4. menghilang

45 18 11
                                    

terhitung sudah genap tiga hari chandra menghilang.

hal ini membuat anggota lainnya panik dan gelisah. chan memang tidak terlalu suka menginap di markas seperti yang lainnya, "ngerepotin bintang. lagian gue lebih nyaman di kosan", katanya.

namun, setelah lino melaporkan pada asa bahwa chan tidak ada di kosannya, mereka semua mulai merasa cemas.

"lo udah telpon ibunya?", tanya asa pada felix.

felix mengangguk dengan gusar, "udah, dia gak pulang. tante jess malah panik pas gue nanya. ujung-ujungnya, gue harus boong deh ke tante jess."

"durkamit lo boongin orang tua!", celetuk han.

sam menoyor kepala han, "durhaka, bego!"

bintang membuka suara, "coba kebodohannya dipendem dulu, ya. ini gimana urusannya chan?!"

han tiba-tiba tertunduk lesu, "maaf ya, guys. gue belum bisa lacak dia di mana atau kondisinya gimana sekarang."

"lo pada tau sendiri kan, kekuatan clairvoyance gue belum sekuat cyrokinesis gue. paling mentok juga kemarin bantuin si rayen nyari potongan lego nya yang ilang."

rayen menepuk bahu han untuk menghiburnya, "gapapa, han. kita ngerti kok. gue makasih banget sama lo udah mau bantuin gue kemarin."

"tapi gue beneran khawatir ini. chan gak biasanya ngilang kayak gini. handphone gak aktif, gak ninggalin sticky notes di kulkas, gak bilang-bilang juga. haduh, serius deh. ini bukannya gue mau nakut-nakutin kalian apa gimana, tapi feeling gue gak enak banget. gue takut dia kenapa-napa.", ucap asa panjang lebar.

semuanya terdiam. meskipun yang sering dibilang sebagai 'tukang ramal' adalah han, insting asa memang yang paling kuat dan akurat. jadi, jika asa sudah mengatakan hal-hal seperti itu, kemungkinannya besar chan memang sedang tidak baik-baik saja.

lino berusaha menenangkan mereka, "para wargaaa, tenang yaa. coba tarik napas dulu, terus buang."

rayen tiba-tiba menyeletuk, "eh, tapi dia emang sering becandain kita ngilang kayak gini, kan? gue yakin ntar dia bakal balik lagi kok."

"kalo balik lagi sih bisa aja, yen. masalahnya, dia balik dalem keadaan gimana?", tanya asa.

bintang akhirnya harus menenangkan asa yang sudah sangat panik, "udah, sa. lo tenang dulu ya. jangan ngomong yang aneh-aneh."

ucapan rayen memang ada benarnya. bukan sekali dua kali chan sengaja mengerjai mereka dengan cara tiba-tiba 'menghilang' dan membuat mereka semua panik mencarinya. padahal, chan tidak pergi kemana-mana, ia ada di samping mereka, sibuk menertawakan teman-temannya yang panik mencarinya. hanya saja, chan tidak bisa terlihat oleh teman-temannya sendiri.

felix ikut membuka suaranya, "tapi, kali ini beneran deh. dia gak mungkin tega bercandain kita sampe berhari-hari gini. like, seriously? segabut apa chan sampe bikin kita kelimpungan kayak gini berhari-hari? it's not funny at all."

lino mengangguk setuju, "lo bener, lix. senyebelin-nyebelinnya chan, dia gak akan setega itu sama kita."


rayen tiba-tiba berteriak, "CHAN MENDING LO KELUAR SEKARANG! GAK LUCU TAU BECANDAAN LO! KITA SEMUA KHAWATIR. CHAN, LO DI MANA?!"

lino terkesiap dan langsung menahan rayen yang memang sedang tidak stabil, "busetdah, ngapa ni anak?"

"yen, udah yen. mending lo tenang dulu.", ujar han membantu lino menenangkan rayen.

bintang ikut mencoba mengendalikan situasi, "yen, gue tau lo pasti mikir lebih baik chan bercandain kita semua sekarang. gue ngerti. tapi, lo harus terima kenyataan. chan beneran ilang dan kita harus nemuin dia secepatnya. kali ini, dia butuh bantuan kita."



setelah semuanya terkendali, asa kembali bersuara "lix, lo inget gak tempat yang kira-kira bakal didatengin chan?", tanya asa pada felix.

"sekolah, markas, kosan, taman. idup dia muter-muter di situ doang."

asa menggeleng, "pikir lagi coba. pasti ada tempat lain."

felix berpikir sebentar, lalu terlonjak dari duduknya.


"GUA!"

"hah?gua?"

felix menganggukkan kepalanya, "iya, gua. gue baru inget, selain di taman, dia juga sering latihan di gua."

"ini gua nya di mana sih? berasa kayak di pedalaman manaaa aja gitu ada gua segala.", celetuk han.

bukan felix, tapi asa yang menjawab "gua yang ada di bukit belakang sekolah. duh, kok gue bisa lupa dia suka betapa di situ, sih?!"

"lo juga tau tempatnya, sa?", tanya felix.

"kagak, tapi dia emang pernah cerita ke gue."






asa kemudian berdiri dan menatap teman-temannya, bersiap memberikan instruksi.

"oke, kalo gitu kita langsung mulai aja ya bagiin kelompok pencarian chan. gue, felix, sam pergi ke gua di bukit belakang sekolah. lino sama bintang ngecek lagi ke kosan, siapa tau dia balik ke sana. kalo rayen--"

"interupsi, gue nunggu di sini aja ya? gue yakin chan bakal balik ke sini.", ujar rayen sambil mengangkat tangannya.

asa berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepalanya.

"kalo gitu han--"

han buru-buru mengangkat tangannya, "interupsi lagi. gue nemenin rayen di sini juga ya? heheheh mager."

asa memutar bola matanya malas, "terus yang bakal ke taman siapa?"

lino menjawab, "gak usah ke taman, sa. di sana lagi ada yang direnovasi, pasti banyak tukang. chan gak akan ke sana buat latihan, brisik banget kayak gitu."

"hmm, oke kalo gitu. kita bubar jalan aja sekarang."

"siap, kapten angkasa!", jawab yang lainnya serempak.























asa bergumam dalam hati, "kali ini, semoga aja feeling gue salah. semoga lo gak kenapa-napa, chan..."















notes

clairvoyance: kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu secara langsung, dari objek atau kejadian, baik dari masa lalu, saat ini, ataupun masa depan.

cyrokinesis: kemampuan memanipulasi es





a.n

haloo!! ada yang masih nungguin cerita ini kan?

terima kasihh buat yang udah mau vote dan comment cerita ini heheh bikin semangat nulis^^

hayooo ada yang udah bisa nebak belum kekuatan chan apaan? kira-kira ke mana yaa diaaa?

see you on the next chapter! :)

extraordinary eight | skzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang