"APA?! DIJODOHIN? " Mata jeongguk melotot sempurna diiringi teriakan dengan nada tak terima.
"Anaknya cantik lho, dek. Pinter lagi, iya kan pah? " Bunda jeon menoleh pada suaminya sambil mengedipkan sebelah mata.
" Iya, apalagi papa udah kenal sama orang tuanya. Dia dari keluarga baik-baik. Kalo udah ketemu pasti kamu suka. " Imbuh sang papa.
" Gak mau, pokoknya jey gak mau. Jek kan masih SMA pah, S-M-A. " Jeongguk menekan kata SMA. Mana Terima dia, dijodohkan seperti halnya jaman siti Nurbaya.
" Lho? Emang kenapa kalo masih SMA?, kan nikahnya gak sekarang. Kenalan aja dulu, kalo kalian cocok ya lanjut." Bunda jeon menjawab pernyataan sangat anak.
" Gak mau bun. Kenapa harus jey?" Sekilas jeongguk teringat kakaknya, " Kenapa gak bang NamJoon aja? Kan bang NamJoon lebih tua. Pasti lebih cocok sama anaknya temen papa itu. "
Bunda jeon melirik suaminya, menimbang sesuatu. " Yah... Sebenarnya-"
"-tu kan! Memang bang NamJoon yang lebih cocok. Lagian emangnya bunda mau anak bunda yang paling ganteng dan paling berbakti ini memprioritaskan orang lain? Nanti waktu jey bakal dihabisin buat orang lain? Emang bunda sanggup menghadapi realita yang seperti itu?!" Jeongguk mulai mendramatisir keadaan.
" Tapi dia seumuran nya sama kamu dek. Kalo sama bang NamJoon ketuaan. " Papa Jeon mencoba membantah argumen sang anak.
" Lho! Papa gak tau ya. Kalo mau nikah tuh, beda beberapa taun juga gak masalah. Malah lebih bagus. Jadi yang tua bisa lebih mengayomi,kalo ada masalah gak bakal Cekcok mulu. "
" Sok tau kamu dek. Kamu aja yang beda sepuluh tahun sama soobin ama Bomgyun sering berantem. Dimana letak mengayomi nya?!"
" Bener kok bun!!! Itu kata majalah yang pernah jey baca. Kalo soobin ama Bomgyun mah beda cerita. " Jeongguk tak trima di katain sok.
" Kamu baca majalah apa?! Majalah porno ya? Yaampun dek, dosa dek dosa! Nanti kamu di panggang di neraka, terus mata kamu di colok pake besi. Emang kamu mau? " Bunda jeon sudah kalang kabut, mata anak semata wayang nya sudah tidak suci lagi.
" Eh. E-enggak kok bun, orang jey baca majalah langganan bunda yang- eh. Bunda gak usah ngubah topik pembicaraan ya. Pokoknya jey gak mau dijodohin, yang dijodohin bang NamJoon aja. "
" Bang NamJoon kan udah punya pacar. " Suara papa jeon yang kalem menyapa pendengaran mereka.
" Nah. Iya, papa kamu bener. Abang kamu kan udh punya pacar, sedangkan kamu, dek? Pacaran aja gak pernah. " Bunda jeon menatap nista pada sang anak.
Jeongguk merasa terhina, tapi mau bagaimana lagi? Toh memang dia belum pernah pacaran. "Tapi bunnnn.... "
" Udah. Pokoknya bunda nggak nrima penolakan. Balik lagi kekamar kamu sana, bunda mau nonton TV berdua sama papa. Malam minggu nanti kita makan malam di tempat Shalom"
Jeongguk berdiri, lalu berbalik menuju kamarnya dengan wajah lesu. Jeongguk itu memang anak berbakti dan penurut jadi selalu menuruti setiap ucapan bunda.
Jeongguk memasuki kamarnya lalu merebahkan tubuh diatas kasur. Dia bingung memikirkan nasibnya, tadi setelah makan malam dan akan kembali ke kamar dia di cegat oleh papa dan bunda nya di ruang keluarga. Dan ya itu, orang tuanya ingin menjodohkan dirinya dengan anak teman SMA papa dulu. Katanya, si papa dulu punya janji bakalan jodohin anaknya dengan anak temennya itu.
Jeongguk meraih handphone di saku celananya, lalu mendial nomor seseorang.
" Napa gguk? "