Ku tarik nafasku, "Sepertinya aku harus bertanya ke Dea".
Aku bukan jenis orang yang pengen tau. Tapi mendengar isak tangisnya mungkin dia butuh teman cerita.Kuketuk pelan pintu kamarnya "Dea, mau cerita nggak? Aku boleh masuk?"
"Masuk nes, pintunya nggak dikunci", katanya lirih, masih kudengar sisa-sisa isak tangisnya.
Begitu aku masuk, Dea menghambur memelukku.
Dia bicara sambil menangis, dan aku nggak mengerti apa yang dia ucapkan. Aku hanya diam berusaha mengerti kata-katanya. Tapi aku tetap nggak mengerti."De, kalau kamu ngomong sambil nangis aku nggak bakalan ngerti kamu ngomong apa. Selesaikan dulu tangismu, puaskan aja. Baru kamu cerita". Dia pun mengangguk.
Kutunggu dengan sabar sampai dia menyelesaikan tangisnya.
Sampai dia siap bercerita tentang malam ini."Tadi aku ke rumah Dion, udah ketemu sama mamanya"
"Mamanya menyambutku dengan baik. Bahkan ramah sekali"
"Aku seneng nes, merasa aku diterima dengan baik. Awalnya percakapan kami biasa aja. Percakapan yang ringan soal kuliah dan soal keluarga"Dia mulai terisak lagi "Trus mamanya Dion menyinggung soal hubungan kami. Intinya dia nggak setuju kami berpacaran"
"Sekedar berteman boleh saja, tapi untuk lebih dari itu mamanya nggak boleh""Mamanya bilang, Dion anak laki-lakinya paling besar. Dia ingin Dion selesaikan dulu kuliahnya, nggak usah kenal pacaran dulu"
"Saat itu aku mengambil kesimpulan, kalau mamanya nggak tau soal hubungan Dion dengan Maya. Mungkin mereka backstreet"
"Rasanya saat itu juga aku pengen pulang Nes, nggak nyangka aja sih kalau aku ditolak. Ya, walaupun bukan Dion yang menolak. Tapi aku udah ngerasa hopeless"
"Setelah mamanya ngomong gitu, aku nggak lama dirumah Dion trus Dion antar aku pulang".
"Kayaknya dia tau aku mulai gelisah dan nggak nyaman. Apalagi mamanya jelas-jelas menolak hubungan kami"Aku masih diam mendengarkan Dea bercerita. Mungkin kalau aku saat itu ada diposisinya juga akan merasakan hal yang sama, nggak nyaman dan pengen pulang.
"Trus, aku tanya Dion bagaimana selanjutnya? Trus apa mamanya nggak tau soal Maya?"
"Kata Dion, mamanya nggak tau soal Maya karena mereka pacarannya backstreet. Tapi keluarga Maya tau dan menerima Dion dengan senang hati. Dion bilang dia sayang sama aku dan cerita ke mamanya soal hubungan kami, berharap mamanya merestui. Jadi dia seneng banget waktu mamanya pengen ketemu aku. Dion berharap mamanya mau menerima aku. Biasanya nggak kenal makanya nggak sayang mungkin kalau udah kenal jadinya beda. Ternyata keputusan mamanya tetap sama"
"Dion sedih banget nes, tapi dia nggak mungkin menentang mamanya. Kami putus nes dan nggak ada harapan lagi"
"Aku juga terlanjur mencintai Dion daripada pacarku yang sekarang. Aku malah berpikir mau putusin dia"
"Aku baru ngerti yang namanya benar-benar jatuh cinta, mencintai dan ingin selalu bersama"
"Selama ini aku gonta-ganti pacar ya karena aku ngerasa aneh aja kalau nggak punya pacar. Begitu aku ngerasa bosan ya aku putusin""Kali ini beda nes, makanya aku ngerasa sedih banget"
"Saat aku benar-benar cinta aku nggak bisa memilikinya". Dea mulai menangis lagi.Aku memeluknya sambil mengusap punggungnya. Aku tau yang dia rasakan.
"Malam ini menangislah sepuasmu De, setelah itu hapus air matamu dan hadapi esok dengan tantangannya yang baru"
Setelah Dea tenang, kutinggalkan kamarnya. Aku nggak cerita soal pertemuanku dengan Mahesa. Waktunya nggak pas. Dea berduka, aku nggak mungkin cerita tentang kebahagiaanku. Biarlah malam ini kusimpan dulu ceritaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anesta dan Mahesa ( Sudah dicetak )
RomansaBerawal dari perkenalan yang dirancang oleh Dion dan Dea untuk menutupi perselingkuhan mereka. Anesta dan Mahesa malah jatuh cinta saat pertemuan pertama. Cinta mereka yang tulus malah terganjal restu dari mama Anesta, dikarenakan perbedaan suku dia...