24. Rai and His Action

2.2K 211 9
                                    


Sebelum ke rumah Setya, Rai ingin pergi ke rumah Tifa lebih dulu untuk menemui kedua orangtua Setya yang untuk sementara waktu ini tinggal di rumah Tifa, Kakak pertamanya Setya. Niat datangnya kali ini untuk meminta Setya untuk jadi isterinya. Sebelum ke rumah Tifa, Rai menelfon Mamanya Setya dulu untuk izin datang. Dan, diperkenankan untuk datang.

Kedatangan Rai disambut oleh Akifa dan Aksa dengan gembira. Tifa mengajak Rai untuk masuk karena orangtuanya sudah menunggu di dalam.

"Ada apaan sih Rai?" bisik Tifa ketika mereka masih berada di teras.

"Mau minta izin." Jawabnya sambil terkekeh. Tifa tersenyum tanda mengerti. "Jangan bilang Setya kalo gue ke sini ya, Kak. Soalnya Setya gak tau."

"Iyaa."

Kemudian setelah ngobrol bersama Papa dan Mario soal situasi sekarang (alias basa-basi dulu), Rai mulai membicarakan niat kedatangannya ketika Mama dan Tifa bergabung. Rai berbicara dengan mantap soal niat dan tujuannya hari ini. Namun, baru Rai bilang ingin meminta Setya untuk menjadi isterinya, Mamanya Setya malah menangis yang kemudian ditenangkan oleh Tifa.

"Kamu tau kalau sudah ada yang datang sebelumnya ke rumah dengan niat yang sama Rai?" tanya Papanya Setya. Pertanyaan itu tidak terkesan mengintimidasi, sebaliknya, Papanya bertanya dengan sangat tenang.

"Tau, Om. Setya udah cerita sama saya."

Papanya mengangguk kecil. "Om senang atas niat baik kamu, Rai. Om pun menerima niat baik kamu. Namun, Om tidak bisa memutuskannya. Karena semua keputusan ada ditangan Setya. Setya yang lebih pantas memilih dengan siapa dia akan menggantungkan kebahagiaannya."

"Iyaa, Om. Rai ngerti." jawab Rai. "Rai juga sangat berterima kasih, karena niat baik Rai dapat diterima sama Om dan Tante. Nantinya, ketika Setya sudah memilih dan pilihan Setya adalah Rai, bolehkan Rai dan keluarga untuk segera datang ke rumah?"

Beliau pun mengangguk pelan. Melihat isterinya menangis, beliau pun menghampiri dan memberikan ketenangan. Tak lama keduanya masuk dan meninggalkan Rai hanya dengan Tifa dan Mario. Begitu orangtuanya masuk, Tifa lantas bertanya.

"Rai, lo bukannya belum mau nikah ya? Kok sekarang tiba-tiba jadi pengen nikah? Apa karna Setya kena covid? Atau lo cuma gak mau Setya diambil orang?"

Rai ragu menjawabnya. Tifa kemudian berbicara lagi. "Jujur aja sama gue, Rai."

"Karena sekarang gue udah siap lahir dan batin, Kak." Jawab dengan dengan mantap pada akhirnya.

"Masa cuma itu?" pancing Mario lagi.

"Gue juga gak mau Setya nunggu gue lagi. Gue gak mau Setya kecewa lagi sama gue."

Tifa dan Mario lantas saling bertatap-tatapan. "Emang rencana mau kapan ke rumah?"

Rai lalu tersenyum. "Abis Setya selesai isoman."

"GILA!"

**

Pagi hari, pesan dari Rai muncul dan mengabarkan kalau dia telah menggantungkan makanan di pagarnya untuk dia sarapan. Dipagarnya ada dua gantungan makanan. Gantungan makanan satu lagi, Setya tebak dari warga sekitar. Di komplek Setya memang ketika ada yang terkena Covid, para warga saling bergantian memberikan makanan. Kalau yang satu lagi, pasti dari Rai.

Sebelum masuk ke rumahnya, Setya mengintip sebentar untuk mencari mobil Rai. Namun, mobil itu tidak ada. Rai memang tadi mengabari kalau mau pulang dulu untuk mandi dan ganti baju. Mungkin belum balik atau bisa jadi tidak balik lagi.

Setya membuka dua bungkusan itu secara bergantian untuk melihat isinya. Senyumnya terpatri ketika melihat notes yang disematkan di dalam salah satu bungkusan yang diberikan oleh Rai.

SETYA BELUM AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang