WARNING!!! 18+
Setelah kurang lebih satu setengah jam lebih berkendara, akhirnya seokjin dan joy sampai di hotel tujuan mereka. Semua koper mereka sudah diantar oleh pegawai hotel ke kamar mereka. Dan sekarang jin sedang menunggu joy yang sedang mencuci mukanya di toilet lobby.
"Sudah selesai? Masih mengantuk?" tanya seokjin.
Joy mengembungkan pipinya sambil menyelipkan tangannya di lengan Seokjin. Ia kemudian menyandarkan kepalanya di dada Seokjin. "Kenapa kita harus berangkat malam sekali, Seokjin? Coba lihat sekarang sudah hampir jam dua belas malam."
Walaupun pada kenyataannya waktu sudah menunjukkan tengah malam tapi suasana hotel di sana masih ramai. Semua lampu masih menyala. Sepertinya sedang banyak orang yang berlibur di sini.
"Sudah, jangan mengeluh, kau mau kugendong seperti tuan putri?"
Joy segera menjauhkan kepalanya. "Ti-tidak, sudah kita jalan saja. Lantai tiga kan?" ucap joy sambil menahan malu jika seokjin benar-benar menggendongnya sampai kamar.
Dengan menaiki lift, lantai tiga menjadi sangat dekat. Belum lagi kamar mereka yang kebetulan sangat dekat dengan lift. "Nah, sampai juga akhirnya, aku mengantuk," ucap joy.
Seokjin segera membuka kamar hotel dengan kartu yang ia terima di meja resepsionis. Setelah pintunya terbuka, laki-laki itu sengaja menutup mata joy dari belakang. "Eits, kau belum boleh tidur, aku punya sesuatu untukmu. Kau harus tutup mata."
Joy terkikik geli mendengar ucapan seokjin. Jarang sekali suaminya itu berbicara panjang lebar apalagi bersikap romantis seperti ini. "Baik, aku akan menutup mataku," sahut joy sehingga jin tidak perlu menutup mata joy dengan tangannya lagi. Laki-laki itu kemudian menuntun istrinya masuk ke dalam kamar hotel.
Setelah memastikan pintu kamar terkunci, seokjin kembali meraih tubuh joy dan menggiringnya sampai ke ruang tamu yang ada di kamar mereka. Ruang tamu itu mengarah langsung ke arah balkon dengan dibatasi pintu kaca.
Walaupun mata joy ditutup, dia bisa merasakan ada pendar-pendar cahaya lilin di sekitarnya. Jin melihat jam pada ponselnya. Saat jam menunjukkan pukul dua belas tepat, seokjin mendekati joy dan berbisik pelan. "Buka matamu, Sayang."
Iris berwarna hitam itu perlahan terlihat dan seketika membesar saat melihat pemandangan di depannya. "Selamat hari pernikahan yang pertama, Istriku," ucap jin sambil mengecup dahi joy penuh sayang. "Kau suka?"
Mata joy seketika berkaca-kaca saat melihat lilin yang memenuhi meja di hadapannya. Bukan hanya lilin, di sana juga ada sebuket bunga mawar merah, kue, dan tak ketinggalan wine kesukaan joy. "Aku tidak menyangka kalau kau mengingat hari ini, seokjinn," balas joy sambil memeluk jin. "Terima kasih banyak."
"Aku mencintaimu, joy," ucap seokjin.
Joy mendongak menatap mata hitam seokjin. "Aku juga sangat mencintaimu, kim seokjin."
Jin perlahan mendekatkan wajahnya dan mencium bibir joy perlahan. Mereka saling berbagi kecupan-kecupan kecil sebelum akhirnya saling memandang kembali. Rasanya ucapan cinta itu tidak perlu diucapkan karena mereka berdua tahu kalau mereka memang diciptakan untuk satu sama lain.
"Aku punya sesuatu untukmu," ucap jin sambil melepaskan pelukannya. Ia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah. Pria bermarga Kazehaya itu tiba-tiba berlutut di hadapan joy.
KAMU SEDANG MEMBACA
joy in the house
Randomjoy×boys cerita joy dengan para bujang . . . . random storiette oneshoot twoshoot