Kasturi menggeret kursi yang ada di depan Ayahnya Calixto, dah kek interview kerja aja. Ia menundukkan kepala dan menautkan kedua jarinya gelisah.
"Saya sudah trasfer ke rekeningmu apakah uang yang saya berikan kurang?"
Kasturi meneguk salivanya susah payah.
"Eum ... saya tidak tau bapak mengirim saya uang."
Ayah Calixto menghembuskan nafas kasar, "Saya sudah bilang saya tidak suka istri saya kerja, jadi saya harap kamu segera resign dari pekerjaan kamu."
"Tap–" ucapan Kasturi terpotong.
"Kalau uang yang saya berikan kurang, kamu boleh miminta nominal berapa pun pada saya." Kasturi mengganguk pasrah. Ia semakin menundukkan kepalanya. Entah perasaan apa ini, rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Kasturi membantah pun 'tak ada guna.
Dari pada dibentak sebenarnya Kasturi lebih tidak suka ketika dirinya di berikan kelembutan seperti ini. Sangat hangat menyentuh ulu hati, ia takut ini hanya fatamorgana.
Kasturi masih menunduk membisu. "Kasturi lihat saya."
Kasturi meneguk saliva untuk kedua kalinya, ia masih tetap dengan kepala menunduk.
"Kasturi .... " Panggil pria di depannya lembut.
Kasturi memberanikan diri melihat lawan bicaranya. Hatinya dag dig dug ser gak karuan, hawa sekitar bahkan serasa memanas. Kasturi juga tidak paham perasaan apa ini. Perasaan ini lebih dari perasaan gugup.
"Bukannya saya membatasi ruang gerakmu, tetapi sebagai seorang suami saya merasa gagal ketika mendapati istri saya bekerja. Tolong hargai saya." Kasturi mengangguk.
Demi Tuhan Kasturi paling gak bisa di lembutin kayak gini rasanya mau pergi ke amazon aja. Terlalu deep.
Hening Kasturi dan Ayahnya Calixto salin memandang.
"Ganteng, " gumam Kasturi tanpa sadar. Ayah Calixto membuang muka.
"Ah ... ekhm." Kasturi meruntuki kebodohannya.
Apa dia denger? bener denger yah....
Argh... cekik Kasturi sekarang juga. "Ah s-saya mau ke kamar kecil."
"Iya."
Kasturi menutup pintu, ia memukul kepalanya "Argh... tuolol baget lo, Kas."
****
Setelah membersihkan dirinya ia turun untuk memasak, cacing-cacing di perutnya sudah keroyokan minta makan. Kasturi berjalan ke arah dapur. Didapati tak ada satupun bahan masakan. Kasturi berjalan ke arah sofa ia merebahkan diri lalu memejamkan matanya.
Setelah menghembusakan nafas kasar ia membuka matanya menengok ke arah kiri. "Mau makan apa?"
"Hah? Terserah."
"Jangan kek cewek dah lu."
"Yaudah rawon."
Apa? Calixto bilang apa? Rowon?
Apakah itu benar bentuk makanan?"Rowon?"
"Rawon." koreksi Calixto
"Itu makanan bentuk apa? Gue gak pernah denger. Ngerjain gue ya lu." Tuduh Kasturi.
"Gugling makanya kalo ga tau, solimih banget jadi orang."
"Handphone gue di kamar."
Calixto menyodorkan handphonenya. Terpampang gambar masakan yang di sebut rawon.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONshine
Short StoryKasturi kira ia hanya akan menghadapi suami dalam sekenario pernikahannya, tapi nyatanya apa? ia malah terikat oleh anak tirinya yang seumuran dengan Kasturi. Sopankah takdir menggiringnya bak hysteria? Dalah, tunjukkan Kasturi dimana arah kamera m...