Masuk Universitas Idaman

39 32 9
                                    

Setelah kelulusan sekolah, Ken menanyakan perihal kuliah padaku. Aku bilang padanya bahwa aku tidak tahu apakah aku akan kuliah atau tidak. Yang pastinya ayahku tidak mengizinkanku untuk kuliah.

Bukannya tidak mengizinkan, hanya saja karena terhalang biaya. Makanya ayah belum bisa mengizinkan aku untuk berkuliah.

Mendengar ucapanku, Ken terlihat kecewa. Karena dulu aku pernah berjanji padanya, bahwa aku dan Ken akan berkuliah di kampus yang sama.

Tapi Ken tidak marah, karena ia tahu tentang kondisiku sekarang bagaimana.

Ken sangat perhatian padaku, setelah mendengar kalau aku akan tidak berkuliah, Ken terus menyemangatiku. Dan dia jugalah yang bilang pada ayahku, kalau aku akan ikut tes lewat jalur beasiswa.

Sebenarnya ayah belum bisa yakin sepenuhnya kalau aku akan lulus. Tapi Ken tidak patah semangat, dia terus meyakini ayahku sampai tidak akan ada lagi keraguan di hati ayah tentang aku yang tidak akan lulus tes masuk kuliah.

Berkat Ken, ayahku percaya sepenuhnya dan mengizinkanku untuk ikut tes.

***

Sejak SMP aku memiliki keinginan agar bisa berkuliah. Sejak kelas X SMA, aku pun mulai mencari-cari informasi tentang universitas yang terdapat beasiswa, dimana beasiswa itu sepenuhnya akan menanggung biaya pendidikan yang ditempuh sampai lulus.

Setelah aku menemukan informasi universitas tersebut, sejak saat itu juga aku berjanji pada diriku sendiri, untuk rajin belajar ahar bisa berkuliah di univ tersebut.

Karena berdasarkan informasi yang kudapat, jika ingin kuliah di kampus tersebut harus memiliki nilai yang cukup tinggi, bahkan jika ingin mendapatkan beasiswa, seorang mahasiswa harus bisa memiliki nilai UAS minimal 3,5.

Bukan hanya itu, syarat lainnya adalah bisa mempertahankan ipk minimal 3,5 ke atas.

Maka dari itulah, aku sangat rajin. Dan alhamdulillah nya, aku bisa mendapatkan ranking 1 di kelas dan selalu mendapatkan juara umum. Walaupun aku dari keluarga yang tidak mampu, tapi jika untuk belajar tidak ada kaitannya dengan seberapa banyak materi yang dimiliki.

Berkat usahaku, aku bisa mendapatkan beasiswa sepenuhnya di UII. Sebenarnya ayahku tidak mengizinkanku sepenuhnya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, karena ayah bilang ayah gak akan mampu biayain kuliahku.

Jangankan untuk biasa kuliah, untuk makan sehari-hari pun sangat sulit.

Tapi aku selalu meyakini ayahku, bahwa aku bisa kuliah dengan tidak harus membebani orangtuaku, terutama ayahku.

Untungnya, aku memiliki guru yang sangat dekat denganku waktu di SMA. Dan beliaulah yang selalu mendukungku, bahkan beliau juga membantuku ketika aku ingin mendaftar di UII lewat jalur beasiswa.

Ku akui, aku tidak punya banyak orang yang dekat denganku. Yang bisa menerimaku apa adanya, bisa terhitung dengan jari. Ayahku, Ken, dan guruku. Sedikit sekali bukan? Hanya tiga orang yang kurasa benar-benar menyayangiku.

Ibu dan kakakku? Entahlah, aku tidak tahu apakah mereka juga menyayangiku setulus ayah, Ken, dan guruku menyayangiku.

***

Aku dan Ken satu kampus. Karena memang dulu waktu SMa kami pernah berjanji, jika aku kuliah maka aku dan Ken harus satu kampus walaupun beda jurusan.

Aku memilih jurusan sastra dan bahasa. Sedangkan Ken memilih jurusan Biologi. Ken memang suka dengan bau-bau biologi. Apalagi waktu SMA pas praktek membedah katak, Ken sangat senang. Katanya seru.

Aku hanya bisa kebingungan dengan alasan Ken. Hanya karena seru, dia jadi suka. Dan memilih jurusan tersebut ketika kuliah. Ken benar-benar sangat lucu.

***

Kasih vote ya kalau kalian suka sekalian komen kasih kritik dan sarannya. Karena kritikan dan saran dari kalian akan sangat bermanfaat buat aku hehe ❤

Kinanti (Stay Strong For Your Self) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang