Prolog

68 4 3
                                    

Zen POV

"Rasakan ini dasar iblis!"

"Kau seharusnya tidak pernah lahir!"

"Mati saja sana! Kau selalu membawa kesialan!!"

Lagi-lagi mereka menyakiti Haruka!

Aku pun melempar batu bata ke mereka, dan mengenai salah satu dari mereka. Darah mengalir melewati dahi nya. Ia menangis dan berlari ke rumahnya.

Itu adalah hal yang menyenangkan.

Sementara teman-temannya kabur ketakutan ketika melihat ku.

"D-dasar monster!"
.
.
.
.

"Haruka, kau tidak apa-apa?." Ucapku dan mencoba membantunya berdiri.

"Ya, aku baik-baik saja." ucapnya sambil tersenyum.

Namaku Zen, Zen Yamakawa.
Umurku 13 tahun.
Dan ini tetanggaku sekaligus teman dekatku, Haruka Mizuki.
Dia adalah anak yang pemalu namun baik hati.

Dia sangat manis, sehingga aku ingin melindunginya dan membuatnya menjadi milikku sendiri.

Kami berdua pun menuju ke rumahku untuk mengobati lukanya.

Orangtuaku bertanya-tanya kenapa Haruka terluka, aku bilang pada mereka bahwa anak-anak nakal itu menyakitinya lagi.

Saat ibuku sedang mengobati luka Haruka, ada suara ketukan pintu di depan rumah.

Ayahku pun membukanya dan langsung kena bentakan seorang ibu-ibu.
Rupanya dia ibu dari sang anak yang aku lempar batu bata tadi.

Ayahku hanya diam dan mendengarkan ibu tersebut. Setelah beberapa lama ayahku menjelaskan bahwa anaknya telah menyakiti seorang gadis kecil di jalanan.

Ibu tersebut langsung marah besar kepada anaknya. Dan langsung menariknya pulang.
.
.
Orang tuaku bertanya apakah aku yang melempari anak itu dengan batu bata. Aku hanya mengangguk.

Orangtuaku bangga apa yang telah aku lakukan.

"Kau telah melakukan hal yang benar" ucap mereka sambil tersenyum.

Lihatkan. Mereka tidak marah atas apa yang telah aku perbuat.
Karena aku melakukan apa yang di suruh kedua orangtuaku.

Mereka bilang "Zen, jika ada yang menyakiti orang yang kau sayangi. Maka habisi saja dia, jika bisa bunuh saja dia."

Aku juga pernah melihat kedua orangtuaku menyiksa seseorang di ruang bawah tanah kami. Mereka berdua senang dan tertawa ketika melihat korban mereka menangis dan kesakitan.

Aku juga di ajari cara menikam seseorang dengan baik dan benar.

Meskipun begitu, aku tetap menyayangi kedua orangtuaku.

Aku kasihan pada Haruka.
Karena orangtuanya tidak selalu di sisinya.
Orangtuanya selalu sibuk bekerja di luar negeri.

Makanya dari itu kedua orangtuanya selalu meminta tolong kedua orangtuaku menjaganya.
Kedua orangtuaku tidak keberatan akan hal itu, karena mereka sudah menganggap Haruka sebagai anak mereka.

Aku dan Haruka selalu bersama.
Kami bersekolah di sekolah yang sama. Kami bermain bersama. Kami makan bersama. Kami tidur bersama. Kami selalu berdua!
Kecuali saat mandi, ahh aku selalu ingin mandi bersamanya!

Tapi jika aku menjadi suaminya, apakah itu di perbolehkan?

Maka aku harus membuat Haruka milikku seorang!

Aku tidak akan membiarkan orang lain mencuri dia dariku!
Aku akan melakukan apapun meskipun itu harus membunuh.

To be continued

Tragedy Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang