⟨01⟩ 'Exclamation

2K 135 81
                                    

Tak

Tak

Suara ketukan keras yang tercipta dari benturan sol sepatu dengan ubin lantai berhasil memenuhi setiap pijakan di tangga. Nafasnya terengah seiring dengan derai kristal yang tak hentinya lolos dari pelupuk mata.

Braghh

Ia membuka pintu dengan dorongan kuat menghasilkan bunyi yang cukup memekakkan telinga. Tidak menghiraukan segala hal iapun berlari di atap gedung lantas meraih tembok pembatas. Dirinya berdiri di sana dengan suara sesenggukan yang begitu menyedihkan. Kedua maniknya yang berkaca-kaca memandang ke depan dengan sorot putus asa.

Ia memejamkan maniknya dan perlahan melentangkan kedua lengan seiring dengan angin yang berhembus mengibaskan surai hitamnya. Hingga ketika ia mulai melangkah seruan dari belakang membuatnya menoleh.

"APA YANG KAU LAKUKAN!!"

"APA YANG KAU LAKUKAN!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tringgggggg

Tak

Gadis itu menguap setelah berhasil mematikan Jam wekernya. Sejenak ia mengerjap lantas berdiri seraya merenggangkan otot pada tubuhnya. Menoleh ke arah jendela kemudian berjalan menuju kamar mandi guna segera bersiap untuk memulai rutinitas harian.

Setelah kurang lebih lima belas menit bergelut di kamar mandi, kini ia keluar dengan bathrobe yang melekat ditubuh rampingnya. Meraih handuk kecil dan mulai mengeringkan rambut sebahunya dengan telaten.

Lengannya terulur membuka lemari dan meraih stelan seragam yang sudah ia siapkan semalam. Tidak ingin membuang waktu lama iapun segera mengenakan dengan rapi dan melangkah menuju ke depan cermin guna menyisir surainya.

Memasukkan beberapa tumpuk buku yang telah dia siapkan semalam kedalam ransel. Menarik nafas sejenak kemudian mulai melangkah keluar dari kamar. Menuruni anak tangga satu persatu hingga tungkainya kini menapaki ubin lantai bawah.

Dentingan piring menyapa rungunya namun ia memutuskan untuk terus melangkah tanpa menghiraukan keberadaan dua sosok tersebut. Toh, jika ia ikut bergabung hanya akan menghilangkan selera makan mereka belum lagi harus beradu mulut dengan ayahnya.

Baru saja telapak tangannya meraih pintu depan, seruan dari meja makan menghentikan pergerakannya "Na Jehan sarapanlah terlebih dahulu sebelum pergi" Perintah Tuan Na pada sang putri.

"Maaf Jehan sedang tidak berselera" jawabnya singkat hendak kembali melangkah namun seruan lain menghentikannya.

"Makan dulu sayang jangan sampai tifusmu kambuh"

Mendengar suara mendayu penuh dengan tipu muslihat itu membuat Jehan mendesah muak. Ingin segera pergi namun lagi-lagi ia tidak bisa ketika suara bariton sang ayah kembali terdengar penuh paksaan.

ETHEREAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang