•• Chapter 32 ••

3.4K 217 4
                                    


Happy Reading💗💗💗🔥

I hope U like it!

Typo di tandai☺🔥🔥🔥

Let's star!!

°°°°


Misel mengemasi barangnya dengan terburu-buru,lalu berlari dengan gerakan seribu melewati koridor yang masih ramai.Hari ini hari pertamanya bekerja,tidak mungkinkan dia terlambat, bisa-bisa ia dia akan di pecat akibat keteledorannya sendiri.

Lima belas menit menunggu di halte,angkutan kota belum juga lewat membuat Misel berkeringat dingin.Ia lirik jam tangannya yang memperlihatkan pukul 14.45,mampus! Jam masuk kerjanya sebentar lagi,rasanya Misel ingin protes pada guru seni budaya-nya yang mengkorupsi waktu pulang mereka,itupun kalau dia berani.

Misel mengeluarkan ponsel dari sakunya dengan ragu,apakah ia menelpon Gaskar saja untuk mengantarkannya.Gadis itu mulai memencet tombol panggil,tak lama setelah itu kembali ia matikan karena merasa Gaskar sudah banyak dia repotkan.

“Aish,gimana ini? Pasti bg Dio marah kalau aku telat,”dumelnya sembari mondar mandir.Dio adalah bos di tempatnya bekerja.

“Please,angkot! Lewat sekarang dong,”monolognya menatap cemas ke jalanan.

”Butuh tumpangan?”Misel menoleh seraya tersenyum lebar,namun saat melihat siapa pemilik suara senyumnya malah pudar.

“Gimana,butuh tumpangan gak?”ulang cowok yang tadi merasa di abaikan Misel.

”Emmm,kamu duluan aja deh,hehehe.”Jika saja orang itu bukan Melvin,pasti Misel sudah menaikkan tubuhnya ke atas motor tersebut.

“Beneran gak mau nih? Gue duluan ya,”kepalanya mengangguk canggung.

”Eh Melvin! Aku jadi nebeng dong,b-boleh gak?”biarlah untuk kali ini Misel di tuduh menjadi pho,dari pada telat di hari pertama kerjanya.

”Ke kafe Brunla ya!”tukasnya setelah berhasil duduk nyaman di jok belakang Melvin.

“Pegangan,nanti lo jatoh!”cowok itu mengemudikan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat  Misel yang berada di belakang kelimpungan menahan segalanya untuk tidak beterbangan,baik rambut,baju bahkan rasanya badannya juga bisa beterbangan jika tidak segera memeluk pinggang Melvin.

Sepanjang perjalanan tangan Misel menggalung di perut cowok itu,matanya terpejam tidak tahan lagi jika harus menahan rambut dan bajunya,yang penting sekarang nyawanya aman sampai tujuan.

“Sampe deh!”Misel segera turun dan berlari sempoyongan sedikit menjauh dari sana sebab perutnya terasa mual tiba-tiba dan ingin muntah.

“Hah hah....”nafasnya keluar tidak beraturan,cukup lama dia bisa mengembalikan pernafasannya menjadi semula.Jika ia tau Melvin mengemudi seperti ini,biarlah dia menunggu angkot dan berakhir telat daripada harus menahan mual di perut seperti ini.

“Ngapain lo ke sini? Mau nemuin siapa,gue ikut boleh ya?”tanya Melvin beruntun tidak peka bahwa gara-gara dirinya anak gadis orang hampir mati di tempat.

“Nih,makasih udah nganterin aku.”Misel memberikan uang dua puluh ribu lalu Melvin menatap dengan alis berkerut.

”Gue bukan tukang ojek,”balasnya dongkol.

“Ambil aja,anggep hari ini kamu jadi tukang ojek udah nganterin aku ke sini.”Misel bersikukuh memberikan uang hijau itu tetapi tetap di tolak mentah-mentah oleh Melvin.

“Kalau gitu makasih ya,kapan-kapan aku traktir kamu,bye!” Gadis itu langsung melesat masuk ke kafe itu begitu saja meninggalkan Melvin dengan berbagai pertanyaan yang bersarang di otaknya.

MISELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang