"Ceraikan aku Mas."
Hendra, suamiku terdiam mendengarkan ucapanku. Dia menatapku dengan sorot mata yang tak percaya. Pria gagah di depanku ini, hanya termangu.
Aku tidak menyangka, setelah 6 tahun pernikahan, akan mendapatkan kenyataan yang pahit seperti ini. Menggerus semua rasa cinta yang selama ini pernah aku pupuk dan aku sirami dengan baik.Kata orang, setelah melewati 5 tahun pertama, itu baru berhasil mengarungi bahtera pernikahan. Aku mungkin terlalu naif, menganggap semuanya akan berjalan baik-baik saja.
Aku, Gendis Rahayu Putri, menikah dengan pria yang menjadi pilihanku. Tepatnya, kakak kelasku di masa putih abu-abu. Pria yang sudah aku jadikan kekasih selama 5 tahun lalu kami menikah. Tidak ada halangan yang berarti, keluarganya juga sangat baik kepadaku. Bahkan kebahagiaan kami semakin terasa sempurna setelah lahir buah hati kami, Cendana Raisa Putri. Buah hati kami yang baru saja genap berusia 5 tahun itu.
Tapi ternyata... Badai menghadang di saat aku sudah mulai merasa sempurna.
"Ndis... nggak bisa. Kamu tahu, kita benci perceraian. Bukankah kamu berjanji akan membicarakan apapun masalahnya?"
Ucapannya yang sangat tenang itu membuat aku tak bisa lagi menghalau air mata yang sudah sejak tadi terasa begitu mendesak di pelupuk mata. Bagaimana dia bisa mengatakan dengan tenang, kalau dia sudah menikah siri dengan Lia, sahabatku sendiri yang juga notabene asistennya di kantor. Sungguh, ini merupakan mimpi buruk di siang bolong begini.
Pantas saja selama 3 bulan ini dia sering sekali meminta ijin untuk pergi dinas ke luar kota. Satu Minggu baru pulang dan mengatakan proyek di luar kota menyita waktunya. Tapi, nyatanya dia tidur di rumah istri barunya. Mungkin, kalau aku tidak memergoki, pesan yang belum sempat dia hapus dari ponselnya, dia masih akan tetap membohongiku.
"Kurang apa aku Mas? Kurang apa?"
Aku menunjuk diriku dengan tangis pilu. Selama ini aku sudah memenuhi semua keinginannya, dalam artian aku sudah berusaha menjadi wanita yang pantas untuknya. Aku tahu, dia dari keluarga berada sedangkan aku hanya seorang anak yatim yang hidup bersama seorang ibu yang sudah renta. Saat Ibu meninggal, otomatis aku menjadi yatim piatu. Dia pernah membesarkan hatiku, mengatakan masih mempunyai dirinya yang tak mungkin meninggalkanku. Tapi semua hanya bohong belaka.
Hendra menyugar rambutnya dan kini melangkah ke arahku yang terduduk di tepi kasur. Aku masih mengenakan piyama tidurku, karena saat dia pulang tadi pagi, aku belum sempat membersihkan diri.
"Ndis, lihat aku."
Hendra menyentuh wajahku dengan tangannya. Tapi sekarang aku jijik, tangan yang pasti juga sudah menyentuh setiap jengkal tubuh Lia, wanita lain.
Aku menghindarinya dan membuat Hendra menatapku lekat.
"Semua ini keinginan Mama."
Ucapannya membuatku kini menatapnya. Bagaimana bisa dia menggunakan Mama nya untuk menjadi alasan?
"Mama?" Aku mengucapkan itu dengan lirih. Hendra menganggukkan kepala.
"Mama sedang sakit Ndis, saat tahu Lia adalah anak dari Om Danu, sahabat Mama yang lama sudah tak bertemu, Mama memintaku menikahi Lia."
Ada rasa sakit yang kini mengiris hatiku. Berdarah. Entah kenapa semuanya menjadi abu-abu di hadapanku. Mama Wita, mertuaku memang sejak awal tidak pernah menyukaiku. Beliau memang tidak memperlihatkan secara langsung, dan juga tidak pernah menentang hubungan kami selama ini. Tapi aku bisa merasakan kalau Mama Wita memang tidak suka denganku. Aku selama ini sudah pernah berbicara dengan Hendra tentang itu semua, tapi dia mengatakan hanya perasaanku saja.
"Maksudnya?"
Aku masih mencoba mencerna semua ocehan Hendra yang sejak tadi sudah membuat aku tidak fokus.
Hendra kini menyentuh rahangnya yang terlihat cambang tipis setelah bercukur. Matanya menatapku lekat.
"Mama ingin aku menikahi Lia karena itu janji Mama sama Om Danu. Lagipula, kata Mama itu akan meringankan kamu sebagai seorang istri dan..."
"Kamu mencintaiku, Mas?"
Aku memotong ucapannya yang membuat dia kini mencoba untuk mencari kepercayaan dari mataku.
Lalu dia mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang sudah membasahi pipiku."Husst... Kamu tahu aku sangat mencintaimu."
Aku menunduk dan kini menautkan jemari kami. Rasanya begitu dingin saat ini. Tidak ada kehangatan lagi.
"Mas pilih aku apa Lia? Hanya itu yang aku inginkan."
Ada keheningan lagi yang menyesakkan dada. Hendra tidak bisa memilih. Dan aku tahu jawaban pastinya.
"Ceraikan aku!"
"Ndis, jangan seperti anak kecil. Kita menikah sudah berapa tahun? Kasian Cendana juga. Dia butuh sosok ibu dan ayahnya."
Aku mendengkus mendengar ucapannya Hendra. Kemana saja dia saat berpikir, anaknya akan tetap bahagia ketika sang Ayah sudah membagi kasih sayangnya.
"Aku tidak ingin berbagi."
Aku masih bersikeras mengatakan hal itu. Hendra kini menghela nafas. Dia menatapku dengan putus asa.
"Maaf Ndis, maaf. Tapi aku tidak bisa menceraikan Lia. Dia sedang mengandung anakku."
Seketika itu juga, duniaku terlihat gelap.
Bersambung
Haloha cerita baru lagi ya. Jangan khawatir yang lainnya juga masih lanjut kok. Kalau suka vote dan komen ya biar rame nih. Yuukkk...
KAMU SEDANG MEMBACA
Repihan Hati
RomanceGendis Rahayu Putri terpaksa harus menerima kenyataan pahit ketika menemukan suaminya sudah menikah siri dengan sahabatnya sendiri. Dia memutuskan untuk berpisah dan berusaha menjadi single mom untuk buah hatinya yang baru saja berumur 5 tahun. Dal...