"Nes, bangun! Anak perawan jam segini belum bangun."
Santi, mamanya Nessa, mengetuk pintu kamar putrinya. Tak sabar karena Nessa belum juga membukakan pintunya, ia langsung membukanya. Nessa sendiri tidak pernah mengunci pintu kamarnya ketika tidur.
Wanita paruh baya itu berjalan ke arah jendela dan membuka tirai, membiarkan cahaya matahari yang sudah mulai tinggi itu masuk.
"Bangun, Nes! Tuh liat udah siang. Gimana nanti kalau kamu udah nikah terus tinggal di rumah mertua, gak malu kamu bangunnya siang gini?"
Lagi dan lagi, Santi mulai membicarakan masa depan yang menurut Nessa itu masih sangat jauh. Santi selalu saja menyinggung Nessa yang bangun siang, malas bersih-bersih rumah, malas belajar masak, dan sebagainya.
Bagi Nessa, dirinya itu tidak malas. Terkadang ketika dia selesai menyapu rumah, dia langsung mengepel, setelah itu mencuci piring, dan membereskan yang lainnya. Itu rajin kan? Hanya saja, lebih sering malasnya dari pada rajinnya. Tapi tetap saja Nessa tidak sepenuhnya malas.
Dan jika sudah menikah nanti, Nessa yakin dirinya bisa jadi lebih baik. Bangun pagi, misalnya. Karena jika dia merasa memiliki tanggung jawab, dia akan berusaha melakukannya dengan baik.
Seperti hari-hari sebelumnya, ketika Nessa ada kuliah pagi, maka dia bangun pagi-pagi sekali. Sedangkan jika hari libur seperti sekarang, Nessa pikir tidak apa-apa jika seminggu sekali dia bangun siang. Toh, tidak ada kewajiban yang harus dia kerjakan di pagi hari.
Nessa mulai terusik karena silau cahaya matahari dan omelan mamanya.
"Hm," gumam Nessa.
"Bangun!" Santi menarik guling yang sedang dipeluk Nessa.
"Iya ini lagi ngumpulin nyawa," ujar Nessa dengan mata yang masih terpejam.
"Emang nyawa kamu jalan-jalan kemana aja sampai dikumpulin gitu?" Santi membereskan selimut yang berantakan di bawah kaki Nessa. "Bangun buruan! Mama mau belanja, nanti siang mau arisan. Kamu gak pergi kan?"
Seketika Nessa teringat obrolannya dengan Jinan semalam. Seakan nyawanya sudah terkumpul semua, Nessa membuka mata sepenuhnya dan segera bangun, "Nanti Nessa mau ke rumah temen, ma."
"Ke rumah siapa? Jam berapa?"
"Jam sebelas nanti ke rumah Chanu, temen Nessa kuliah itu loh. Nah, Chanu kan punya abang, namanya Jinan. Abangnya Chanu itu minta bantuan Nessa, ma. Nessa diminta main ke rumahnya gitu," jelas Nessa malu-malu.
Santi mengangguk dan mulai berjalan keluar meninggalkan putrinya, "Oh, mau ketemu calon mertua nih ceritanya?"
"H-hah? Apa sih, ma?" Nessa terkejut dengan candaan Santi.
"Mama berangkat arisan jam sepuluh. Nanti kalau kamu mau pergi jangan lupa pintu dikunci, mama bawa kunci cadangan. Pasti pulangnya duluan mama."
Saat ingin menutup pintu kamar Nessa, Santi berhenti sebentar, "Besok-besok kenalin abangnya temenmu ke mama. Gantian dia yang ketemu calon mertua."
"Apa sih emak-emak?!"
***
AQUAmbyar
Ayla bucin, Vivi🐶, YouPppp
Kalian nungguin aku gak?
Ih gamau gasuka gelayyyVivi🐶
DihAyla bucin
Gausah ditemenin vi
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [hiatus]
Fiksi Penggemar"Mmpphhh.." "Lephh.. passhh!!" Nessa berhasil mendorong dada Jimin agar melepaskan ciumannya. Jujur saja, Nessa sudah hampir kehabisan oksigen karena ciuman itu. Tanpa Nessa sadari, ternyata Jinan, yang menyandang status sebagai kekasihnya itu melih...