Yakin

12.2K 1.2K 2
                                    

Angeline pov

"Kak lena bagaimana menurutmu tentang seorang laki-laki yang pulang bersama seorang wanita" aku bertanya pada aleta
"Ya mereka pasti memiliki hubungan spesial, memang siapa?"
"Lalu bagaimana jika seseorang yang menurutmu mengharapkanmu ternyata tidak begitu" aku tidak ingin menjawab pertanyaan Aleta
"Lagi-lagi tentang harapan. Memang itulah yang menghancurkan perasaan. Kau tau, kita mungkin berusaha yang terbaik. Tapi jangan lupa untuk bersiap untuk kemungkinan yang terburuk. Ah! Abaikan saja perkataanku barusan. Aku hanya berbicara omong kosong" kata Aleta kemudian pergi ke kamarnya.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari istana ke kota timur mungkin melelahkan, tapi ada rasa kecewa yang seharusnya tidak ada.
Aku jadi kepikiran apa yang diucapkan Aleta barusan. Apa dia sedang patah hati. Kenapa dia tidak pernah bercerita padaku.

"Kak lena, apa kau selama ini menganggapku orang terdekatmu atau semacamnya" ku lihat dia mengangguk.
"Lalu kenapa kau tidak membagikan sedikit bebanmu padaku" lanjutku.
Aku menghampiri kamar wanita yang beberapa tahun ini menemaniku.
"Apa kau tidak percaya padaku" aku sedikit menundukan kepalaku. Agar terlihat semakin meyakinkan.
Aku sayang sekali dengan Aleta tapi kebiasaannya yang tidak ingin merepotkan orang lain membuatku merasa perlu untuk merubahnya.
Dia disini bersamaku, dan karena aku yang ingin menghindar dari kematian itu.

"Bukan begitu natasya, hanya saja ini bukan masalah besar." Katanya
"Apapun masalahnya kita harus berbagi" aku memegang tangannya untuk meyakinkan dia.
"Aku bersyukur menjadi pelayanmu lady"
"Tidak, tidak. Kita ini saudara"
"Ini tentang Vincent" kata aleta
"Anak nenek yang disebelah toko itu?" Tanyaku memastikan. Takutnya aku salah orang dan ternyata ada vincent lain yang tidak ku kenal. Kulihat dia mengangguk.

"Ketika aku ingin memberikan makanan ke toko sebelah, aku tidak sengaja mendengarnya membicarakan pertemuan dengan teman wanita di masa kecilnya. Dia tampak bahagia membicarakan itu pada ibunya, dan sepertinya mereka memiliki hubungan lebih" kuat sekali wanita ini. Dia mampu terlihat baik-baik saja ketika mendengar laki-laki yang disukainya bersama wanita lain.

"Uhhh!... Beraninya laki-laki itu memainkan perasaanmu. Kita akan mencari laki-laki yang lebih baik darinya. Biar dia sakit hati dan insecure"
"Apa itu insecure?" Tanya aleta.
"Insecure itu seperti perasaan minder dan malu ya kurang lebih begitu" aku lupa di dunia ini tidak ada bahasa semacam itu.

"Lady Natasya, Count Erick mencarimu" teriak fred dari depan dapur.
"Baiklah, tunggu sebentar" aku hendak berganti baju sebentar.
Erick adalah salah satu bangsawan yang lumayan sering berkunjung ke toko ini. Aku dengar ibu nya sangat menyukai nastar buatanku. Dia baik bahkan cenderung terlalu baik.

Jajaran toko tempat aku membuka usaha ini adalah milikinya. Dia menyewakan dan menjual beberapa. Sebenarnya gedung dua lantai milikku sekarang hanya disewakan saja, tetapi setelah penawaran yang lumayan alot akhirnya dia membiarkan kami membelinya.

"Bagaimana keadaan tokomu saat ini?" Tanya erick ketika aku duduk di depannya.
"Seperti yang kau lihat sekarang. Kau ingin pesan apa?"
"Aku sudah memesannya pada mona tadi" jawab erick
"Emm... apa kau sibuk hari sabtu besok lady" lanjut erick
"Sepertinya tidak. Ada apa?"
"Ibuku sudah sembuh dan ingin bertemu denganmu. Dia senang sekali ketika kubawakan menu baru dari toko mu" keluarga erick memang sangat baik, pantas dia tumbh menjadi lelaki sopan dan lumayan tampan kenapa aku terdengar menyukainya.
"Maksudmu mie goreng. Benarkah sampaikan padanya aku akan membawanya sabtu nanti" ucapku girang
"Jadi kau mau?" Tanyanya lagi. Aku mengangguk sebagai jawaban. Dia melanjutkan makannya dan kami berbincang -bincang kecil.

•••
Anthonio pov

Wanita yang kemarin bernama Elaine. Dia mengaku salah meminum minuman yang ada di pesta, setelah sarapan dia berpamitan pulang.

Sedangkan aku masih sibuk memikirkan siapa dia dan apa maksud dari kalungnya.
Astaga! Aku ingat sekarang.
Kalung itu dipakai oleh parah penganut sihir hitam.
Bagaimana bisa aku kecolongan.

"Helios!" Teriakku dari dalam ruang kerja
"Ya tuan! Saya disini" dia terburu-buru masuk

"Kau sudah menyelidiki siapa dia?" Tanyaku

"Berdasarkan informasi yang saya dapat dia lumayan terkenal di kalangan rakyat karena sering membantu dan juga berbagi makanan. Tetapi tuan prajurit mata-mata pernah menemukannya di perdagangan budak beberapa kali, dan juga bersama orang mencurigakan di dalam hutan" laporan dari helios bisa kusambungkan dengan liontin itu.

"Apakah kau mencurigai sesuatu tentangnya?" Tanyaku lagi.

"Menurutku iya tuan. Untuk apa seorang rakyat biasa membeli budak bahkan lebih dari sekali dan juga aku tidak sengaja melihatnya bertanya pada pelayan letak kamarmu, bukankah itu menandakan dia tidak mabuk"
Aku menganggukan kepala sembari berfikir

"Aku tidak sengaja melihatnya memakai kalung dengan liontin penganut sihir hitam di pesta kemarin" kulihat helios melotot mendengarnya

"Bukankah kita sudah melenyapkan mereka semua?"
"Sepertinya tidak semua" jawabku.
Aku memerintahkan helios untuk menyiapkan kereta menuju istana kaisar.
Berita penting ini harus segera disampaikan.

Sepertinya memang tidak mudah menghancurkan sekte sialan itu.

"Kereta sudah siap tuan" lapor helios
Kami pun berangkat menuju istana untuk berdiskusi dengan putra mahkota

"Bagaimana menurutmu" tanyaku setelah selesai melaporkan hasil analisa kepada putra mahkota.

"Kita bisa memanfaatkan wanita itu. Gunakan dia dan selesaikan masalahnya. Tapi mulai dari mana kita bergerak"
Penyusunan strategi penyerangan sekte itu berlangsung panas.
Pendapat kami banyak yang tidak sejalan sehingga mengharuskan untuk mencari jalan tengah.

•••
"Siapa yang akan kau pilih nantinya fred" bisik mona

"Hmm... aku berada di pihak Duke Anthonio, hubungan mereka tampak mulai terajut perlahan-lahan"

"Menurutku justru lebih cocok dengan Count erick tau. Mereka sangat manis. Lihatlah!" Tunjuk mona
"Bagaimana jika kita bertaruh. Siapa yang kalah harus menuruti kemauan yang menang selama seminggu" usul fred sembari mengulurkan tangan untuk kesepakatan.

"Ayo! Siapa takut." Mona menjabat tangan fred
"Apa kau ingin ikut kak lena. Kau berada di pihak siapa" lanjut mona.
"Oh! Jadi kalian sedang menjadikanku taruhan begitu" Angeline tiba-tiba datang dan menggelitiki fred dan mona

"Hahahahah... ampun ampun" Angeline menghentikan kegiatannya

"Tapi siapa yang akan kau pilih lady?" Mona kembali memancing
"Tidak keduanya" jawab Angeline langsung dengan sedikit malu

"Bagaimana jika kau akan bersama salah satunya" tanya fred ikut-ikutan.
Angeline menggeleng sebagai jawaban.
"Hmm yakin sekali lady kita satu ini. Jika kami benar kau harus menaikkan gaji kami"
"Dan... dan memberikan kami sekotak brownies setiap kali gajian bagaimana?" Kata mona
"Kau ini mata duitan ya" Mereka berempat terkekeh bersama.

"Jadi bagaimana setuju?" Kata fred menyodorkan tangannya lagi
"Baiklah siapa takut" Angeline menjabat tangan fred.

NOT AN ANTAGONIST (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang