12 | Diorama tanpa irama

1.8K 461 160
                                    

b a g i a n | 12 |  Diorama tanpa irama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

b a g i a n | 12 |  Diorama tanpa irama

———————————————

.

.

.

.

.

.

.

Lelaki itu berkacak pinggang bukan untuk menampakkan sisi garang, dia memang lagi encok aja.

Meniti petang di sebelah kusen pintu usang dengan sapuan angin yang lumayan kencang nyatanya membuat Loka menyerah juga. Dia tau Dikta sudah pulang daritadi, tapi begitu lihat presensinya yang ngeri, yang lebih mirip sama death eater, anak lelaki yang mau dia eksekusi itu kabur, alasannya kembaliin Dora yang lagi nggak pakai baju, takut masuk angin.

Dora sih udah nggak apa-apa, Lokanya yang apa-apa.

Sebelum magrib tiba, hujan deras mendera. Dia buru-buru angkatin jemuran keponakannya, kasihan kalau seragam sekolah dia basah. Loka padahal punya niat baik, tapi memang kesialan harus doi dapatkan waktu kakinya kesandung batu yang nggak seberapa besar di dekat tali jemuran. Udah gitu pas masuk rumah dia sok-sok an pakai bakiak Haelmi dengan alasan menjaga wudu, biar kakinya nggak kotor.

Salah dia sih, kaki dia ini panjang dan lebar, sedang punya wanita tua itu kecil banget, mengkerut karena kemakan umur. Yaudah deh, Loka kejengklak dan abis itu kejengkang karena lantainya licin kena air hujan yang masuk. Masih untung keponakannya belum datang, bisa habis dia diejek bertaun-taun karena insiden sial seharian ini.

"Inilah alasan kenapa kamu nggak boleh jahat-jahat sama Dikta," Haelmi membantu Loka yang lagi lipat baju-baju yang sudah kering. "Kena karma kan."

"Jahat demi kebaikan itu nggak apa-apa," Loka menyangkal. Sesekali meringis karena kakinya yang nyeri.

"Mau dibawa ke dokter?"

"Nggak usah, nanti keluar duit lagi. Paling juga besok sembuh," Loka menjauhkan kaki jenjangnya ketika tangan sang ibu hendak meraba. Khawtir dong Haelmi, pas Loka jatuh, dia nggak bisa berdiri, dan sekarang kakinya mulai bengkak ungu gitu.

"Punten, gofood."

Bukan akang gofood betulan, itu Dikta yang diam-diam menguping obrolan di depan tv. Dia datang sejak beberapa menit lalu. Namun Loka terlalu sibuk sama kakinya yang sulit untuk digerakkan, Haelmi terlalu fokus nonton sinetron yang konfliknya menggebu-gebu. Sampai-sampai potret Dikta diabaikan begini, padahal beberapa jam lalu dia jadi buronan yang akan dihukum mati.

Rumpang | haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang