-stranger-

3 1 0
                                    

play Anson Seabra - Emerald Eyes untuk dapet feel baca yang lebih baik~

Seorang gadis berjalan gontai di pinggiran jalanan yang ramai. Penampilannya berantakan, masih memakai seragam sekolahnya dengan tas warna hitam yang menempel di punggungnya.

Sekarang sudah pukul 10 malam. Tapi gadis itu belum tahu kemana ia harus pergi.

Langkahnya berhenti, mengistirahatkan kakinya yang sudah berjalan lebih dari 2 jam sejak dia pergi meninggalkan rumah. Dia lalu mendudukkan tubuhnya di pinggiran trotoar sambil berharap ada seseorang yang melihatnya lalu memberikannya tumpangan.

Wajahnya menunduk. Sebenarnya dia takut duduk disitu, sendirian, tanpa teman, dan kadang menjadi gelap jika tidak ada kendaraan yang lewat.

20 menit berlalu namun sepertinya tidak ada seorang pun yang menyadari eksistensinya, atau mungkin mereka tidak peduli? Rasanya ingin menangis tapi sepertinya air matanya enggan keluar lagi.

lo kenapa?

Sebentar. Sepertinya dia mendengar suara seseorang. Tapi dia tidak yakin apakah ini nyata atau hanya ilusinya semata.

hei! gue dikacangin

Perlahan gadis bernama Jasmine itu mendongakkan kepalanya. Dia melihat seorang laki-laki sedang menatap ke arah dirinya.

"mau ikut gue?" ucap laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

Jasmine hanya termenung sambil menatap tangan yang terulur kepadanya. Kenapa rasanya menjadi ngeri? diajak pergi oleh seseorang yang bahkan tidak dia ketahui namanya.

Padahal di awal dia sangat berharap ada yang memberikannya tumpangan. Tapi, bagaimana kalau laki laki itu berniat menculiknya?

"gue ga akan nyulik lo." Ucap laki-laki itu seolah tau apa yang ada dipikiran gadis ini.

Jasmine menatap ke arahnya, tatapannya sendu. Dia ingin mencoba percaya kepada laki-laki dihadapannya. Persetan untuk resiko-resiko yang mungkin akan terjadi jika ternyata dia salah mempercayai orang. Dia hanya ingin pergi ke tempat yang jauh, melupakan semua masalahnya.

"tolong bawa gue kemana aja, terserah lo."

••

Mobil Harsa membawa jasmine masuk ke dalam hutan yang jalanannya sangat tidak layak untuk disebut 'jalan'. Tidak lama mobilnya berhenti saat jalanan makin mengecil dan tidak ada lagi celah untuk mobil masuk. Lelaki yang Jasmine tebak umurnya tidak berbeda jauh dengannya itu menoleh, lalu mengajaknya untuk keluar.

"mobil gue gak bisa masuk, kita jalan bentar ya? gak jauh kok." katanya.

Jasmine hanya mengangguk, kemudian membuka pintu mobil dan mengikuti Harsa dari belakang.

Sesuai perkataan Harsa, tidak jauh dia berjalan ternyata sudah terlihat pemandangan kota dari atas bukit. Dia menatap kagum, indah pikirnya.

"suka gak?" tanya Harsa pada gadis di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"suka gak?" tanya Harsa pada gadis di belakangnya.

"suka, keren."

"gue suka kesini sendirian kalo lagi sedih." kata Harsa sambil mendudukkan tubuhnya di atas tanah, lalu menyuruh Jasmine melakukan hal yang sama, duduk disampingnya.

"terus, sekarang lagi sedih juga?" tanya Jasmine sambil menoleh ke arah Harsa.

Harsa tersenyum, membuat lesung pipinya menampakan diri.

"iya." jawabnya dengan tatapan lurus ke depan.

Hening. Keduanya bergelut dengan pikirannya masing masing.

"Nama gue Harsa." ucap Harsa mencairkan suasana.

"lo?" tanya harsa.

"Jasmine." jawab jasmine singkat.

"Jadi, Jasmine. Apa yang bikin lo sedih sampe duduk sendirian di trotoar kayak tadi?"

"emm, problem keluarga." ucap Jasmine menunduk. Ditanya seperti itu membuat mata Jasmine kembali memanas, air matanya seperti ingin keluar.

Harsa merasa bersalah, "sorry." ucapnya.

Suara Jasmine bergetar, "kenapa ya, semesta jahat banget sama gue? gue juga pengen ngerasain seneng gara gara keluarga, gara gara mama papa. Kapan ya Sa, mama papa bangga banggain gue, dukung gue, meluk g-

Kalimat Jasmine terpotong. Harsa memeluknya, erat. Jasmine kaget namun juga merasa... nyaman? Entahlah. Dia merasa aman berada di pelukan Harsa. Tanpa dia sadari, tangannya bergerak memeluk Harsa, mengeratkannya seolah tak ingin lepas.

Entah siapa yang memulai, namun kini wajah mereka sangat dekat. Tatapannya saling mengunci satu sama lain.

Yang lebih tua menatap mata wanita di hadapannya, tatapannya seolah meminta izin. Yang lebih muda lalu memejamkan matanya, pertanda dia memberikan izin. Lalu kedua bibir itu bertemu, saling melumat dengan lembut, namun lama lama ciumannya semakin kasar.

Keduanya berusaha untuk melupakan lukanya masing masing, mengeratkan pelukan, saling menguatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang