Fourteen

6 1 0
                                    

Selamat datang, selamat membaca.

***

Udara tepi laut sangat sejuk dan nyaman digunakan beristirahat. Jika ingin menjauh dari hiruk-pikuk di Bleedpool, di sinilah tempat terbaik. Burung camar yang terbang dan ikan-ikan kecil sesekali timbul ke permukaan. Hanya itu kegaduhannya.

Zealire bersandar di pundak Shaq. Dia sangat kelelahan. Tidak habis pikir, apakah perjalanan saudarinya dulu juga setegang ini? Kalau iya, jika esok kembali ke kapal, dia akan memberi empat jempol ke kedua saudari yang sudah bertualang.

"Padahal ikan-ikan di sini banyak dan sepertinya enak. Kenapa warga Bleedpool memilih untuk mencuri?" Zealire bertanya entah kepada siapa.

Doxi hanya mendengar, tidak menyahuti pertanyaan Zealire. Namun, rasanya berbeda dengan Shaq. Pria itu memikirkan jawaban untuk Zealire. Tidak ada salahnya, 'kan, membangun topik pembicaraan?

"Bleedpool memang seperti ini. Mungkin, mereka pikir mencuri lebih mudah daripada mencari sendiri. Ah, jangan lupakan kalau mereka juga sudah terlatih dulunya." Tawa ringan diciptakan Shaq setelah menyelesaikan kalimat. Zealire hanya tersenyum dan Doxi masih dengan wajah datar. Pria satu itu setia menatap laut.

Setelah itu, mereka berdua kembali diam. Zealire memikirkan apa yang akan dia tanyakan lagi. Tiba-tiba, pikiran buruk melintas di kepala. Tentang; apakah Shaq benar-benar orang baik atau tidak. Bukan hanya Shaq, Doxi juga. Takut-takut mereka hanya memainkan gimik, padahal kenyataannya sama saja dengan penjahat di sini. Siapa yang tahu, mereka, 'kan, hidup di lingkungan seperti ini.

Zealire terbalut rasa takut dengan pemikiran yang diciptakan sendiri. Dia mengangkat kepala dari pundak Shaq, membuat pria tersebut menoleh. Mata bening Zealire menatap tulus ke arah pria di depannya.

Sebab tak ingin terus-menerus dihantui rasa waswas, Zealire memilih bertanya kepada Shaq. "Shaq, bagaimana aku bisa yakin kalau kamu benar-benar baik? Apa kamu bukan penjahat seperti mereka?"

Dua pertanyaan meluncur dari bibir ranum Zealire. Tatapan mata Zealire, membuat Shaq ragu untuk balas menatap. Alhasil, dia memalingkan wajah ke arah air. Butuh waktu yang cukup lama, untuk Zealire mendapat jawaban. Zealire takut kalau pemikirannya benar, karena Shaq masih terus diam.

Beberapa detik setelah itu, Shaq menoleh lagi kepada Zealire. Tangan kiri Shaq mengambil tangan kanan Zealire dan membawa ke pangkuan Shaq. Dia menjawab, "Aku tahu kalau kamu pasti takut dan belum percaya penuh kepadaku. Zea, kalau aku jahat ... bukannya dari awal aku tidak akan membiarkanmu mencari peta dengan tenang?" Shaq berhenti, menghirup udara, lalu melanjutkan. "Bisa kuakui kalau aku juga pernah mencuri, itu dulu. Percayalah." Shaq menguatkan genggaman di tangan Zealire.

Perempuan itu tersenyum. Jawaban Shaq membuatnya lega. Sekarang, dia tinggal bertanya kepada Doxi. Kalau jawaban Doxi sama dengan Shaq, dia benar-benar beruntung bisa mengenal orang baik di negeri jahat ini.

Zealire menoleh ke arah Doxi dan ternyata Doxi melakukan hal serupa. Karena wajah datar dan dingin Doxi, dia jadi ragu apakah Doxi mau menjawab pertanyaannya atau tidak.

"Apa? Kamu mau bertanya kepadaku juga?" ketus pria itu.

Berkali-kali Zealire bilang kepada dirinya sendiri untuk bisa bersabar dan terbiasa dengan sikap Doxi. Akan tetapi, agaknya dia belum terbiasa. Terbukti saat dia sedikit terkejut Doxi berbicara dengan nada sedikit tinggi dan ketus.

"Kalau kamus sudah tahu pertanyaannya, apa bisa aku dapat jawabannya, Tuan Doxi?" tanya Zealire.

Ada seseorang yang tak nyaman di sini. Dia adalah Shaq. Pria bertato itu tidak suka jika Zealire banyak bicara atau bahkan berbicara dengan lelaki lain, apalagi Doxi. Namun, dia tidak bisa memperlihatkan rasa tidak suka itu sekarang. Yang ada Doxi akan meledeknya. Jangan sampai.

BLEEDPOOL: ZEALIRE VURBENT [SERIES 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang