Ia sempat ragu, lalu menatap sekitarnya. Ternyata Fenly memang tersenyum padanya.
Alin balas tersenyum lalu menghampiri laki-laki yang sedang memangku gitar itu. "Sendirian aja, kayak jomblo?"
Fenly tertawa mendengar pertanyaan Alin, "emang jomblo kali."
Alin keringat dingin mendengar jawaban laki-laki itu. Baiklah Alin, lampu hijau sudah menyala. Gaskeun.
"Kakak mau latihan?"
Fenly mengangguk, "istirahat ini mau latihan sama anak-anak band, buat acara ulang tahun sekolah."
"Oh ya? Band sekolah juga bakal tampil?" Tanya Alin antusias.
"Iya dong," balas Fenly sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle
Teen FictionKamu pernah merasakan cinta segitiga? Dan kamu tanpa sadar justeru menyia-nyiakan orang yang tulus menyayangi kamu, dan hanya menjadikan orang itu sebatas friendzone. Kamu malah mengejar orang yang jelas-jelas tidak pernah bisa kamu miliki. Karena...