"Gue pengen martabak manis."
Jeongguk menghela napas di kamarnya. Dia baru saja ditelpon malam-malam oleh oknum nggak tahu diri yang nggak lain adalah Kim Taehyung—tetangga kurang ajarnya. Orang aneh mana yang pengen martabak manis jam sebelas malem?!
"Ya udah," si Jeon balas malas-malasan, udah ngantuk. Lagian besok masih sekolah.
Taehyung mengernyit di ujung sana. "Kok ya udah?"
"Ya udah sana beli, ngapain lapor?"
"Anterin."
"Motor lo, kan, udah keluar dari bengkel, ngapain masih nebeng gue?!" Jeongguk menguap, mengecek kembali jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit.
Jam tidurnya tergolong teratur, biasanya Jeongguk akan tidur pukul sepuluh atau lebih—pokoknya nggak lewat tengah malam. Beda dengan Taehyung yang doyan begadang dan kadang masih melek sampai jam satu. Pantes dia berangkat sekolah kayak orang nggak punya semangat hidup.
"Ck," Taehyung berdecak. "Ngapain gue keluar sendiri kalo punya temen yang bisa dimanfaatin?"
Jeongguk gulirkan bola matanya. "Bilang aja lo takut sendirian malem-malem."
"Ngaco, tolol."
"Ya udah sana sendiri kalo nggak takut."
"...."
Taehyung diam. Jeongguk mendengus, terkekeh geli. "Kok diem? Mau ditemenin nggak?"
"... Mau."
"Kenapa?"
"Iya takut sedikit."
Ya ampun. Kadang Jeongguk pengen makan Taehyung tanpa konteks. Entah si Kim itu kelewat ngeselin atau emang dia aja yang gemes.
Pada akhirnya, Jeongguk tetap nurut. Dia udah cuci muka, jadi cuma ambil jaket dan kunci kemudian turun ke parkiran buat keluarin motor. Mukanya masih beler karena ngantuk, tapi pas lihat Taehyung yang keluar dengan muka cerah dan senyum lebar, ngantuknya ilang.
"Jaket lo mana?" Jeongguk memperhatikan sahabatnya yang cuma kaosan lengan pendek dan celana rumahan yang juga lumayan pendek. Padahal di luar dingin banget.
Taehyung mengendik. "Bentar doang, kok. Nggak usah jaketan."
Jeongguk mengernyit mendengarnya. "Balik dulu, pake."
"Bentar doang—"
"Pake."
"Ampun iya dah."
Sedikit gondok, Taehyung balik cuma buat ambil jaket dan dipakai. Dia balik lagi dengan Jeongguk yang udah siap di depan rumahnya, jadi tinggal naik dan berangkat. Jeongguk bener, deh. Ternyata malam-malam gini cuacanya emang dingin. Untung dia beneran pakai jaket, kalau nggak, minimal pasti besoknya flu.
Pas keluar dari komplek, Jeongguk nanya, "martabak manis jam segini siapa yang jual?"
"Emang Mang Ali udah tutup?"
"Menurut lo ini jam berapa, bego."
"Gue, kan, baru pengennya sekarang?!"
Jeongguk capek ngerespon Taehyung, jadi dia cuma menghela napas pasrah dan melajukan motornya ke gerobak Mang Ali, mamang-mamang martabak andalan Taehyung. Puji syukur ternyata belum tutup, tapi udah kelihatan mau siap-siap pulang, sih. "Jeongguk, Jeongguk, cepetan! Keburu Mang Ali pulang!" Taehyung gebuk-gebukin punggung Jeongguk dan yang digebuk balik ngatain.
Mereka sampai tepat waktu, Mang Ali kelihatan capek tapi tetep menyambut pelanggan terakhirnya malam ini dengan ramah. "Eh, Mas Taehyung, pas banget, ta, saya udah mau tutup."
KAMU SEDANG MEMBACA
17 | kv
Fanfiction𝐎𝐍 𝐆𝐎𝐈𝐍𝐆. "Kalau sampai umur tujuh belas kita belum punya pacar, kita pacaran aja." Jeongguk dan Taehyung buat perjanjian di umur mereka yang ketiga belas, di ruang tengah rumah Taehyung sore-sore selepas nonton sinetron alay dan kemakan pemi...