"Aku mencintaimu Taeyong-ah, hanya dirimu. Apa itu tidak cukup?"
"Taeyong-kun, terimakasih ya sudah mengantar Yuta sampai jauh-jauh ikut Jepang. Kau pasti lelah, apa diperjalanan Yuta merepotkanmu ini itu? Astagaaa lihat betapa tampannya calon menantuku."
"E-eh, terimakasih. Okaa-san. Tidak-tidak aku sama sekali tidak kerepotan."
Taeyong merasa tersentuh, setiap kali keluarga Yuta menyambutnya seperti ini. Rasa-rasanya, setiap hal, sekecil apapun yang Taeyong lakukan selalu diapresiasi berkali-kali lipat dari batas 'sepantasnya'. Sebegitu terbuka pelukan hangat keluarga Yuta pada eksistensinya.
Selama bersama Yuta, restu tak pernah menjadi halangan bagi mereka. Bahkan kakak lelaki Yuta, Hansol, yang awalnya tampak intimidatif itu ternyata sangat nyambung untuk diajak bercengkrama.
Pun Yuta dengan segala kecantikan serta keanggunannya membuat orangtua dan kakak perempuan Taeyong tak kuasa menolak pesona kekasih jepangnya itu.
"okaa-chan, kau berlebihan. Putramu ini lebih tampan tau."
Wanita paruh baya yang tak lain adalah seorang ibu tunggal dari Hansol dan Yuta itu hanya tersenyum melihat anaknya yang masih saja berisik jika bertemu. Ia kemudian memusatkan perhatian pada Taeyong yang selama tujuh tahun belakangan ia ketahui adalah kekasih dari putra bungsunya.
"Sudah Taeyong sana ke kamar Yuta dan istirahat, okaasan sudah menyimpan baju-bajumu dari kunjunganmu tahun lalu disana. Atau jika ingin yang lebih baru biar nanti okaasan ambilkan milik Hansol."
"Okaa channnn, kamar Yuu kan single bed. Kalau Taeyong dikamar Yuu, nanti Yuu istirahat dimana? Kamar nii chan bau rokok, Yuu tidak tahan."
"Kau ini sudah besar masih saja merengek seperti bayi, untung pacarmu sesabar Taeyong. Sudah nanti kau istirahat di kamar utama bersama okaasan"
"Cieee bayi besar masih tidur bersama okaasan."
"Yakk nii-chan JANGAN MENERTAWAIKU."
"eeeee....kowaii nekooo"
"Ish Yuu bukan kucingggg. Dasar nii chan jelek, nii chan bau."
Hansol benar-benar merasa gemas pada adik bungsunya itu. lama tidak bertemu, sudah jelas ia rindu. Apalagi ia sudah tak sebebas dulu untuk bercanda ataupun memberi afeksi fisik pada sang adik mengingat sudah ada Taeyong dalam hidup adiknya kini. Ia sendiri sebenarnya juga sudah pernah memiliki seorang istri. Namun karna satu dan lain hal, kehidupan rumah tangganya harus kandas diatas meja hijau pengadilan.
"Okaaaaachan, Yuu dan Taeyong akan tidur dikamar Yuu bersama saja ne. Okaachan pasti menyimpan 'futon' kan dilemari Yuu?" Rengek Yuta untuk kesekian kalinya.
*futon = kasur lantai khas jepang
"Kalau kamu tidur bersama taeyong nanti dia tidak jadi istirahat karna lelah dengan rengekanmu sayang. kamu pikir okaasan lupa kalau kamu ini tidurnya cranky kalau lagi capek."
"Eh, anoo.... Kalau diperbolehkan, biar Taeyong dan Yuta sekamar saja okaasan. Lagipula Futon juga rasanya lebih nyaman dan hangat. Taeyong janji tidak akan macam-macam."
"Kau macam-macam pun tidak apa-apa Taeyong-kun. Paling jauh apasih yang akan terjadi. okaasan malah bersyukur kalau Yuta akan hamil anakmu dan kalian segera menikah. Aahhh anak kalian pasti akan tampan sepertimu."
Taeyong gelagapan karna gugup. bukan ia tak siap atau tak menginginkan hal itu. Taeyong bahkan sudah siap baik materi atau mental. Bahkan jika Yuta ingin pernikahan mereka digelar di burj khalifa pun, Taeyong lebih dari siap dari segi apapun. Sedangkan Yuta yang entah sedang malu, gelisah, atau kesal memilih untuk memeluk kekasihnya erat-erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE ISSUE [[TAEYU]] Oneshot
FanfictionITS YUTA UKE, EVERYBODY "Selama itu Yuta yang menantinya dipenghujung cerita, Taeyong bisa menembus segala batasan untuknya. Tapi manusia adalah manusia ketika ia menunjukkan bahwa hatinya mampu berubah..."