4. Dead or Alive

498 178 111
                                    

Don't trust too much
Don't hope too much
Because
That too much
Can hurt you
So much







.
.

🌙️

"Nggak ada...."

Mafu terduduk lemas saat mengetahui bahwa kertas milik Amatsuki waktu itu sudah tidak ada di sekitar jendela. Ia juga mencari di sekeliling ruangan itu namun tetap saja tak menemukannya.

"Maaf, Su. Waktu itu gue langsung pergi sama anak-anak FPS. Gue lupa kalau kertas itu gue jemur disini...."

"Lah? Lo lari jauh-jauh ke sini cuma karena nyari kertas itu?" tanya Amatsuki lalu mengambil ponsel di sakunya. "Napa nggak bilang, gue sempat fotoin kok," katanya lalu menunjukkan konsep lagu di hpnya ke Mafu.

"Lah nggak ngomong lo! Bikin capek aja. Balikin sini cilok gue!" kata Mafu merebut cilok Amatsuki.

"Barang yang sudah dikasih ke gue, nggak bisa diambil lagi," kata Amatsuki merebut kembali cilok itu.

Mereka saring tarik-menarik cilok sampai plastiknya melar dan cilok itu tumpah ke seragam Mafu.

"Mamat! Hmph. Sini dah hp lo!" kata Mafu lalu meraih ponsel Amatsuki.

Mafu membaca konsep lagu itu dengan seksama.

"Eh?" Mafu mengerjap, tangannya gemetaran. Ditambah lagi tiba-tiba muncul sebuah notif dari official channel FPS.

"Kenapa harus launching sekarang!!!" batin Mafu.

"Wah notif FPS! Sudah launching ya?" tanya Amatsuki sambil meraih ponselnya. Namun Mafu menahan ponsel itu.

Mafu tertunduk menggigit bibirnya. "Su, onegai... jangan dengarkan lagu baru FPS."

"Heh? Kenapa?" tanya Amatsuki.

Sore itu, di sekolah masih ada beberapa murid yang belum pulang karena masih ada kegiatan ekstrakurikuler. Kebetulan segerombolan siswi melihat Mafu dan Amatsuki di kelas pun segera menghampiri mereka.

"Mafu!!! Lagu baru FPS keren banget!!!" kata siswi berkuncir tujuh itu sambil memutar musiknya.

Mendengar lagu itu, tenggorokan Amatsuki terasa mencekat. Pelupuk matanya melebar, tak lama kemudian setitik air pun jatuh dari pelupuk matanya.

"Heh? Lagu itu kan...."

📚

Pagi itu kelas sudah di mulai, namun Mafu belum juga datang.

"Dia nggak read grub!" kata Urata.

"Gue telpon barusan yang angkat malah perempuan!" kata Sakata.

"Hah? Gimana maksud lo, Sak?!" tanya Soraru.

"Iya njir. Pas gue telpon yang angkat malah perempuan. Dia bilang, pulsa anda tidak mencukupi, untuk melakukan panggilan ini—"

Soraru menampar Sakata dengan hanpennya. Setelah itu ia mengeluarkan ponselnya.

Soraru menaikkan alisnya. "Oh, disana," gumamnya lalu beranjak dari kursinya ke luar kelas. Ia berjalan mengikuti petunjuk Gps di ponselnya untuk mencari keberadaan Mafu.

『𝕴𝖓𝖓𝖔𝖈𝖊𝖓𝖙 𝕭𝖔𝖞𝖘』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang