(Geu Deh Ji Geum)
Gue deh ji geum nae gasume deureowa (sekarang kau telah masuk di dalam hatiku)
Sarangeul malhago itjyo (kau mengajariku apa itu cinta)
Kkumi hanigireul naneun gidohaebwayo (ini bukan mimpi, aku selalu berdoa)
Nae mami jakku geudaeran saram nochimallago haneyo (hatiku terus berkata untuk tak melepasmu pergi)
Yoksimeul naeramyeon (bahwa seharusnya aku serakah akan cintamu)
Babogateun mareul haneyo (dan itu adalah kebodohan yang bisa kukatakan)
.
.
Happy reading
..................
Keringat dingin mengucur deras dari dahi Ikhsan setelah kalimat sang Ayah mendarat tepat di gendang telinganya. Untuk mengitari pandangannya menatap semua mata yang kini sedang menatapnya, Ikhsan tak mampu.
Harga diri Abah Latif dan Uma Amira dipertaruhkan kini. Nanti-nanti Gus Ganteng bisa saja berganti panggilan dikalangan para santri-santrinya, jadi Gus Amsoy mungkin, atau Gus Wokawok. Ah sudahlah!
"Lepas microfonnya Ikhsan!" Wajah Abah Latif memerah, bukan karena marah tapi karena malu. Sulung kesayangannya menguji kesabaran di tengah keramaian tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Patah-patah Ikhsan mengangkat clip mic yang nyantol di kerah bajunya, lalu memberikannya pada sang Ayah tanpa suara.
Dengan cepat CEO Darul Qalam itu mengambil clip mic yang terulur kepadanya, kemudian berjalan ke bagian depan meninggalkan Ikhsan untuk meletakkan benda dalam genggamannya pada tempatnya. Lewat begitu saja tanpa suara.
"Abah tidak marah pada Ikhsan 'kan? Ikhsan tidak tahu kalau hal ini akan terjadi Bah." Ikhsan bertanya pelan sambil menyusul langkah sang Ayah. Takut-takut berani mengangkat lidahnya. "Ikhsan pikir ... Ikhsan pikir ..."
Abah Latif berdehem pelan, memotong ucapan putranya, "jangan hiraukan Abahmu, apalah yang harus dimarahkannya ha? Kau bukan anak kecil lagi Ikhsan, kau tahu harusnya apa yang kau lakukan."
"Kenapa terasa seperti Abah marah pada Ikhsan?" Ikhsan menyela pelan, kikuk serasa tak berdaya.
Abah Latif meletakkan clip mic di atas meja kecil tempat sarana prasarana penunjang shalat berjamaah diletakkan, lalu memutar tubuhnya ke arah Ikhsan, "ketimbang Abah, coba tanya istrimu San, dia marah atau tidak atas kecerobohanmu itu. Karena yang kau sebut dengan keras hingga didengar oleh telinga penghuni seluruh komplek adalah namanya, bukan nama Abah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SanuLora
General Fiction[CERITA KE 2] Follow biar Teman bisa baca semua chapter🤗 💞 kategori : baper somvlak Kepincut Gelora, gadis berhijab yang sudah sangat lama menginginkan bisa masuk ke dunia para cogan dan menjadi satu-satunya rebutan. Lora, begitu orang-orang hidup...