16 5 0
                                    

Senku tidak pernah mengatakan "aku menyayangimu" kepada siapapun.

Baginya, cinta itu berlebihan. Senku selalu berpikir bahwa sebaiknya cinta itu lenyap saja dari peradaban, agar ia tidak harus melihat orang-orang yang lunglai karena ditolak oleh orang yang disukainya di koridor sekolah. Bagi Senku, cinta tidak dibutuhkan oleh orang-orang pecandu ilmu pengetahuan. Cinta hanya akan merusak segalanya.

Tapi, anggapan Senku tentang cinta berubah ketika Ruri mengantarkannya ke tempat pemakaman leluhur pembangun desa Ishigami, dan ketika ia menemukan rekaman suara milik Byakuya.

Walaupun Senku tak terlalu memahami pikiran dan hati manusia, entah kenapa dia bisa merasakan begitu banyak cinta yang terpancar ketika mendengar suara menyenangkan milik ayah angkatnya tersebut. Sejenak, rasa rindu menyelimuti hati Senku, membuat rinai-rinai hujan mulai berjatuhan dari netra merahnya.

"Oi, orang tua." tegur Senku kepada sebuah nisan yang baru saja dibenarkan olehnya dan Chrome. Senku tersenyum kecil; sebuah senyum yang tak pernah ia tunjukkan kepada siapapun.

"Terima kasih karena telah membesarkanku—" Pria itu mengusap air mata yang kembali membasahi pipinya, sebelum melanjutkan kata-katanya. "Padahal kita tidak punya hubungan darah sama sekali."

"Terima kasih, keturunanmu selalu membantuku dalam membangun Kerajaan Sains. Aku berjanji tidak akan kalah dari Tsukasa, dan mengembalikan dunia kita yang sebelumnya."

"Terima kasih untuk semuanya, bodoh. Aku ingin bertemu denganmu sekali lagi, tapi pasti tidak bisa, haha."

"Aku menyayangimu," Senku tersenyum. "Papa."

Malam itu, Senku telah mengerti dengan jelas mengapa cinta tidak boleh lenyap dari hati manusia. Sebab, cinta itu ada agar manusia dapat melihat keindahan dalam hal-hal kecil yang kadang luput dari perhatian manusia, dan Senku sudah dapat melihat keindahan tersebut.

love [senku & byakuya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang