Malam hari, Aisyah mengajak Citra untuk membantu memasak makan malam di dapur. Citra yang memang terbiasa hidup mandiri dan bisa memasak sendiri pun tidak keberatan dengan permintaan Aisyah. Di dapur Citra kembali bertanya-tanya tentang alat-alat yang belum pernah ditemuinya di desa. Seperti pisau yang bermata dua yang digunakan untuk mengupas buah. Cara menyalakan kompor listrik, mengoperasikan blender dan microwave meskipun malam ini mereka tidak memerlukan microwave untuk memasak.
Citra baru pertama kali merasakan yang namanya jus buah. Karena di desa jarang sekali yang memiliki blender, mungkin hanya kades nya saja yang punya. Buah yang pertama kali dibuat menjadi jus adalah buah alpukat. Sekali mencicipi jus alpukat yang baru saja dibuat dengan bantuan Aisyah, Citra meminta minuman itu lagi dan lagi sampai menghabiskan 3 gelas jus membuat Aisyah geleng-geleng.
"Aduh, perutku jadi terasa penuh kak." Keluh Citra setelah meneguk habis gelas ke-tiga.
"Kamu beneran gak pernah minum jus Cit?" Tanya Aisyah yang sedang mengurus gorengan dengan membolak-balikkannya di wajan penggorengan.
"Iya kak, di rumahku gak ada blender. Jadinya kalau ada buah ya langsung di makan saja tanpa dibuat jus". Citra membawa gelas yang baru saja dipakainya ke westafel dan langsung mencucinya di sana
"Hmm, Harusnya aku lho Cit yang panggil kamu kakak, soalnya kamu kan kakak iparku sekarang".
"Ehh... jangan kak, kak Aisyah kan jauh lebih tua dari aku. Nanti aku sendiri malah yang gak enak sama kak Aisyah."
Kirana yang tadi sempat pergi dari dapur kembali dengan membawa sekantong plastik tepung dan bumbu dapur lainnya. Tadinya Kirana memang sempat pergi keluar untuk membeli bumbu dapur di mini market terdekat karena stok di rumah yang sudah habis.
"Kalian berdua kelihatannya cepat sekali akrab ya" Ujar Rana yang membuka dan menuangkan tepung yang baru dibelinya ke mangkok untuk dibuat adonan.
"Iya bun, Citra meskipun dari desa anaknya kalau diajak bicara lumayan supel kok meskipun tadinya malu-malu sih. Kalau saja tadi aku gak ajak bicara duluan paling kita berdua juga diem-dieman." Aisyah menanggapi perkataan Rana. sedangkan Citra yang merasa dibicarakan hanya diam saja sambil tersenyum.
"Eh, bunda mau bikin apa?" Aisyah yang melihat Rana membuat adonan penasaran dengan apa yang ingin dibuatnya.
"Mau bikin batagor, kalian suka kan sama batagor?"
"Suka banget bun... kita kan kalau sama masakan bunda emang suka semua!" Jawab Aisyah dengan antusias.
"Emm... Bunda bikin batagor yang kayak dijual di sekolah-sekolah itu?" Citra ikut bertanya sambil mengembalikan gelas yang selesai dicucinya ke rak piring.
"Jangan salah Cit, buatan bunda jauh lebih enak kalau dibandingin sama orang-orang yang jual di luar". Aisyah yang menjawab mendahului Rana.
"Cit, ambilin tahu di kulkas ya. kamu bantu potongin tahunya jadi kotak-kotak, nanti kalau sudah masukin ke adonan". Pinta Rana yang masih mengaduk adonan tepung.
Citra mengangguk dan langsung berjalan kearah kulkas mengambil tahu yang dimaksud. Lalu kembali ke meja dapur dan mulai memotong tahu.
"Kamu pernah makan batagor kan Cit?" Tanya Rana ke Citra yang dibalas oleh Citra dengan gelengan.
"Pernah, tapi jarang bun, waktu SD aku gak pernah bisa jajan, soalnya uang jajanku aku tabung untuk bisa dipakai membeli keperluan sekolah seperti alat tulis, sepatu, sama buku. Dulu orang tua aku gak sanggup beli buku cetak sama LKS, jadi aku yang harus menabung dan membeli buku itu sendiri pakai tabunganku".
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Gadis Kecil dari Desa (End)
Любовные романыLanjutan dari cerita "Mengalami Lompatan Waktu dan Menjadi Orang Lain". AN: Cerita ini dapat dibaca terpisah tanpa membaca judul cerita di atas. Rian mengalami kecelakaan ketika mengalami perjalanan panjang dan terjebak di sebuah desa terpencil. T...