17. WOODS

2.6K 169 6
                                    

VOMENT✊

.

.

.

.

.

🍃HAPPY READING🍃



Biarkan waktu yang menjawab. Apakah mereka benar-benar akan berpisah atau tidak. Namun, kala membuka pintu mansion besar tersebut, pria manis itu tersenyum miris. Memandang surat berbalut amplop putih itu dengan raut wajah kecewanya. Suaminya benar-benar ingin berpisah dengannya.

Setelahnya Jimin menyembunyikan surat beramplop putih tersebut dibalik tumpukan map kerja suaminya. Kemudian berpura-pura beberes kamar yang sudah rapi tersebut. Ternyata dirinya mendengar langkah suaminya memasuki kamar. Mata sipitnya melirik pria tampan nan tinggi tersebut lewat ekor matanya, suaminya mendekat pada meja kerja.

"Kim V!" panggil Jimin sontak memberhentikan Kim V dari kegiatannya yang hendak memeriksa map-map tebal bertumpuk tersebut.

"Wae?" tanya Kim V dingin, datar, tak ada intonasi apapun di dalamnya. Jimin kalang kabut, mencari topik masuk akal untuk menghentikan Kim V mengecek map kerjanya.

"A--aku ... ah, kau sudah makan? Mau ku masakkan apa?"

Pertanyaan dari istrinya tersebut membuat hati Kim V berdesir, rasa perhatian Jimin sangat tulus. Pun pria tampan tersebut menoleh, memandang mata sipit Jimin-nya(?).

"Wae, Jimin-ah?"

"Maksudnya?"

"Jangan pura-pura perhatian padaku, Jim! Kau membuatku semakin tidak berdaya untuk melepasmu,"

Entah mengapa, Jimin merasakan bahagia serta bersedih bersamaan. Bahagia lantaran Kim V mengatakan bahwa suaminya itu tidak berdaya melepaskannya. Bersedih lantaran Kim V akan sungguh berpisah dengannya.

Diam nya Jimin membuat Kim V merasa bersalah dengan ucapannya. Sejak dua hari ini Jimin memang sangat perhatian padanya, dan itu terasa sangat tulus. Bimbang pun menyelubungi diri Kim V, apakah benar jika Jimin memang mencintai pria di mall waktu itu?

"Jimin-ah," Kim V memanggilnya, mengikis jarak antara mereka berdua.

"Gwaenchana, Kim-ah! Aku tidak akan perhatian lagi padamu, aku memiliki satu permintaan dan sangat berharap kau menyetujuinya," jawab Jimin, sedangkan Kim V hanya diam menunggu ucapan selanjutnya dari Jimin. "Bercinta lah denganku. Malam ini."

Sepertinya ini bukan permintaan, melainkan perintah. Terdengar memaksa, bukan memohon. Kim V tercengang dibalik wajah bingungnya, tapi kepalanya mengangguk tanpa disadari oleh Kim V. Eye's smile itu terukir indah di wajahnya, hingga kedua mata sipit itu membentuk bulan sabit yang sempurna nan indah.





---





Kakinya perlahan mendekat, menguping pembicaraan beberapa orang yang berada dalam rumah kosong yang temboknya sudah ditumbuhi tanaman rambat. Ucapan yang dilontarkan tidak cukup jelas, pun kakinya semakin mencoba mendekat. Samar-samar telinganya mendengar nama istri dari sahabatnya disebutkan. Rasa penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi pun semakin melonjak. Beruntung beberapa orang di dalam rumah tua itu menggunakan bahasa Inggris.

"Aku pikir surat perpisahan itu akan datang dalam seminggu! Ternyata lebih cepat dari dugaanku ... Jimin akan segera menjadi milikku!"

Tawa gelay. /plak

Am I Love You? -- VMinTaeKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang