Bab VI | Wrong Step

2 0 0
                                    

“Wow, kalian harus melihat ini kawan.”

Andreas datang membawa selembar kertas di tangannya ke markas rahasia Antigenuss di basement rahasia Loure.

“Apa ini Andre?” Tanya Rerum dan mulai membaca tulisan yang dibawa Andreas.

“Sepertinya para Dominus mulai bertindak. Perang telah dimulai.”

“Bacakanlah Andre, kami ingin mendengarnya.” Leo lebih suka menangkap informasi dengan telinganya daripada matanya.

“Himbauan bagi seluruh warga Pearlth untuk berhati-hati terhadap oknum pemberontakan yang dilakukan para teroris tak dikenal melalui seluruh media yang ada. Para orangtua diharapkan dapat menjadi pembimbing yang baik bagi anak-anaknya agar selalu tunduk terhadap peraturan Genuss sehingga terhindar dari pencucian otak yang dilakukan para teroris. Demikian demi keamanan seluruh Pearlth. Atas perhatiannya saya ucapkan terumakasih. Salam Dominus Agung.”

“Keamanan apanya. Dia cerdik sekali membalikkan situasinya.” 

Rerum benar-benar tidak habis pikir. Tapi dia tau satu hal. Kebenaran bukanlah tentang apa yang orang banyak sepakati. Bukan juga apa yang terdengar meyakinkan. Kebenaran adalah buah hasil dari akal sehat dan penalaran yang ilmih.

“Kau benar. Mereka sangat licik memanipulasi kenyataan.”

Leo sama geramnya. Ia menilai sesuatu dengan hatinya. Dan kini hatinya berbicara seperti itu.

“Daripada tidak tahu kebenarannya mereka lebih suka menyembunyikan kebenarannya demi keuntungan mereka sendiri.”

Lectan yang sedaritadi hanya mengamati akhirnya angkat bicara dan langsung menyatakan kesimpulannya. Tapi tentu saja dia langsung memikirkan apa reaksi warga dan menentukan langkah selanjutnya yang akan diambi.

“Lalu bagaimana reaksi massa? Siapa yang lebih mereka percaya?”

“Aku tidak tahu. Kita membutuhkan surveyer.”

“Sepertinya aku tahu siapa orangnya. Aku akan mengajaknya bergabung.”

Andreas mulai mengeluarkan sebuah box komunikasi dan menghubingi rekannya.

“Halo, Thea..”

“Ya. Apa yang kau mau?”

“Aku butuh bantuanmu, Thea. Ini penting dan mendesak.”

“Apa yang akan aku dapatkan?”

Andreas terdiam. Siapa  yang akan menyumbangkan uang untuk membayarnya.

“Aku akan memberimu sekantung emas Pearlth.” Sela leo.

Ayah Leo adalah seorang pemimpin salah satu kota di pinggiran Alexandria. Tidak heran jika dia pnya cukup banyak uang.

“Hm.. Bagus. Aku akan datang.”

“Baiklah kami akan mengirimkan alamat kami.”

Setelah sambungan terputus. Rerum mengatasi rasa penasarannya dengan bertanya kepda Andreas. 

“Siapa wanita itu?”

“Dia adalah Althaia. Panggil dia Thea. Dia sangat berbakat. Dia bisa bela diri dan melakukan misi detektif. Dia adalah teman masa kecilku jadi dia dapat dipercaya.”

“Apakah dia cantik?”

“Kau akan tahu nanti, Leo. Hahaha.”

“Baiklah, mari kita kumpulkan dahulu kemungkinannya.” Rerum kembali memusatkan fokus mereka.

“Silahkan, Lex.”

“Terimakasih. Jika masyarakat lebih banyak percaya kepada kita artinya penlaran mereka baik. Jika mereka tidak artinya mereka masih belum bisa memahami kita.”

“Baiklah.”

“Jika kemungkinan pertama terjadi kita dapat langsung memaksa Revolusi. Jika yang terjadi sebaliknya maka tugas kita adalah mengajarkan terlebih dahulu instrumen penting kepada warga Pearlth. Dan menjadikan mereka mandiri dari dogma-dogma yang ditanamkan Genuss sejak bayi.”

“Itu artinya perjalanan kita akan lebih sulit.”

“Benar. Sulit dan memakan waktu yang cukup lama.”

“Oleh karena itulah kita akan mewujudkan rencana yang pertama habis-habisan.”

“Aku mengerti, Kita harus lebih pandai menggugah pikiran masyarakat. Membuat mereka terbangun.”

“Haloo semuanya. Ini aku Althaia. Panggil aku Thea.”

Gadis berpakaian serba hitam itu muncul di langit-langit basement seperti cicak. Meskipun daripada cicak dia lebih mirip ninja yang cantik. Di belakang punggungnya ada dua pedang katana. Rambutnya panjang dan diikiat ponytail tanpa poni ke belakang. Wajahnya tertutu kain hitam. Matanya kecil bulat tapi memberikan kesan tajam di saat bersamaan.

“Dia seksi.” Leo tidak sadar saat mengucapkannya. Sepertinya Althaia tidak mendengarnya.

“Thea, aku punya tugas yang sangat besar untukmu. Maukah kau membantu kami?”

“Tentu saja Andy. Cepat katakan.” Thea membuka kain hitam yang menutupi hidung dan mulutnya. Membiarkan hidung mungil dan bibir tebalnya terekspos.

“Kapten Lex, kupersilahkan.”

Sejujurnya ini adalah kali pertama Lectan berhadapan dengan wanita. Dan tidak ada satupun yang tahu bahwa dia sedang kegugupan hebat selain dirinya sendiri. Lectan pandai menyembunyikan perasaanny.

“Ekhm. Baiklah, Thea. Aku Lectan. Kami membutuhkan tenagamu untuk menyelidiki dan mendata langsung siapa-siapa saja yang berpihak pada siapa di seluruh Alexandria.”

“Apa?! Jadi aku tidak diperintahkan untuk membunuh?”

“Hmm begitulah.”

Lectan merasa sedikit tidak enak. Bagaimana bisa Andreas menyarankan gadis seperti ini.

“Aku ini pembunuh bayaran, bukan pesuruh.”

“Tapi kami membayarmu, Thea.”

Ini menyakiti harga diri Thea, dan pasukannya tapi Thea membutuhkan sekarung emas itu.

“Baiklah. Itu mudah.”

“Aku membutuhkan informasinya dalam seminggu.”

“Lebih mudah.”

Thea mengangkat maskernya lagi. Mengedipkan sebelah matanya pada Lectan lalupergi dari sana dan memanjat tembok-tembok lagi.

Sebenarnya tadi itu sangat mendebarkan jantung Lectan. Lectan sebenarnya adalah pengagum wanita. Dia memiliki fantasi yang sangat aneh mengenai sosok wanita. Baginya wanita itu adalah sosok paling kuat. Mereka berpikir menggunakan hati dan intuisinya. Mereka kuat dan lemah disaat bersamaan. Itu menjadi fetish Lectan yang tidak pernah diketahui semua orang.

Pearlth Planet. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang