Chapter 1

227 27 11
                                    

       Dilantai 28 dalam gedung Hotel Hannam Itaewon UNvillage, pintu lift mulai terbuka secara perlahan-lahan.
       Rose berdiri di sana dengan tubuh yang tegak, gayanya saat berdri bagaikan gaya berdiri di militer, dia tidak berniat keluar dari lift sama sekali.
        Jungkook melihatnya, sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk senyuman yang jahil, "kenapa? tadinya sudah setuju, sekarang malah mulai tidak bersedia?"
       Rose mengangkat pandangan matanya yang bening, wajahnya tidak memancarkan banyak ekspresi, sepasang tangannya memegang tas, kukunya memucat, "Benar."
      Jungkook mengulurkan tangan, memegang dagunya yang menawan, lalu mendekatkan diri kepadanya, memberi peringatan dengan suara yang kecil, "Jangan lupa, ibumu yang suka berjudi itu masih sedang menunggu membantunya melunasi hutang, kalau hal ini sampai terbongkar, kamu rasa, bagaimana sikap ayahmu terhadapnya nantinya?"
       Nada bicara sang pria saat berkata sangat lembut, tapi Rose mengerti seberapa besarnya bahaya di balik hal ini.
     Sudut bibirnya melekukkan senyuman yang mengandung perasaan yang tak berdaya, sang wanita mengedipkan matanya, tidak membiarkan tubuhnya memperlihatkan kelemahannya sedikit pun, "Semoga kamu bisa menepati perkataanmu."
       Jungkook adalah suaminya, mereka sudah menikah selama setahun.
      Dalam waktu setahun ini, dia telah berhubungan dengan begitu banya wanita, tapi malah hanya Rose yang tidak dia sentuh.
      Setahun kemudian, yang tepat merupakan hari ini, sang pria ingin mentransaksikan keperawanannya dengan sebuah surat kontrak bisnis.
       Rose pun mengerti, satu-satunya pilihan yang ada untuknya hanyalah dengan menyetujuinya.
       Kalau tidak mengetujuinya, ibunya yang menyedihkan dan senang berjudi itu harusnya bakalan mati tergeletak di jalanan.
       Setahun yang lalu, Rose sudah menjual dirinya sendiri, sekarang dia tidak menyangka tubuhnya masih memiliki nilai yang bisa di jual sekali lagi.
       Rose membusungkan dada, keluar dari lift, berdiri di depan pintu tapi tetap saja tidak melangkahkan kakinya.
       Tingkat kesabaran Jungkook terbatas, sang pria mulai mendorong sang wanita yang ada di depannya, "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?"
       Rose sedikit sempoyongan, membalikkan badan dan melihat sang pria, bagian belakang sepatu hak tinggi bergesekan dengan kakinya, sedikit terasa sakit, "Aku berharap kamu jangan ikut pergi"
        Jungkook berdiri di dalam lift, memancarkan tatapan yang jahil, menyindir wanita yang ada di depan matanya, "Tenang saja, aku sudah sering meluhat wanita sepertimu, tidak perlu merasa malu."
        Rose mengangkat tangan dan memotong perkataannya, "Aku rasa, tidak ada seorang wanita pun yang bisa tahan atas tindakan seorang suami yang menyuruh sang istri menjual diri?"
        Rose merasa sangat sedih saat sang pria ingin membawanya ke depan kamar pria itu.
        "Aku pasti akan menyelesaikan hal yang kamu perintahkan" Rose memberi jamina, dia sudah tiba pada tahap ini, dari awal sudah tidak bisa membatalkannya lagi.
        "Atas dasar jaminan yang kamu berikan, baiklah, aku juga akan menyetujuimu, ingat kode ucapannya adalah 'Room service'." Jungkook kembali masuk kedalam lift.
         Pintu lift tertutup perlahan-lahan, Rose menurunkan pandangan matanya, menutupi bayangan yang terpantul di bola matanya.
        Setelah pintu lift tertutup rapat, sang wanita mampu melihat wajahnya yang putih pucat.
         Dia membalikan badan dan berjalan pelan-pelan, karpet berbulu dilentangkan di lorong, terlihat sangat megah, dan mampu sepenuhnya meredamkan suara langkah kaki yang nyaring.
        Ini adalah yang kedua kalinya sang wanita memasuki hotel ini, pertama kalinya dia datang ke hotel semewah ini tepat pada hari pernikahannya dengan Jungkook.
        Malam pertama pernikahan mereka pun dilewatkan di dalam kamar hotel president suite ini.
        Lucunya, sang wanita tidur di sofa, sedangan Jungkook dan kekasihnya memainkan adegan panas di ranjang ruang kamar.
        Rose berdiri di depan pintu kamar, mengangkat pandangan matanya, melihat angka di pintu memastikan ini adalah kamar yang disebutkan Jungkook.
       Sang wanita mengangkat tangannya, mengetuk dengan pelan, sepasang tangannya tak bertenaga, tenaga yang digunakan saat mengetuk sangan kecil, "Room service."
        Suara Rose bagaikan suara nyamuk, di dalam lorong yang kosong, sedikit gemaan suaranya pun tak terdengar sama sekali.
        Pintu kamar tidak berkutik, tidak ada yang datang membuka pintu.
        Rose mulai memberanikan diri dan menenangkan dirinya sendiri, dari pada menjadi wanita perawan tua dan mati di rumah kediaman keluarga Jungkook, lebih baik dia menikmatinya sekali.
       Tangannya saat mengetuk pintu kali ini semakin membesar, "Room service!"
        Suara pintu terbuka terdengar, Rose sekejap terbesit niat ingin melarikan diri, tapi ujung-ujungnya berhasil di tahan, "Apa kabar aku adalah Rose" Suaranya begitu kecil bagaikan degungan nyamuk.
         Sebelum sempat melihat sang pria dengan jelas, tangannya telah di tarik oleh sang pria yang ada di dalam.
         Rose di tarik ke dalam, saat suara teriakan histeris masih belum sempat di suarakan, tubuhnya telah di lempar ke ranjang dengan kasar, dan bibirnya di bungkam.
          Sang pria dengan kasarnya melepaskan baju di tubuhnya, Rose membelalakkan matanya lebar-lebar, dia hendak melakukan perlawanan, tapi semuanya hanyalah upaya sia-sia.
          Di dalam kamar, satu lampu pun tidak di nyalakan, sangat gelap, tidak ada cahaya sama sekali, Rose tidak mampu melihat paras sang pria dengan jelas, tapi bisa merasakan pergerakan yang kasar itu.
          Dia bagaikan seekor binatang buas yang sedang bernafsu birahi, terus meraba setiap inci kulit di tubuhnya.
          Sedetik saat tubuhnya didominasi dengan kasar, Rose dengan jelas merasakan keputusasaan yang muncul dari lubuk hati, ciuman pertamanya, keperawanannya, semua telah diberikan kepada seorang pria yang tidak ia kenal.
           Tangan Rose mencengkram seprei kasur dengan erat, membungkam bibir dengan rapat, menerima sentuhan kasar dari sang pria, setiap sentuhan terasa bagaikan sayatan sebilah pisau kecil yang terus menyayat dihatinya berulang kali.
            Kulit sang pria sangat panas, sang wanita mulai menyadari keganjilan kecil, pria ini memakan obat? Pantas bisa bertahan begitu lama....
            Jungkook telah memberitahunya, orang yang membelinya adalah seorang paruh baya.
             Meskipun postur tubuh pria yang ada di atas tubuhnya ini terasa cukup bagus, tapi kalau dia mengandalkan obat....... Sudut bibir Rose memancarkan senyuman sindiran, keperawanannya ternyata malah diberikan kepada seorang pria yang tidak mampu melakukan hal ini tanpa mengandalkan obat.
               Tubunya di posisikan dengan berbagai gaya oleh sang pria, setiap kali saat mengira akan segera selesai, sang pria malah lanjut melakukannya.
             Stamina Rose berangsur terkuras, matanya mengalirkan air mata bahkan tubuh untuk melakukan lerlawanan tak ada lagi.
              Tahanlah sebentar lagi, setelah itu, semua hutang ibunya akan terlunasi.
              Akhirnya pria yang ada di atas tubuhnya telah melampiaskan semuanya di atas tubuh sang wanita, lalu tidur di sampingnya dengan tanpa perasaan.
             Rose tidak berani bergerak sama sekali, semua baju di tubuhnya telah di lepaskan, dia bagaikan sebuah boneka yang memprihatikan, Rose hanya berbaring di sana, bahkan tidak memakai selimut untuk menutupi tubuhnya.
             Saat mendengar suara nafas sang pria yang kasar, Rose mengedipkan matanya, ini sudah berakhir bukan?
              Rose bangun, sepasang tangannya gemeteran saat memakai baju, lalu memungut sepatu hak tinggi di lantai, kemudian keluar dengan kaki ceker ayam, dan rambut yang berantakan.
            Satu-satunya hal yang dia pikirkan dalam hati saat ini adalah tidak ingin terus berada di sini sedetik pun lagi, kalau terus berada disini, dia takut dirinya akan digarap kedua kalinya sama pria itu.
            Hal yang begitu memalukan ini cukup dia alami untuk sekali saja...
             Sang wanita tidak berani menyalakan lampu, karena takut akan melihat paras sang pria di sampingnya yang menjijikan itu.
             Sedetik saat pintu kamar tertutup, pria yang ada di atas ranjang membuka matanya, bola matanya memancarkan cahaya yang tajam, lalu pergi menyalakan lampu.
            Di atas seprei kasur yang putih bersih, sebercak noda merah itu sangat mencolok, sang pria samar-samar masih mengingat apa yang telah terjadi tadinya, si wanita menagis?
             Sudut bibir Taehyung membentuk lekukan yang tajam, kejadian dengan wanita ini benar-benar hanya sekedar kecelakaan. Sang pria mengambil ponsel, lalu menghubungi serangkaian nomor telepon, "Bantu aku selidiki, bir yang diberikan kepada ku hari ini telah melalui tangan siapa saja."
            Sang pria ingin tahu siapa sebenarnya yang telah memberi obat padanya.
             Tindakan yang kasar pada wanita itu tadi, sepenuhnya merupakan akibat dari efek obat, setelah melakukan berulang kali, baru efek obatnya mereda.
            "Akan segera kuselidiki, Pak tuan tenang saja." Orang dari pihak sana langsung menanggapi.
            "Selain itu....." Ucapan Taehyung tiba-tiba berhenti.
            "Park Taehyung?" Saat tidak mendengar lanjutan perkataaanya, orang dari pihak telepon sana langsung bertanya.
            "Bukan apa-apa, kuberikan waktu selama sepanjang malam ini untukmu, segera selidiki dengan jalas." Suara Taehyung memancarkan karisma.

Gimana gays ceritanya? Semoga pada suka ya:) ehhh jangan lupa vote sama comen ya gays, supaya aku semangat buat ceritanya😊

            
      
     
      

Chill down a bit!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang