1 Maret 2021.
Haihaiii
Kalian apa kabar?
Jangan lupa vote, komen, dan follow @sahdaelsabian yaa
Hehe, ditunggu notif baliknya:)
Happy Reading!
***
Bulan dapat digolongkan ke dalam golongan siswi berprestasi karena nilai-nilainya yang selalu cukup, serta prestasi nya dalam mewakili SMA nya untuk mengikuti berbagai ajang lomba yang bisa dibanggakan.
Sama hal nya dengan seorang Bintang Gayfano al-Azhar. Pintar tapi tak mau menunjukkan kepintarannya. Sudah banyak sekali penawaran dari guru gurunya untuk mengajak Bintang berpartisipasi dalam olimpiade matematika, tapi Bintang selalu menolak. Ia hanya mau menyetujui jika tawaran lomba tersebut adalah lomba basket, atau lomba non akademik lainnya.
Padahal guru-guru sampai menyampaikan bahwa banyak orang yang ingin sekali pandai dalam matematika, dan bertekad untuk mengikuti olimpiade-olimpiade yang ada. Tapi Bintang itu keras kepala, jika penawaran itu datang menghampirinya, dengan yakin Bintang akan berucap, "Gak mau."
Bintang hanya takut waktu belajarnya untuk mengikuti olimpiade matematika yang ada akan terganggu dengan jadwal latihan basketnya. Mengingat, jabatannya sebagai ketua basket, pasti akan membuatnya lebih sibuk dan waktunya akan terkuras lebih banyak.
Itu keputusan Bintang, ia lebih memilih mengikuti alur hobinya daripada matematika yang seperti mukjizat datang menyelinap masuk ke otak Bintang hingga dengan sendirinya Bintang jago dalam bidang tersebut.
Sekarang, sekolahan sudah sepi karena jam pulang sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu. Dan selama itu pula, Bulan menunggu angkot yang tak kunjung tiba.
Di dalam hati Bulan mendesah kecil karena telah menghabiskan baterai ponselnya. Dan sekarang, ia bingung harus berbuat apa. Ingin berjalan kaki, tetapi tenaga nya tak memungkinkan untuk berjalan dan menempuh jarak sekitar 15 kilometer. Ingin menumpang pun tak bisa karena teman temannya yang ia kenal tak ada yang satu arah.
"Dor!"
Suara mengejutkan itu mengalihkan atensi Bulan, ia mendongak dan mendapatkan wajah Bintang yang tengah tersenyum tengil ke arahnya.
"Elo lagi, elo lagi," ujar Bulan tak bersemangat, bola matanya berputar menandakan kemalasannya terhadap manusia tengil di depannya ini.
"Iya gue lagi, Kak Bintang yang rupawan," ucap Bintang seraya memainkan rambutnya kebelakang. Sok ganteng. Tapi memang ganteng> <
Bulan yang melihat hal itu jadi jengah sendiri, kakinya melangkah untuk pergi meninggalkan manusia yang menurutnya menyebalkan itu. Namun baru beberapa langkah, Bintang mengejarnya dan menahan tangan Bulan.
"Mau apa sih lo?" tanya Bulan mencoba bersabar, walaupun nada suaranya sudah meninggi satu oktaf.
"Gue mau lo jadi pacar gue," ucap Bintang santai.
Bulan mencibir. Ia sampai berpikir ada berapa manusia yang seperti Bintang itu. Bisa bisanya, Bintang mengucapkan kalimat seperti itu. Bulan memang menganggap santai, tapi pasti bisa dibuktikan jika orang di luaran sana tidak tahu akan sifat asli Bintang, pasti akan ikut baper dan menaruh harapan ke lelaki itu.
Bulan berdecak. "Minggir lo!" ucap nya seraya menghempaskan tangan Bintang. Ia berjalan meninggalkan lelaki berparas tampan itu, dan berjalan tak tahu arah.
Bintang yang melihat hal tersebut terkekeh geli. Sejujurnya ucapannya tadi hanya salah satu dari banyaknya cara Bintang untuk memancing emosi seorang Bulan.
Sedangkan Bulan akhirnya terpaksa berjalan kaki seraya berharap agar ada manusia berbaik hati yang mau menolongnya. Selama berjalan pun, Bulan menyumpah serapahi kelalaiannya karena menghabiskan baterai ponsel, dan menyumpahi nasibnya yang harus bertemu dengan Bintang.
Brum.. Brum..
Suara derum motor itu terdengar berising di telinga Bulan. Ia menoleh dan mendapati Bintang yang menaiki kendaraannya dengan senyum manis.
"Pulang bareng gak?" tawar Bintang, namun tetap diacuhkan oleh Bulan. Bulan tetap berjalan dengan pandangan lurus ke depan.
Jika bisa berbicara, mungkin anggota tubuh Bulan akan berkata, "Lo gak kasihan sama gue?" tanya kaki. "Terima aja lah, gak tega gue sama lo," ucap hati. "Ini kesempatan bagus bego!" maki otak. "Gue gak tega sama kaki lo," lirih kuku-kuku cantik Bulan. Serta seruan dari tangannya yang akan mengatakan, "Ini gara-gara gue sama mata. Seandaikan kita gak ngehabisin baterai HP lo, lo gak akan jalan kayak gini, Lan. Sekarang gue saranin, terima tawaran itu dan buang jauh-jauh kata gengsi dalam diri lo. Sekarang!"
Bulan berdecak pelan. Ia menoleh dengan kaki yang masih berjalan. "Gue nebeng," ucapnya sedikit malu.
Bintang yang tengah fokus memperhatikan kucing jalanan lantas menoleh. "Apa? Gue gak denger."
"Gue nebeng!" ucap Bulan tak santai. Ia berpikir Bintang itu kini tengah kembali mengusili dirinya.
Bintang memutar bola matanya malas. Hey! Ia bertanya baik-baik tapi kenapa dijawab dengan nada seperti itu? Sudah bagus ia mau menawarkan diri untuk jadi supir ojek Bulan.
"Lo ikhlas gak sih?" tanya Bulan menyelidik karena Bintang tak menjawabnya.
Bintang mengangguk, "Ikhlas dong, Bulan cantik."
"Gue tau gue cantik."
Dan setelah obrolan singkat itu. Remaja seumuran itu bergegas pulang-Bintang mengantarkan Bulan ke rumahnya-kost sesuai instruksinya.
"Pelan-pelan, Tang. Bentar lagi nyampe," ucap Bulan sedikit berteriak seraya menepuk-nepuk bahu Bintang. "Nah, sampe." Bulan langsung turun dari motor kebanggaan Bintang, "Thanks."
Bintang mengangguk dengan tersenyum tipis. Di dalam pikirannya, ia bertanya-tanya. Jadi selama ini Bulan tinggal sendiri? (?)
***
To be continue
Makasih kalau udah votmen^^
Jangan lupa follow ssahdaelsabian dan share cerita ini
Sekian:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Patrick and Sabit
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca] "Fiks, no debat. Lo pacar gue, Bulan Anastasia." "Heh, ngaco ya lo!!!" Bulan Anastasia, gadis cantik yang selama 10 tahun terakhir ini menyibukkan diri untuk mencari sahabat kecilnya. Hingga tak sadar jika sifatnya b...