01 April 2020
"Emang lo bisa luluhin itu cewek kaku?"
Remaja sengklek itu sok berpikir keras dengan gayanya. Dia melompat dari pagar semen itu lalu membuat janji dengan lantang di hadapan para punggawanya yang menatap dirinya dengan datar tanpa minat.
"Gue! Aresta Hesa Wijaya! Berjanji akan menaklukan cewek kaku itu!!"
Para punggawanya langsung turun dengan mangkok bakso yang telah tandas. Mereka menepuk pundak remaja itu yang masih berlagak di tengah jalan.
"Ok kalo gitu! Gue tantang lo untuk pacaran sama dia selama sebulan, sebulan aja. Sanggup?"
"Sanggup! Itu mah kacang bro!!" Jawabnya dengan mengibaskan tangan.
"Buktiin!"
"Oi, para curut!! Cepet masuk!!"
...Dia masih terdiam di depan papan mading. Ekspresinya tidak terbaca. Apa yang membuatnya seperti itu? Tiba-tiba gadis berkacamata itu menghentakan kaki dan mendengus. Dicopotlah kertas putih yang terpajang di papan dan merobeknya lalu menginjak dan membuangnya. Kembali dia mendengus. Kemudia dia menulis di kertas baru dengan penuh penekanan dan menempelnya di tempat yang sama seperti kertas tadi.
"Alay!!"
..."Hahaha!!!"
Empat remaja kurang obat itu terus tertawa keras dan lebar sampai seisi kelas menatap aneh setengah jijik pada mereka. Tapi siapa peduli. Selama ada yang bisa ditertawakan maka tertawalah sepuasnya. Itu salah satu prinsip mereka.
"Serius gitu, Res?! Hahaha!!" Kan, ketawa lagi.
"Gue nggak habis pikir sama dia. Kok gitu banget responnya?!" gumam Ares kesal.
"Tapi dijawab nggak?"
"Ini.."
NGGAK SUDI! DASAR!!
"Hahaha!! Lagian lo juga sih, nembak cewek kayak gitu. Ya ditolaklah!!"
"Ya kan kirain bisa jadi terobosan baru itu!" gerutu Ares.
"Aneh lo!!"
"Apa dong solusinya?" tanya Ares akhirnya.
"Lho, Anda kan seorang leader. Pikirkan lah sendiri!"
"Hahahaha!!"
...Ariska Resa Amaya. Bisa dipanggil Ariska, Resa atau Amaya. Gadis yang memiliki gelar 'Gadis Kaku' sejak awal kemunculannya. Sering memakai kacamata. Bola matanya berwarna abu abu teduh. Rambutnya panjang lurus sepunggung tanpa poni alias belah tengah.
Kepribadiannya sederhana saja. Dia cuma hobi baca buku dan pecinta musik k-pop. Sayangnya Resa merupakan tipikal orang yang bodoamatan. Moto hidupnya hanya satu. 'Selama tidak penting untuk apa diurus?'
Karena prinsip hidup itu Resa menjadi terlupakan di kelas kecuali oleh guru. Tapi karena hal itu juga Resa menjadi menarik dimata Ares yang hobinya ngurusin masalah orang lain.
"Kan susah istiqomah begitu untuk nggak nanya walau kepo?"
"Kelas berapa? Siapa namanya?"
"Ariska Resa. Kelas 2 MIPA. Kenapa? Tertarik, hm?" goda Al."Mungkin?"
...Resa. Gadis bermata abu abu itu sibuk berjalan cepat di tengah koridor kelas menuju tangga. Ekspresinya terlihat tegang dan serius. Beberapa kali Resa mengecek ponsel dan jam tangan hitamnya. Tampaknya dia sedang terburu-buru. Tapi tak ada yang pernah peduli. Hampir setiap pulang sekolah Resa pulang dengan tergesa-gesa. Tak ada yang pernah tahu alasannya. Kalo ditanyain satu jawabannya,
"Urusan lo?"
Uh! Tertohok saya.
Sayang sekali,ssepertinya nasib buruk sedang memihak Resa. Ada segerombolan murid yang memblokade tangga. Jalur itu juga yang paling cepat ke pintu gerbang. Dengan terpaksa Resa harus menerobos keluar bagaimana pun caranya. Dia berdesakan dan mendorong siapa saja supaya lolos."Permisi!! Lewat bentar doong!!" Tak ada yang menggubris Resa.
"Permisi, gue lew..Aaaa!!"
"RESAA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Ares! (The Bad Player)
Novela Juvenil"Kalo kalian nggak tau apa-apa nggak usah sok jadi hakim!!!" Kata kata sayang itu BASI!!