Sudah sekitar 4 bulan semenjak perubahan Hinata yang disebabkan oleh Mahiru. Anggota Klan, Warga Konoha, serta para nakama anggota rookie 12 sudah mulai terbiasa dengan sifat baru Hinata.
Hinata sendiri menyesuaikan diri dengan baik, dia bisa dengan cepat akrab dengan teman-teman Hinata yang lama. Awalnya memang terasa sulit, mengingat sifat bawaan Hinata dan Mahiru yang hampir sama. Pendiam/Introvert, tapi ternyata ini tidak seburuk itu.
Latihannya dengan Tsunade juga berjalan lancar. Mereka satu frekuensi. Latihan yang diberikan Tsunade selalu sesuai dengan ekspektasi-nya meskipun terkadang tidak seindah ekspektasi-nya.
Dia juga mulai bersahabat dekat dengan Ino dan Tenten, mereka banyak berbincang. Jika dengan Tenten, Hinata membahas senjata, maka dengan Ino dia akan menjadi penggosip.
Tapi yang sedang dia pikirkan adalah, kenapa Sakura masih sangat membencinya? Apakah itu kebencian abadi? Hubungan mereka tidak membaik sama sekali. Para nakama bahkan sudah angkat tangan melihat kelakuan Sakura yang selalu mendebat apapun yang baik tentang Hinata. Ini bahkan lebih parah daripada kasus perebutan Sasuke antara Ino dan Sakura.
"ONEE-SAMA!!!!!!" Hinata menghela nafas begitu melihat Hanabi yang berteriak sambil berlarian seperti itu.
"Bebal sekali..." Hinata bergumam sambil berlari kecil menuju Hanabi.
"Hana-chan... Bukankah aku sudah bilang untuk tidak berlarian? Kau bisa jatuh." Hanabi tersenyum lebar melihat wajah memperingati kakaknya, dia bisa melihat dengan jelas pancaran kekhawatiran di mata kakaknya itu.
"Tapi aku baik-baik saja," Jawab Hanabi dengan santai.
"Onee-sama, ayo berlatih bersama!" Hinata mendengus, tapi senyumnya merekah tipis.
Dia berdiri, kemudian berjalan meninggalkan Hanabi menuju ruang latihan. Hanabi yang sudah mengerti segera menyusul dengan lari kecil, hingga suara Hinata terdengar--
"Tidak perlu berlari."
--Hinata memelankan langkahnya, menunggu langkah kaki Hanabi untuk mengimbanginya. Sedangkan Hanabi dia tertawa lebar sambil tetap berlari kecil menyusul Hinata.
Setelah berhasil mengimbangi langkah kaki Hinata yang pelan, Hanabi mulai mengoceh banyak hal. Dia menceritakan tentang kegiatannya setelah masuk ke akademi Ninja serta teman-teman barunya.
Terkejut?
Jika kalian bertanya bagaimana Hanabi bisa masuk akademi ninja, jawabannya adalah karena Hinata. Hinata yang menceritakan kehidupan akademinya kepada Hanabi mendapatkan jawaban bahwa Hanabi juga ingin ke akademi jika bisa.Sebenarnya memang seharusnya Hanabi masuk akademi, tapi itu tidak jadi karena Hanabi sempat menolak untuk bertemu dengan orang-orang baru. Dia berpikir bahwa orang-orang diluar sana mungkin jahat.
Jadi, dengan segala kekuatannya. Hinata memelas kepada ayahnya serta para tetua Hyuuga itu untuk memasukan Hanabi ke Akademi. Dia melakukannya untuk Hanabi, agar Hanabi bahagia dan tidak merasa terkekang. Meskipun harus melalui badai topan yang besar, oke! Itu lebay(:v). Maksudnya, meskipun dia harus sedikit menjatuhkan harga dirinya ketika berhadapan dengan tetua keras kepala itu. Demi Hanabi, Hinata mampu.
Tanpa mereka sadari, seseorang memperhatikan mereka dari jauh sambil bersender pada pilar kayu disana. Ketua klan Hyuuga itu menatap kedua putrinya yang terlihat akrab dan akur. Dia tersenyum tipis, sangat tipis sampai tidak ada yang menyadarinya kecuali dirinya sendiri.
***
"Onee-sama, aku tidak akan segan." Hanabi berucap setelah memasang kuda-kuda.
"Aku juga tidak akan segan, Hana-chan." Balas Hinata dengan lembut, dia akan melawan Hanabi sekuat tenaga tentunya. Ini adalah latihan, dia akan membuat Hanabi kuat.
Keduanya saling menatap tajam, kemudian Hanabi melesat melayangkan serangan yang dapat ditangkis Hinata dengan mudah. Hanabi kembali melayangkan jyuuken, kali ini dia mengincar pundak kiri Hinata. Sedangkan Hinata yang menyadari itu segera melompat sedikit kekanan. Dia juga mulai melayangkan jyuuken, menyerang titik tonketsu diperut bukan masalah besar 'kan?
Tapi sepertinya Hanabi juga sudah mulai berkembang. Dia bisa menghindar lebih cepat, jauh lebih cepat daripada ketika pertarungan terakhir mereka.
Hinata menahan tangan kiri Hanabi kemudian tersenyum miring, "Kau semakin lincah, Hana-chan." Ucapnya disela-sela pertarungan mereka.
Hanabi tersenyum lebar, "Aku tahu!"
Hanabi dan Hinata sering latihan bersama, itu sebabnya kecepatan serta kelincahannya meningkat. Ditambah dengan latihan extra yang diberikan Hinata ketika hari minggu. Tidak mungkin dia hanya stuck disitu tanpa perkembangan. Mana mungkin push up 30× serta sit up 30× di sore hari sebelum latihan tidak membuahkan hasil? Jika dihitung selama 4 bulan ini, push up dan sit up yang dilakukan Hanabi sudah mencapai 640× masing-masing.
"Lagipula, mana mungkin latihan menyebalkan itu tidak berguna?" Tanya Hanabi mencibir.
Hinata terkekeh pelan, tangannya masih sibuk menahan segala serangan Hanabi. Dia juga sesekali melayangkan serangannya. Setelah beberapa waktu Hinata menghentikan latih tanding mereka, Hanabi sudah kelelahan. Dia juga sudah mulai kehabisan stamina. Kondisi mereka hampir sama, meski jika dibandingkan dari sisi manapun Hinata jauh lebih baik.
"Aku memang tidak bisa seperti dirimu." Hinata menoleh, menatap Hanabi yang menundukkan kepalanya.
Dia menaikkan alisnya bingung,
Kenapa sekarang malah Hanabi yang terlihat seperti Hinata yang lama? Tidak lama kemudian dia menggelengkan kepalanya, meskipun berkata sambil menundukkan kepalanya. Hinata bisa melihat raut bangga yang terpancar disana."Tapi aku bisa berlatih bersamamu, dan berkembang denganmu. Itu sudah lebih daripada cukup." Ucap Hanabi lagi sambil menatap Hinata.
Sungguh! Hanabi berani bersumpah bahwa dia tidak menginginkan apapun lagi selain menghabiskan waktu dengan kakaknya seperti ini. Ibunya meninggal beberapa Minggu setelah kelahirannya, jadi hanya Hinata yang bisa dia andalkan. Sifat Hinata membuatnya merasa tenang, seakan sedang bersama ibunya. Bahkan dengan perubahan sifat Hinata, Hanabi masih merasakan hal itu.
Hinata mendekap tubuh Hanabi, kemudian mengelus surai cokelat itu dengan lembut. Dia paham, sangat paham dengan kondisi Hanabi. Ingatan Hinata sudah sepenuhnya menjadi miliknya, dia tahu semuanya. Perasaan Hinata juga dirasakan olehnya.
"Hana-chan... kau terlihat sangat keren tadi." Ucap Hinata sambil tersenyum lembut.
Hanabi tersenyum,"Sungguh?!" Dia mendongak menatap wajah Hinata. Hinata mengangguk sambil tersenyum lembut.
"Mau belanja bersamaku? Aku akan memasakan apapun yang kau mau."
Mata Hanabi berbinar senang, dia mengangguk antusias kemudian berdiri dengan cepat.
"Aku akan bersiap! Tunggu aku!!" Hanabi berteriak sambil berlari, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Ini adalah kesempatan untuknya, karena hari ini kakaknya itu cukup senggang.
***
Hinata menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Hanabi, dia tersenyum tipis. Kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya. Ketika hendak menutup pintu, Hinata menemukan ayahnya sedang bersandar pada tembok dalam jarak 3 meter sambil memejamkan matanya.
Hinata berojigi, menunjukkan rasa hormat-nya kepada sang ayah yang merupakan ketua klan Hyuuga.
"Bukankah dia terlalu ceroboh?" Hinata mengangguk sambil tersenyum, dia paham dengan jelas maksud Hiashi. Itu tentang Hanabi.
"Kau banyak berubah, bahkan membawa dampak positif. Jadi teruslah seperti itu, Hinata." Kali ini nada bicara Hiashi menjadi sedikit lembut.
Hinata tersenyum, "Aku akan tetap seperti ini, Tou-sama. Ini adalah diriku yang sebenarnya, mana mungkin aku berubah?"
Hiashi tersenyum tipis, sebelum melangkah meninggalkan Hinata menuju ruangannya. Hinata reflek berojigi lagi ketika Hiashi melewatinya, tipikal bangsawan dengan etika tinggi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as Hyuuga Hinata
Fiksi PenggemarHidup hanya sekali. Mahiru sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali. Tapi dia masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang dia baca. "Aku mati?" Gumaman Lirih itu dia...