╔═══════════════════════╗
e a r l y n o t e s:Terkadang aku suka salah
nyantumin marga. Kalau
sekiranya ada yg kejanggalan
marga, sila beri komentar.
╚═══════════════════════╝"Mau apa lagi, Jung Taehyung?"
Ketukan jari-jemari Kim Jiya di meja kaca itu terdengar nyaring. Kim Jiya tidak merasa canggung lagi di hadapan Jung Taehyung. Setelah Jung Taehyung mati-matian mengambil perhatian anaknya hingga membuat Kim Jisa selalu meminta Jiya agar menghadirkan Taehyung di rumahnya setiap saat, sekaligus telah dengan lancang memagut labium Kim Jiya, maka itu artinya Kim Jiya siap untuk membalas peperangan ini.
Jung Taehyung menyorotkan tatapan yang menantang, seolah tidak takut dengan pancaran neraka di netra Kim Jiya. Laki-laki tersebut bersenandung kecil sedari tadi, seolah ingin membuang-buang waktu. Pada kenyataannya, memang itulah niat Jung Taehyung. Menikmati kecantikan Kim Jiya yang terlihat arogan dengan netra yang kelewat beringas, membayangkan fragmen lalu soal pagutan-pagutan menyenangkan, dan juga perasaan superioritas saat keduanya mencoba untuk meraih euforia dalam beberapa pergulatan yang memorial.
Taehyung nampak mulai membuka suaranya, "Aku merindukanmu."
"Biadab." Bukannya tersinggung, Jung Taehyung malah meloloskan tawa renyahnya. Memang begitulah Kim Jiya, pedas sekali mulutnya. "Kamu tahu, kan, kalau aku penembak pro? Tinggal pilih saja, kamu bisa keluar atau mau mati ditanganku sekarang juga."
Kehidupan Kim Jiya memang segelap itu, terutama dulu. Dibandingkan hidup sebagai perempuan normal yang mestinya pergi berbelanja, menyimpan foto, atau mengobrol santai dengan teman; Kim Jiya lebih memilih untuk tinggal dan hidup di zona yang berbeda. Makanya Jung Taehyung bisa menyukai Kim Jiya.
Kim Jiya itu nekat. Saking tidak punya tujuan hidup, dia menganggap bahwa hitam dan putih itu sama. Dia belajar berjudi, sampai banyak mengeluarkan banyak uang; dia juga peminum hebat yang bahkan jika ditantang untuk minum satu atau dua botol alkohol, dia masih bisa bersikap waras; bahkan untuk urusan melakukan balapan, Kim Jiya bisa jadi pemenang berturut-turut; dan terakhir, dia hebat sekali bermain dengan senjata api genggam-padahal jika ditanya apa tujuan Jiya belajar menembak, dia tidak bisa menjawab, palingan hanya untuk urusan senang-senang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]
Romance[ 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝. ] Ketika netra saling bersitatap kembali, varietas perasaan eksentrik sontak bersarang dalam serebrum dan sanubari. Turbulensi saraf menyerang, katastrofe melanda. Dalam rengkuhan relasi absurd itu, Jung Taehyung dan Kim Jiya m...