~💔

20 6 5
                                    

Pertengkaran dalam keluarga, bagi Elsa itu adalah hal biasa. Bahkan hampir setiap hari dirinya melihat kedua orang-tuanya bertengkar, ayahnya yang berselingkuh, bundanya yang sibuk dengan perkerjaannya, lalu Elsa hanya bisa mengurung didalam kamarnya sendiri, menulis dibuku diary, mendengarkan musik kesukaannya, menonton drakor, dan membaca wattpad. Tapi jika sudah diluar rumah Elsa bukan Elsa yg seperti didalam rumahnya, Dia bandel, tomboy dan bahkan dia suka balap liar.

"Da... bunda!!"

"Kenapa sih yah?!" Nada emosi.

"Prakkkk... Kenapa dimeja makan belum ada sarapan?!" Sambil menggebrak meja makannya.

"Bunda tuh sibuk, banyak urusan yang harus bunda kerjakan yah, jadi ayah bisa masak sendiri!"

"Istri macam apa kau ini?! Selalu sibuk dengan urusanmu!"

"Lalu bagaimana anda?! Yang selalu sibuk dengan wanita lain diluar sana!" Dengan segala keemosiannya, bundanya pun tak sengaja meneteskan air matanya.

"Jaga omonganmu manda!, saya keluar rumah karna saya bekerja, bukan mainan dengan wanita lain!" Meninggalkan istrinya di ruang dapur dengan air mata yang bercucuran.

Seorang gadis tengah mengintip secara diam-diam, dalam diamnya air bening mulai terjatuh tanpa aba-aba. Elsa menangis dalam diam saat mendengar dan mendapati lagi dan lagi kedua orang tuanya bertengkar. Elsa maklum akan hal itu karena sudah biasa terjadi di kediaman ini, hanya saja yang menjadi beban pikirannya adalah kenapa keluarganya tidak bisa seharmonis keluarga orang lain diluar sana. Disaat gadis seusianya bahagia bersama kedua orangtuanya sedangkan dia? Setiap harinya harus menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya.

Elsa membuka pintu kamarnya dan bergegas menuju meja makan, dia melihat sosok bundanya yang sedang menangis sambil mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Elsa menepuk kedua pundak bundanya dan memeluknya dengan erat, Elsa tau apa yang bundanya rasakan saat ini.

"Bunda udah yah jangan nangis"

Bundanya mengambil posisi duduk yang benar dan membersihkan air matanya yang jatuh ke pipinya.

"Sayang... bunda ngga nangis ko, bunda hanya kelilipan saja" sambil mengucek matanya yang tak gatal.

"Bunda, bunda ngga usah bohong sama Elsa, Elsa tau ko yang sebenarnya"

"Maafin bunda ya nak" mencium pucuk kepala anaknya.

"Ya udah ya, bunda berangkat dulu ke kantor takut telat, kamu dirumah baik-baik ya, kalo mau makan pesen aja gofood, hari ini bunda ngga masak, karena bunda sibuk banget"

"Iya bund, hati-hati di jalan yah bund"

Rumah mulai sepi hanya ada Elsa dan pak satpam, pembantu rumahnya cuti karena ini hari minggu, Elsa mengurung diri dikamar, dia bingung mau apa, dan akhirnya Elsa memilih untuk menulis di buku diary miliknya.

Dia mulai mendaratkan bokongnya di kursi belajarnya dan mengambil pulpen sekaligus buku diarynya yang berwarna ungu muda.

Dia mulai menulis kata demi kata dan Elsa tak sadar bahwa Elsa meneteskan sesuatu di bukunya. Dia menulis sesuatu yang menurut dia sakit jika dijelaskan.

Elsa memandangi tulisan yang dia tulis, dan dia membacanya kata demi kata.

"Aku tak minta untuk dilahirkan dikluarga yang seperti ini tuhan, andai saja aku bisa memilih, aku akan memilih hidup dikeluarga yang humoris, keluarga yang penuh dengan candaan diiringi dengan tawaan, bukan keluarga yang penuh dengan pertengkaran diiringi dengan tangisan, aku adalah anak satu-satunya bukan salah satunya dan aku harus kuat tapi -lupakanlah, bagiku rumahku nerakaku, aku ingin sekali hari minggu menghabiskan waktuku dengan keluargaku, tapi semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elsa (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang